KEJUTAN BERTARUH NYAWA
Oleh : Ika Sartika (Pemerhati Sosial)
Sungguh tragis peristiwa yang menimpa Fajar Nugroho (18 tahun). Di hari ulang tahunnya, siswa yang menjabat sebagai ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Klaten, Jawa Tengah ini meninggal dunia(08/07/2024). Kejutan yang diberikan oleh teman-temannya malah menghantarkannya pada maut. Niat ingin memberikan kejutan tapi nyawa dipertaruhkan.
Peristiwa tersebut bermula pada saat teman-temannya yang mengetahui bahwa fajar hari itu berulang tahun, memberikan kejutan. Sebelumnya mereka melempar tepung dan telur kepadanya, lalu kemudian menceburkannya kedalam kolam. Namun, tanpa diketahui ternyata air kolam tersebut teraliri listrik. Fajar tersengat aliran listrik dari mesin pompa kecil yang ada di kolam. Sempat dilarikan ke RSI Cawas, namun sayang nyawanya tidak dapat ditolong lagi. Peristiwa nahas tersebut tentu saja memberikan kesedihan yang mendalam bagi keluarga dan teman-temannya. Niat ingin memberi kejutan dan seru-seruan namun duka yang didapatkan.
Trend dan Eksistensi Diri
Tradisi prank, surprise atau mengerjai teman yang sedang berulang tahun seolah sudah menjadi tren di negeri ini. tradisi seperti ini dianggap oleh mereka sebagai bentuk kepedulian, kebersamaan dan juga seru-seruan bareng teman-teman. Karena hal tersebut dianggap momen yang menyenangkan dan dilewati hanya setahun sekali.
Namun sayang, banyak diantara pelaku tradisi tersebut saat mengerjai teman-temannya terkadang diluar batas kewajaran dan membahayakan. Tidak memperdulikan aspek keamanan dan keselamatan. Yang dipikirkan hanya senang-senang dan seru-seruan saja. Akhirnya, tidak sedikit kasus kejutan ulang tahun yang justru berakhir tragis. Seperti yang dialami oleh Fajar.
Selain trend, bagi remaja. Merayakan ulang tahun dengan kejutan bisa jadi juga merupakan bentuk eksistensi diri mereka. Masa remaja adalah masa pencarian idetintas atau jati diri. Dan, karakter remaja hari ini mudah menjadi peniru. Berbagai program di televisi, seperti sinetron-sinetron yang menampilkan kemewahan, sikap hedon dan senang-senang menjadi salah satu referensi gaya hidup mereka. Belum lagi perilaku para "idola" remaja di medsos yang menjadi tumpuan pencarian identitas diri, secara tidak sadar ditiru oleh mereka.
Hidup glamor, kemudahan dan perilaku serba instant serta kebebasan dan kesenangan menjadi bagian dari gaya hidup remaja hari ini. Alhasil, banyak remaja ikut-ikutan trend yang ada tanpa berfikir benar. Termasuk trend surprise, prank saat ulang tahun tanpa mempertimbangkan aspek-aspek yang lain apalagi agama. Yang ada dipikiran mereka hanyalah seru-seruan dan senang-senang semata.
Faktor Penyebab
Sebagian besar remaja hari ini mudah terpengaruh dengan segala hal yang viral ataupun trend yang sedang berkembang. Baik itu gaya hidup dan pergaulan demi mendapat predikat "gaul" dan mengikuti perkembangangan zaman.
Selain itu, perilaku remaja seringkali spontan tanpa disertai pemikiran yang mendalam. Hal ini terjadi karena ketidakfahaman mereka atas kaidah berfikir dan beramal yang benar. Dan juga adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan mereka serta resiko yang mungkin terjadi. Seringkali perbuatan dilakukan sekedar bersenang-senang dan jauh dari kata produktif. Itulah realitas sebagian besar remaja hari ini.
Sebenarnya kondisi semacam ini tidaklah terjadi begitu saja. Tentu saja ada berbagai faktor penyebabnya.
Lemahnya pengetahuan para remaja terhadap Islam, menyebabkan jauhnya mereka tentang hakikat kehidupan. Mereka tidak memiliki pemahaman tentang Allah Yang Maha Menciptakan, Allah tempat kita kembali dan bahwa Allah akan meminta pertanggung jawaban atas semua yang kita lakukan di dunia. Tanpa adanya kesadaran tersebut, manusia akan melakukan perbuatan sesuai dengan kehendaknya. Tidak memandang lagi halal dan haram.
