-->

Urgensi Kutlah Dakwah Ideologis

Oleh: Ida Nurchayati, (Kontributor Pena Mabda)

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut sebab perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Surat Ar-Rum : 41)

Tak bisa dipungkiri, realitas kehidupan kaum muslimin tidak sedang baik-baik saja. Berbagai krisis mendera umat seolah tak ada henti. Berbagai persoalan ekonomi seperti upah buruh rendah, kesenjangan ekonomi, rupiah kian melemah, juga mahalnya biaya pendidikan,  dekadensi moral, perubahan iklim, rapuhnya pondasi keluarga, stunting hingga korupsi belum ada solusi. Bahkan yang paling menyayat hati, tragedi kemanusiaan, genosida warga Gaza masih terus berlangsung. Lebih dari 36 ribu nyawa melayang, tanpa ada pembelaan yang bisa menghentikan penderitaan mereka.

Sekulerisme Biang Musibah

Umat Islam pernah mengalami masa keemasan dan menebar rahmat keseluruh penjuru alam. Masa ketika umat berpegang teguh pada Islam sejak Nabi SAW hijrah ke Madinah hingga runtuhnya khilafah Utsmani 1924. Umat menjadi "bunga dunia" dan tak terkalahkan. Namun sayang julukan tersebut pudar seiring umat meninggalkan kewajiban jihad. Nabi SAW bersabda yang artinya,

"Jika kalian  saling berjual-beli dengan inah, dan kalian sibuk membajak sawah dan bertani, kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan timpakan pada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut, hingga kalian kembali pada agama kalian" (HR Abu Dawud).

Jika jihad ditinggalkan maka otomatis dakwah kepada bangsa lain pun diabaikan. Ketika dua kewajiban ini dilalaikan, maka kaum kafir akan menyerang dan menguasai kaum muslim. Inilah awal keterpurukan dan kehinaan umat. 

Ketika umat mulai meninggalkan ajaran Islam dan membiarkan pemikiran asing memenuhi akal dan benak umat, serta mencari cara untuk menghancurkan kaum muslim. Umat juga berpangku tangan dari mengemban dakwah Islam serta melepaskan ajaran Islam sebagai kepemimpinan berpikir ( qiyadah fikriyah) dalam kehidupan, hukum dan aturan Islam diterapkan dengan keliru, bahkan dengan cara yang buruk.

Konspirasi Kafir Barat penjajah akhirnya berhasil merubuhkan institusi pelindung umat, yakni khilafah.  Nasib umat bak anak ayam kehilangan induknya. Umat diatur dengan sistem sekuler warisan kafir penjajah. Yakni sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama dipinggirkan sebatas untuk urusan ibadah, nikah dan talak. Manusia diberi kebebasan mengatur perilakunya dengan standar manfaat bukan pahala dan dosa. Materi dan kesenangan jasmani menjadi tolok ukur kebahagiaan. 

Sistem sekuler adalah sistem rusak dan merusak. Rusak karena aturan kehidupan yang dipakai merupakan produk akal manusia yang lemah dan terbatas, tidak sesuai fitrah manusia. Manusia sifatnya lemah dan terbatas, sehingga tidak layak membuat aturan. Keberadaan Tuhan ibarat pembuat tukang jam, ketika jam sudah jadi dibiarkan berjalan sendiri. Hal yang mustahil, tidak bisa diterima akal, ketika Tuhan mampu menciptakan manusia, alam semesta dengan segala kerumitannya, namun dianggap tidak mampu membuat aturan untuk manusia. Inilah logika sesat berpikir sekulerisme. Aturan produk akal manusia yang lemah menciptakan kerusakan demi kerusakan yang mudah terindra saat ini.

