-->

UKT PTN Mahal, Benarkah Ada Ketimpangan Anggaran dengan Kampus Kediinasan?

Oleh: Kanti Rahayu (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Pendidikan tinggi, seharusnya menjadi investasi negara untuk mencerdaskan anak bangsa. Namun faktanya, biaya kuliah di pendidikan tinggi semakin menyulitkan calon mahasiswa dan orang tua. kenaikan UKT bagi calon mahasiswa baru dirasa sangat memberatkan. 

Meskipun Mentri pendidikan Nadiem Makarim sudah membatalkan dan meminta pihak kampus mengembalikan kenaikan uang UKT, tapi tidak semua kampus memberikan kejelasan dan transparansinya. Mahasiswa Baru Unsoed Angkatan 2024 Andita Ikhtyani mengatakan, saat ini belum ada kejelasan dari pihak Unsoed terkait pengembalian dana UKT yang telah dibayarkan (nu.or.id 17/06/2024)

Kenaikan (UKT) ditengah kesulitan ekonomi yang dialami para orang tua dari mahasiswa dan seluruh rakyat negri ini, memicu protes dari mahasiswa, mereka meminta pihak kampus dan pemerintah untuk mengkaji ulang kenaikan (UKT) atau uang kuliah tunggal ini. Akibat kenaikan (UKT), gerakan mahasiswa dari beberapa universitas melakukan Demonstrasi, seperti  Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto, Universitas Negeri Riau (Unri), dan Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. 

Deputi Bidang Pencegahan dan Monitoring Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Pahala Nainggolan menyoroti pos anggaran pendidikan 2024 di kementerian dan lembaga yang senilai Rp 32,859 triliun. Pihaknya telah mengundang 14 kementerian dan lembaga yang memiliki perguruan tinggi atau sekolah kedinasan 10 juni 2024 lalu. Dia menyorot ketimpangan dana yang diberikan pada mahasiswa PTN dan mahasiswa kedinasan pemerintah. "..Yang di sini (PTN) Rp 3 juta, UKT naik, sudah demo-demo, ini Rp 20 juta per semester, itu lulusnya enggak jadi PNS lagi,” ucap Pahala (nasional.tempo.co 11/6/2024). Dari sini ia merasa ketimpangan anggaran antara PTN dan kedinasan terlampau jauh. Sehingga mewajarkan ketika UKT PTN naik untuk menutupi kekurangan anggaran penyelenggaraan.

Padahal jika kita mau jujur, mahalnya biaya kuliah saat ini, adalah karena penerapan sistem kapitalisme di negeri ini. sistem kapitalisme sekuler inilah yang menyebabkan tingginya biaya pendidikan di perguruan tinggi Dalam sistem ini anak-anak yang mempunyai pretasi, tapi kurang biaya akhirnya tidak bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Apa lagi dengan penerapan Konsep BHP-BHMN yang memberikan hak otonomi kampus. Komersialisasi di lingkungan perguruan tinggi Negeri tidak terelakan. Wajar jika sekarang ini biaya kuliah di PTN atau PTS hampir sama.

Pendidikan saat ini  telah menjadi lahan bisnis yang berkisar pada konsep untung dan rugi. Padahal Pendidikan seharusnya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sebagai konsekuensi negara yang menjamin kewajiban warganya untuk menuntut ilmu. Bukankah pendidikan tinggi merupakan investasi negara untuk melahirkan para pakar dan pemimpin negara? anak-anak negeri dari berbagai lapisan masyarakat berhak merasakan pendidikan  di perguruan tinggi. Mereka berhak mendapat pelayanan pendidikan terbaik, bukan hanya orang-orang kaya saja.

Sistem saat ini jelas  semakin memiskinkan masyarakat di tengah kesulitan ekonomi dan gelombang PHK saat ini. Bagaimana anak- anak negeri ini mampu bersaing dengan bangsa lain kedepanya, jika biaya pendidikan sangat mahal,  anak-anak juga mempunyai keinginan untuk mendapat pendidikan yang  terbaik, karena dengan pendidikan yang baik mereka berharap bisa merubah taraf hidup orang tuanya. Pendidikan seharusnya menjadi sektor strategis penentu masa depan peradaban dan kemajuan bangsa. Tapi apalah daya jika keinginan mereka ini terbentur mahalnya biaya pendidikan khususnya perguruan tinggi.

Saat ini paradigma pendidikan tinggi berubah ke arah komersialisasi pendidikan. Pemerintah perlahan-lahan meninggalkan tanggung jawab pengelolaan pendidikan dan mengalihkannya  pembiayaanya kepada masyarakat .

Ini sagat berbeda dengan sistem Islam yang menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara. Peradaban suatu bangsa berkembang seiring dengan adanya pendidikan, oleh karena itu Islam sangat menaruh perhatian tinggi terhadap pendidikan karena majunya peradapan suatu bangsa tergantung pada pendidikannya. Hal ini disadari sepenuhnya dalam sistem Islam.

Oleh karena itu, semua pemimpin dalam sistem Islam – termasuk para penguasa – bahu membahu dalam menjalankan amanahnya. Pemerintah memahami betul peran strategis pendidikan. Tentu saja pemahaman tersebut hanya bisa terwujud jika individu, masyarakat, dan negara memaksimalkan tugasnya.

Individu termotivasi untuk mencari ilmu, karena siapapun yang memilih  ilmu akan sangat diuntungkan. Komunitas menjadi ruang sosial  bagi setiap orang yang menginginkan informasi. Pada saat yang sama, negara menyediakan tempat, menyiapkan kurikulum, membangun infrastruktur dan memberikan pendidikan kepada masyarakat tanpa biaya. karena sejarah kejayaan peradaban Islam tidak lepas dari peran pendidikan di tengah masyarakat, Buktinya pada  masa kejayaan islam duluh  Faktanya bisa di lihat dari  buku sejarah dan ilmiah para ulama islam terdauluh.

Negara tidak boleh melepaskan tanggung jawab  dan mengalihkan tanggung jawabnya kepada pihak lain. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya, sumber pendapatan negara Islam  bergantung pada sumber pendapatannya yang terletak di Baitulmal. Ini meliputi kharaj, jizyah, ganimah, 'usr dan sumber daya milik publik seperti sumber daya pertambangan dll. Negara juga menyuruh rakyatnya untuk memberikan harta kepada mereka yang mempunyai kelebihan harta bila harta Baitul Mal tidak mencukupi. 

Demikianlah Islam dengan penerapan syariat dalam Daulah Khilafah Islamiyah, menjawab tentang sistem pendidikan. Mari kita jadikan konsep-konsep keislaman kembali mengisi ruang diskusi akademis, kembali pada sistem yang bersumber dari Allah Rabbul ‘alamin, Yang Maha Mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk bagi seluruh makhluk di muka bumi.(Wallahu'alam)