-->

Ke - khas - an Kehidupan Islami


Oleh : Maulli Azzura

#Nafsiyah -Keluarga adalah potret kecil sebuah pemerintahan, oleh karenanya seorang kepala keluarga adalah pemimpin dan didalamnya banyak ragam peraturan untuk melangkahkan dan membawa kemana arah keluarganya tersebut. Dari lingkungan keluarga pula bagaimana generasi dibentuk untuk menjadi generasi seperti yang diinginkan kepala keluarga. 

Peran kepala keluarga sangat central sebagai figur dari keluarganya, seorang Istri sebagai penasehat bagi suaminya dan berperan sebagai pengasuh, pendidik dan membesarkan serta bertanggung jawab untuk tumbuh kembang anak-anaknya. Jika dasar yang digunakan untuk membentuk sebuah keluarga adalah dasar yang salah, maka sebuah keluarga akan tergambar bagaimana keadaan potret kecil dari pemerintahannya. Sebaliknya jika dasar-dasar yang mereka adopsi dari sumber yang benar, maka akan berbeda keadaannya dengan sebuah keluarga yang mengadopsi dari sumber yang salah. 

Dalam perkembangannya, manusia difasilitasi oleh 
orang lain dan berkontribusi kepada orang lain dalam ikatan 
sosial (salah satunya adalah keluarga). Manusia mempunyai motivasi fundamental, kuat, dan terus-menerus untuk 
membentuk dan melangsungkan sejumlah relasi sosial yang dimilikinya. Hal inilah yang membuat manusia tidak bisa tanpa bantuan dan pasti membutuhkan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang pada akhirnya pasti memerlukan orang lain, yang kemudian nantinya memunculkan kerja sama dan kompetisi yang membuat kehidupan manusia menjadi lebih maju.

Namun potret hari ini secara mayoritas banyak persoalan-persoalan bermunculan dimulai dari lingkungan keluarga. Imbasnya adalah minim solusi untuk memecahkan persoalan tersebut dan tentunya hal ini akan sangat mempengaruhi kegiatan sosial diantara individu didalamnya. Jika kita telusuri dengan kritis, maka sumber persoalannya adalah dasar yang diadopsi oleh sebuah keluarga telah melenceng jauh dari kebenaran yang hakiki. Sehingga ketika berinteraksi dengan dunia luar dalam lingkup yang lebih luas ( masyarakat dan negara ) mereka membawa pengaruh besar dalam kehidupannya.

Sudah sejak zaman dahulu memang manusia itu 
diragukan, khususnya tentang apa-apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan dirinya dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lain. Tapi justru itu malah jadi sumber kekuatan. Kelemahan yang malah jadi kekuatan.

وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ‌ؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ

 "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-Baqarah ayat 30)

Pada surat Al-Baqarah ayat 30 ini, harusnya kita ingin berfokus pada fakta yang malaikat ungkapkan tentang karakter dan kecenderungan manusia untuk merusak. Ayat ini menunjukkan bahwa memang manusia punya kecenderungan hal tersebut, tapi Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Ayat ini seolah ingin menunjukkan bahwa terlepas dari fakta, ada kecenderungan manusia yang lebih lemah dan tak berdaya dibanding makhluk lain, tapi itu memang ada 
dalam rencana dan skenario Allah. Hal yang kemudian karenanya, Allah lebih memilih 
manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi, bukan malaikat atau makhluk lainnya.

Sangat penting kiranya bahwa membentuk sebuah pemerintahan yang dimulai dari pemerintahan kecil ( keluarga ) harusnya mengadopsi aturan yang benar ( Islam ) sebagai sandaran kehidupannya. Sehingga seorang pemimpin akan memahami betul arah dan tujuan kepemimpinannya. Inilah yang membedakan antara kepemimpinan ideologis dalam islam dengan yang lainnya. Islam mempunyai ke-khas-an dalam membina sebuah masyarakat. Seorang pemimpin baik dalam lingkup kecil maupun besar memiliki "Secret Life" yang tidak dimiliki oleh aturan selainnya. 

Tujuan kemuliaan yang sejati terletak pada nilai-nilai ibadah dalam segala aktifitasnya. Sehingga akan senantiasa berhati-hati dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Qoidah fikriyah islamiyah yang terpaku dalam setiap individu membentuk sebuah komunitas dengan satu dasar dan tujuan yang sama untuk menjadikannya sebuah Qiyadah Fikriyah yang mempengaruhi kehidupan manusia. Kemudian terbentuklah sebuah tatanan kehidupan seperti yang diinginkan Sang penciptanya Allah SWT.

Tak heran tatanan kehidupan yang mulia ini, telah banyak menorehkan prestasi gemilang. Berawal dari lingkup keluarga kemudian diwujudkan dalam  ketatanegaraan, sehingga didalamnya adalah individu-individu yang taat dengan syariatNya. Maka penting kiranya segalanya berawal dari pembinaan lingkup keluarga yang didasari atas dasar keimanan yang benar. Dan inilah yang akan terus kita tanamkan untuk mencapai sebuah keberhasilan besar yang mampu dan memiliki kemampuan yang luhur dalam segala persoalan yang menerpa dalam kehidupan.

Wallahu A'lam Bishowab