Hanya Islam Jalan Kemuliaan

Agar lepas dari dominasi kafir Barat, umat bisa bangkit menjadi negara adidaya yang mandiri maka perlu dipersiapkan menyebarkan pemikiran Islam terutama pada mereka yang belum pernah bersentuhan dengan pemikiran Islam yang jernih. Langkah berikutnya penegasan bahwa hanya dengan Islam, umat bisa mewujudkan kebangkitan  hakiki. Islam satu-satunya mabda yang shahih, sesuai fitrah manusia, memuaskan akal dan menghadirkan keamanan dan  ketentraman jiwa.

Untuk membangkitkan umat Islam dan umat lain meraih kebangkitan hakiki maka satu-satunya jalan harus mengembalikan kehidupan Islam, yakni dengan tegaknya khilafah  islamiyah. Tidak cukup sampai tahap ini, dakwah harus diemban kepada bangsa dan umat lain melalui politik luar negeri Negara Khilafah.

Kehidupan Islam akan terwujud kembali di tengah kaum muslimin ketika para pengemban dakwah menjadikan Islam sebagai tuntunan berpikir (qaidah fikriyah) untuk mengatur kehidupan. Kemudian Islam didakwahkan kepada orang lain agar mereka menjalani kehidupan sesuai Islam sebagaimana para pemgemban dakwah menjalaninya. Tahap selanjutnya menjadikan Islam sebagai qiyadah fikriyah, yakni kepemimpinan berpikir bagi individu, masyarakat, dan negara.

Peran Kutlah Dakwah Ideologis

Kebangkitan hakiki hanya terwujud dengan mengikuti tahapan (metode) dakwah Rasulullah SAW. Beliau mengawali dakwah dengan membina umat dalam pembinaan intensif, tujuannya untuk melakukan rekrutmen dalam rangka membentuk kutlah dakwah. Beliau juga membina umat dalam pembinaan umum untuk membentuk opini umum tentang risalah Islam yang diembannya. Tahapan pertama ini sempurna dengan terbentuknya kutlah dakwah.

Tahapan kedua adalah interaksi dengan umat dan masyarakat ( tafa'u Ma'a al-ummah). Tujuannya agar umat mau menerima, meyakini dan mengadopsi ideologi yang diemban pengemban dakwah menjadi ideologi umat. Caranya dengan mengemban pemikiran akidah Islam yang jelas dan pasti agar menjadi pemikiran orang lain. Menjelaskan sistem Islam yang terpancar dari akidah Islam untuk mengatur seluruh aspek kehidupan individu, masyarakat dan negara. Serta menjelaskan seluruh pemikiran yang dibangun diatas akidah, serta pemahaman yang terpancar dari pemikiran tersebut.

Proses tersebut dilakukan dengan melebur umat dalam kawah candradimuka partai, sehingga partai menjadi madrasah bagi umat. Pengemban dakwahnya berfungsi sebagai guru bagi umat. Peleburan ini dilakukan melalui pembinaan intensif, pembinaan umum, membongkar kerusakan pemikiran asing serta rencana jahat kaum kafir, pertarungan intelektual dan perjuangan politik.

Nabi SAW melakukan aktifitas peleburan umat hingga akhirnya terwujud Negara Islam pertama di Madinah. Kehidupan Islam terwujud ditengah-tengah masyarakat. Selanjutnya Negara Islam akan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia, membebaskan manusia dari penghambaan kepada makhluk kepada penghambaan pada Allah semata.

Maka dakwah mengemban mabda sebagai kepemimpinan berpikir individu, masyarakat dan negara harus dilakukan oleh kutlah dakwah ideologis. Maka keberadaan kutlah dakwah ini merupakan keharusan sekaligus memenuhi seruan Allah SWT dalan surat Ali-Imran ayat 104 yang artinya,

"Hendaklah ada di antara kalian, segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung"

Kutlah dakwah ideologis inilah yang akan menjadi dokter bagi umat. Membawa umat dari jurang kehinaan menjadi umat terbaik pemimpin peradaban dunia.

Wallahu a'lam