-->

Fenomena Malin Kundang Modern, Ada Apa Dengan Generasi

Oleh : Mutia Syarif 

Setiap orangtua, pasti mendambakan anak yang solih dan solihah. Yang bisa menjadi penyejuk hati dan pelipur lara. Karena dapat dikatakan bahwa anak solih merupakan investasi akhirat. Doa anak solih termasuk kedalam 3 amalan yang tidak akan pernah terputus.

Mendidik anak menjadi solih, temtu bukan perkara yang mudah. Terlebih di zaman sekarang, dimana hal-hal buruk dan tabu dipertontonkan secara terang-terangan. Kemaksiatan merajalela. Ditambah media sosial yang tidak tersaring lagi isi dan kontennya. Membentuk anak solih menjadi hal yang sangat sulit.

Viral di media sosial, seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil penyelidikan polisi, pelaku ternyata adalah dua anak kandungnya sendiri. (liputan6.com 23/06/2024)

Pemberitaan semacam itu tentu sangat miris. Dan tentunya, hal itu merupakan salah satu dari sekian banyak kasus serupa. Timbul sebuah pertanyaan, apa sebenernya yang terjadi, sehingga ada anak yang tega membunuh orangtuanya sendiri, bahkan sebaliknya.

Anak merupakan bagian dari sebuah keluarga. Karakter anak tentunya dibentuk oleh beberapa faktor, yang pertama adalah orangtua, kemudian lingkungan dan stimulus eksternal (medsos). Keluarga sejatinya menjadi sandaran teraman dan ternyaman bagi seseorang. Dan hal tersebut sangat mungkin tidak didapatkan di era sekarang ini. Banyak orangtua mengabaikan anak-anaknya karena sibuk mencari uang. Sehingga anak-anak merasa sendirian, tidak ada yang mengarahkan.

Yang kemudian terjadi adalah, anak-anak akan mencari tempat aman dan nyaman itu di luar rumah. Sampai akhirnya, lingkungan yang membentuk kepribadiannya. Seperti yang kita ketahui, lingkungan masyarakat saat ini adalah lingkungan yang sekuler. Dimana agama telah dipisahkan dari kehidupan. Bagaimana jika hal tersebut kemudian menjadi karakter yang melekat dalam diri anak? Sudahlah anak tersebut tidak dekat dengan orangtuanya, lalu merekapun diasuh oleh lingkungan yang “salah”.

Dan ketika akhirnya mereka kemudian tidak menjadi sosok seperti apa yang diharapkan oleh orangtuanya, banyak orangtua yang menyalahkan sang anak. Padahal orangtua pun punya andil dalam hal tersebut. Maka timbul kebencian dalam diri anak, dan parahnya lagi, mereka tidak menganggapnya sebagai orangtua lagi. Hilanglah rasa hormat dan bangga kepada orangtua. Maka terbentuklah mereka sebagai anak durhaka. Dan lingkaran setan itu terus berputar, dalam sistem rusak seperti sekarang ini.

Sekulerisme melahirkan manusia-manusia yang kosong jiwanya. Mereka sangat miskin iman, rapuh dan tidak bisa mengontrol emosinya. Mereka tidak paham akan keharusan untuk birrul walidain. Kapitalisme menyibukkan mereka untuk terus mengejar kekayaan dunia, sehingga mereka berpaling dari kekayaan yang sudah mereka miliki, yakni orangtua mereka.

Sistem pendidikan yang ada pun turut membentuk generasi sekarang menjadi generasi yang sangat minim adab. Perhatikan saja bagaimana mereka memperlakukan guru-guru mereka dengan tidak hormat. Tidak terima jika di nasehati, terkesan seperti anak manja yang malah marah jika ditegur. Darisinilah kemudian lahir generasi rusak, yang rusak pula hubunganya dengan Allah.

Dalam Islam, adab terhadap orangtua sangat dijunjung tinggi. Keutamaan birrul walidain tercatat dalam Al-quran.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS: Al Isra ayat 23)

Karena itu dalam Islam, generasi dipersiapkan sedini mungkin agar bisa menjadi generasi qurrota a'yun. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu berkata: Qurrota a'yun memiliki arti yaitu adalah keturunan yang mengerjakan ketaatan, sehingga dengan ketaatannya itu membahagiakan orang tuanya di dunia dan akhirat.

Dengan menanamkan akidah islam yang kokoh sejak dini. Maka terlahirlah generasi solih serta cerdas dan berpikir cemerlang dalam segala hal. Generasi tangguh, yang dibentuk oleh sistem paripurna yakni sistem Islam.

Wallahu'alam