Solusi Tuntas Derita Palestina
(Ida Nurchayati, Kontributor Pena Mabda)
Viral "All Eyes on Rafah", tembus hingga 47 jutaan unggahan di instagram, setelah serangan udara Zionis Yahudi dan kebakaran di kamp pengungsi Palestina di Rafah. Seolah kehabisan kata untuk mengungkapkan penderitaan warga Gaza sejak oktober 2023. Kehabisan kata menggambarkan kekejaman dan kebutralan entitas Zionis Yahudi laknatullah terhadap rakyat Palestina. Kehabisan kata untuk melukiskan pengkhianatan yang dilakukan oleh penguasa- penguasa negeri muslim yang diam menyaksikan tragedi kemanusiaan didepan mata. Lebih dari 35 ribu jiwa tanpa dosa dibunuh dengan cara bar-bar dan brutal. Terlebih warga Gaza adalah muslim, darahnya tertumpah, nyawanya melayang tanpa alasan yang hak. Entah hujah apa yang kelak disampaikan di hadapan Allah Rabbul' Izzati terkait penderitaan saudara seakidah di Gaza.
Entitas Zionis adalah Penjajah
Tanah Palestina adalah milik kaum muslim. Tanah yang diwakafkan Amirul Mukminin Umar bin Khattab setelah menerima kunci gerbang Aelia dan menandatangani perjanjian Umar (Al-Ahd Al-Umariyyah) dengan Uskup Sophorius. Diantara isi perjanjiannya adalah,.." Tidak memperkenankan orang-orang Yahudi tinggal bersama orang-orang Kristen di Yerusalem. Atas permintaan penduduk Yerusalem sendiri, karena kembencian mereka terhadap orang-orang Yahudi yang telah membunuh tawanan Nasrani di wilayah Persia. Umar menjamin tidak ada orang Yahudi yang lewat dan bermalam di wilayah Yerusalem...." Perjanjian ini mengikat hingga hari kiamat.
Berawal dari Peristiwa Dreyfus (1894), dimana kaum Yahudi mengalami penindasan di Rusia dan sebagian Eropa Timur, Theodor Herzl menggagas berdirinya negara Yahudi, dan ditetapkan wilayahnya di Palestina, yang saat itu dibawah kekuasaan Kekhilafahan Utsmani. Para pemuka Yahudi mendapat bantuan dari Inggris. Berbagai cara ditempuh, diantaranya berupaya memicu agar terjadi krisis keuangan di Kekhilafahan Turki. Pada tahun 1902, Herzl menemui Sang Khalifah dengan berbagai tawaran, yakni membawa uang sogok untuk Khalifah dalam bentuk emas sebesar 150 juta poundsterling. Herzl juga menawarkan akan melunasi semua utang Utsmani sebesar 33 juta poundsterling; membuatkan kapal induk untuk pertahanan Utsmani senilai 120 juta frank; pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta poundsterling dan akan membangun sebuah universitas untuk Utsmani di Palestina.
Tawaran yang "wah" itu ditolak mentah-mentah oleh Sang Khalifah. "Saya tidak sanggup melepas meski sejengkal tanah Palestina, sebab bukan milikku, tetapi hak umat Islam. Umat telah berjihad demi kepentingan tanah Palestina, serta menyirami tanah tersebut dengan darah mereka". "Silakan Yahudi menyimpan kekayaan mereka. Jika suatu saat Kekhilafahan runtuh, mereka bisa mengambil Palestina secara gratis. Namun jika saya masih hidup, saya lebih suka menusukkan pedang ketubuhku daripada melihat Palestina dikhianati dan dipisahkan dari daulah"
Strategi dibuat untuk meruntuhkan daulah, yakni dengan menyeret Turki Utsmani yang telah lemah dalam Perang Dunia I. Sebelum perang berakhir, Inggris dan Prancis telah membuat Perjanjian Sykes Picot (1916) yang membagi-bagi wilayah Turki Utsmani. Palestina berada dibawah kekuasaan Inggris. Pada 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, yakni dukungan Inggris bagi Yahudi untuk mendirikan negara Israel di Palestina, awal terjadinya migrasi Yahudi dari berbagai wilayah ke Palestina.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 29 Nopember 1947 mengumumkan berdirinya negara Israel di Palestina. Pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, kepala Badan Yahudi memproklamirkan Negara Israel. Presiden AS Harry S. Truman pada hari yang sama langsung mengakui negara tersebut. Inilah awal mula derita panjang rakyat Palestina hingga sekarang. Selama zionis penjajah belum terusir, maka Palestina selamanya akan membara.
