-->

Sekulerisme Hancurkan Mental Ibu

Kerusakan jaman seakan tiada habisnya. Seringkali, pada satu hari masyarakat digemparkan dengan munculnya berita meresahkan, namun ternyata dihari berikutnya muncul kasus lain yang jauh lebih meresahkan. Baru-baru ini, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh seorang ibu muda yang tega melakukan perbuatan tak senonoh kepada anak kandungnya yang masih balita. Sungguh tidak terbayangkan, seberapa rusaknya mental masyarakat saat ini hingga muncul perbuatan-perbuatan yang lebih rendah dari binatang.

Ibu berinisial R (22) di Tangerang Selatan (Tangsel) ditetapkan sebagai tersangka lantaran melecehkan anak kandung laki-lakinya dan merekamnya. Polisi bersama KPAI bergerak cepat setelah video pelecehan anak tersebut beredar luas di media sosial. Menurut pelaku, video yang telah dibuat sekitar setahun yang lalu itu, disebarkan oleh pihak lain yang sampai saat ini belum tertangkap. Pada saat video direkam, korban masih berusia 3 tahun. Kepada Polisi pelaku bercerita, ia merekam video tersebut karena tergiur tawaran uang oleh seseorang melalui akun facebook. Namun ketika video asusila telah dikirim, uang yang dijanjikan tidak kunjung diberikan. Saat ini, akun facebook yang dimaksud diketahui sudah tidak aktif sejak Juli 2023 (detiknews.com, 06/06/2024).

Sebagaimana bisa diduga, hujatan dan ungkapan keprihatinan membanjiri kasus ini. Tentu tidak mudah diterima oleh nalar, ketika seorang ibu yang seharusnya menjadi pelindung, justru menjadi predator bagi anaknya sendiri. Ibu yang biasanya rela mengorbankan dirinya sendiri demi buah hatinya, malah menjadi penghancur masa depan mereka. Kemanakah perginya hati nurani dan kasih sayang seorang ibu yang katanya tak lekang oleh jaman.

Begitu pula tidak sedikit yang mempertanyakan peran sang ayah. Sebagai kepala keluarga, rasanya tidak mungkin hal sebesar ini lepas dari pengetahuan atau kendali sang ayah. Namun begitulah faktanya, berdasarkan hasil penyelidikan polisi, suami pelaku atau ayah korban sama sekali tidak mengetahui tindakan keji istrinya. Inilah potret buram keluarga Indonesia yang jauh dari kata harmonis.

Realitanya, tiap anggota keluarga telah kehilangan peran dan tanggungjawab masing-masing. Rumah dan keluarga tidak lagi menjadi tempat pulang ternyaman bagi anak. Tak heran jika berbagai kerusakan merajalela dampak dari hancurnya rumah tangga. Rumah yang tidak lagi menjadi surga, menyebabkan anak-anak memilih berkeliaran dijalan. Peran hakiki ibu yang nyaris luntur mencetak anak-anak tak terarah yang tidak tahu tujuan hidupnya.

Apabila ditelaah, pada kasus pelecehan ibu terhadap anak kandung ini ada berbagai faktor pemicu. Salah satu faktor yang paling kentara adalah, faktor ekonomi. Desakan kebutuhan sehari-hari banyak membuat orang gelap mata menghalalkan segala cara. Hampir seluruh tindak kriminalitas yang terjadi berakar dari masalah ekonomi. Maka maraknya kerusakan ditengah masyarakat bisa menjadi tolok ukur rendahnya perekonomian dan kurangnya kepedulian pemerintah terhadap rakyat miskin.

Disisi lain, nilai-nilai agama telah banyak ditinggalkan. Ibarat kehilangan benteng pertahanan, masyarakat jadi mudah menyerah terhadap keadaan. Miris, mengingat penduduk Indonesia mayoritas muslim, dimana ajaran Islam telah mengatur yang halal dan haram, serta memerintahkan manusia agar berpasrah sepenuhnya kepada Allah. Namun sebagian besar masyarakat Indonesia nyatanya memiliki mental yang lemah.

Dapat disimpulkan, sistem kehidupan telah porak poranda. Berbagai kejahatan dan kerusakan telah merajalela cermin kegagalan sistem kehidupan yang diterapkan saat ini, yaitu kapitalisme dan sekularisme. Prinsip hidup kapitalisme adalah mencari keuntungan materi. Segala sesuatu ditimbang dari untung rugi secara finansial.

Pantas, jika masyarakat berlomba-lomba menumpuk kekayaan. Perlombaan semu ini menyebabkan masyarakat melakukan segala cara. Yang kalah dalam perlombaan akan merasa tersisih, tertekan, depresi hingga tidak bisa lagi membedakan mana perbuatan baik atau buruk. Sampai-sampai seorang ibu tega melecehkan anak kandungnya sendiri demi cuan yang tidak seberapa. Ditambah dengan sistem kehidupan sekuler. Seolah melengkapi rusaknya sistem kehidupan.

Kembali Pada Sistem Islam

Pelecehan anak oleh ibu kandung adalah cermin tergerusnya fitrah seorang ibu akibat sistem kapitalisme dan sekulerisme. Ketika fitrah yang paling murni telah rusak maka artinya kebobrokan ini bisa digeneralisasi di semua lini kehidupan. Bangsa dan negara, bahkan dunia sejatinya sedang sekarat. Satu-satunya cara menyudahi semua kerusakan dan kesengsaraan adalah meninggalkan kapitalisme dan sekularisme, kemudian menerapkan sistem Islam.

Islam adalah sebuah ideologi sempurna yang mampu mengatur kehidupan manusia. Sistem yang berasal dari Allah SWT sebagai Sang Pencipta. Sistem Islam merupakan sistem kehidupan yang komprehensif. Artinya, aturan dan solusi persoalan bersifat menyeluruh, bukan dipandang secara pragmatis seperti pada sistem saat ini. Misalnya dalam kasus pelecehan anak, Islam memandang akar masalah ini bukan hanya lemahnya hukum perlindungan terhadap anak. Namun banyak faktor lain yang perlu diselesaikan, seperti faktor pendidikan, ekonomi, keamanan media sosial dan lain sebagainya. Demikianlah Islam akan menjadi solusi paripurna bagi seluruh problematika umat seluruh dunia. Wallahu a'lam bishsawab.

Penulis: Dinda Kusuma W T