Sekat Nasionalisme
Rafah membuka mata dunia. Sistem kapitalisme yang dijaga Amerika punya standar ganda. Hak asasi manusia yang selama ini diagungkan Barat seolah lumpuh, tidak berlaku bagi muslim Palestina. Zionis Yahudi bertindak diluar batas kemanusiaan bahkan melakukan genosida. Francesca Albanese, pelapor khusus situasi HAM PBB di wilayah Palestina mengatakan Israel sudah melakukan sejumlah tindakan genosida di Palestina (voaindonesia.com, 26/3/2024). Namun dibantah oleh
Penasihat Keamanan Nasional Kepresidenan AS, Jake Sullivan bahwa AS tidak percaya terjadi genosida di Gaza (www.rri.co.id, 14/5/202).
Rafah juga membuka mata pengkhianatan penguasa-penguasa di negeri-negeri muslim. Mereka adalah antek Barat, panjaga eksistensi penjajah Yahudi. Mereka diam melihat pembantaian saudara seakidah didepan mata. Padahal mereka mampu mengirimkan lebih dari satu juta tentara gabungan Mesir, Arab Saudi, Turki dan Pakistan untuk membebaskan derita rakyat Gaza. Mereka lebih suka berharap uluran tangan dari PBB dengan solusi dua negara, solusi abal-abal yang tidak pernah menuntaskan masalah.
Rafah juga membuka mata, meski jumlah muslim di dunia lebih dari dua milyar tidak berdaya menghadapai 9.5 juta warga Yahudi. Umat terkotak-kotak dalam sekat nasionalisme. Garis imajiner ciptaan penjajah Barat untuk melemahkan kaum muslim. Rasa nasionalisme membuat sekat bahwa urusan rakyat Palestina adalah urusan mereka sendiri. Umat amnesia bahwa muslim adalah bersaudara, ibarat satu tubuh. Derita muslim dibelahan lain harusnya ikut dirasakan muslim yang lain.
Kesatuan Politik
Dari sejarah, umat harusnya mengambil ibrah, Palestina telah dibebaskan oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab dan pernah dibebaskan Shalahuddin Al-Ayubi. Umat mampu menjaga wilayah Palestina karena bersatu dalam satu kepemimpinan politik dan militer dibawah komando seorang khalifah.
Derita rakyat Gaza yang tak berkesudahan harusnya membuka umat, bahwa urgen menegakkan kembali kekhilafahan Islam. Institusi yang akan menggantikan peradaban kapitalisme yang rusak dan merusak nilai kemanusiaan, menjadi peradaban agung yang memanusiakan manusia. Khilafah akan menyatukan seluruh negeri-negeri muslim menjadi kekuatan yang tak tertandingi, yang akan menggerakan jihad dan dakwah untuk membebaskan saudara-saudara seakidah yang terdzalimi, termasuk Palestina. Sistem yang akan menghentikan intervensi dan kepongahan negara-negara Barat atas negeri-negeri muslim.
Derita rakyat Palestina seharusnya mendorong pemilik kekuatan (ahlu quwwah) yang berhati ikhlas untuk memobilisasi kekuatan memenuhi seruan kewajiban Allah SWT untuk memerangi Yahudi yang telah memerangi dan mengusir kaum muslim Palestina, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah 191 yang artinya,
"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu".
Wallahu a'lam.
Posting Komentar