Yang kedua, sistem pendidikan yang diterapkan juga memberikan andil yang besar terhadap kondisi remaja hari ini. Sistem pendidikan yang sekuler saat ini, hanya berorientasi pada capaian nilai akademik saja. Bahkan sekolah dirancang hanya untuk menghasilkan materi. Bersekolah agar dapat ijazah supaya bisa bekerja. Pendidikan tentang agama, akhlak, moral, dan etika diabaikan dan dilupakan. Sehingga tidak mampu membentuk karakter dan mental yang kuat bagi para peserta didik. Mudah terbawa arus liberalisasi budaya asing, mudah meniru gaya hidup hedonis, permisive dan berperilaku sesuai dengan keinginannya. Kebahagiaan hidup diukur dengan kesenangan materi.
Betul memang ada mata pelajaran agama di sekolah. Namun tidak proposional, porsinya amat sangat sedikit. hanya dua jam saja dalam seminggu. Itupun yang diajarkan hanya sebatas ritualisme semata, bukan Islam sebagai "way of life". Hal ini berakibat pada rendahnya pemahaman remaja tentang agamanya. Padahal agama dapat menjadi kontrol bagi para remaja saat berperilaku. Kita lihat bagaimana fakta saat ini banyak generasi yang pintar, pandai, sukses secara materi tetapi lemah moral dan akhlaknya. Dan ini berlangsung secara terus menerus dan berulang.
Yang selanjutnya adalah, faktor teknologi. Tidak dapat dipungkiri kemajuan teknologi berdampak positif bagi kehidupan. Kecepatan akses komunikasi dan informasi mempermudah manusia dalam melakukan segala hal. Namun demikian, banyak pula dampak negatif dari pesatnya akses informasi yang berasal dari luar tanpa filter. Tidak ada pengaturan informasi yang dapat membentengi dari kejahatan dan kemaksiatan. Akibatnya teknologi menjadi racun bagi generasi. Kebebasan, hedonitas dan gemerlap hidup para selebritis dan para "idol"remaja yang menampilkan kehidupan mewah, pesta pora, kesenangan dan hura-hura jadi konsumsi bebas yang dapat ditiru oleh para remaja.
Sungguh miris memang melihat perilaku remaja hari ini. Sederet perilaku negatif kerap menghiasi mereka. Padahal sejatinya para remaja adalah generasi penerus negeri ini. Apalagi diperkirakan antara tahun 2030-2040 Indonesia akan mengalami bonus demografi. Dimana usia produktifnya mencapai jumlah 70 persen.
Tentu saja hal tersebut harus diiringi dengan peningkatan kualitas generasinya. Bisa dibayangkan apa yang terjadi bila jumlah usia produktifnya yang notabenenya adalah remaja, lemah secara kualitas. Dan ini akan menjadi ancaman dan bencana bagi negeri ini. Harapan menjadi generasi emas 2045 hanyalah angan-angan kosong belaka.
Lemahnya pemahaman para remaja terhadap Islam menjadikan remaja menjadi pribadi yang rapuh. Perilaku spontan, ceroboh, terbawa perasaan atau baperan, sumbu pendek dan sejumlah perangai negatif lainnya dimiliki sebagian besar remaja saat ini. Semua itu terjadi karena remaja hari ini tidak dibentuk agar memiliki cara berpikir yang benar dan mendalam.
Dalam Islam, setiap individu harus memiliki kaidah berpikir mendalam dan benar. Berpikir mendalam artinya, sebelum berbuat harus berpikir terlebih dahulu, tidak gegabah, selalu waspada dan berhati-hati. Sedangkan yang dimaksud berpikir benar yaitu sesuai dengan syariat Islam. Halal dan haram yang menjadi tolak ukurnya. Dengan begitu, para individu remajanya akan terhindar dari kesalahan yang fatal yang dapat menimbulkan pada penyesalan yang mendalam.
Dengan adanya pemikiran yang mendalam dan benar, para individu remaja juga akan bersikap penuh pertimbangan sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan bijak. Dengan sudut pandang syariat para remaja memiliki prinsip hidup yang benar dan tepat. Tidak mudah berperilaku latah terhadap trend yang ada. Selain itu berpikir mendalam dan benar membantu para remaja lebih fokus dan produktif. Sehigga para remaja dapat terhindar dari amalan yang sia-sia.
Dengan kaidah berpikir mendalam dan benar akan membangun kepribadian islam pada diri para remaja. Ketika pola pikir terbiasa bersandar pada Islam, maka akan menghasilkan pola sikap yang sesuai dengan Islam. Kepribadian ini akan menjadi karakter khas yang akan membentuk ketakwaan dalam diri para remaja.
Namun, pola pendidikan seperti ini tidak dapat terbentuk dalam bingkai pendidikan yang berasas sekulerisme seperti saat ini. Sekulerisme memandang agama hanya sebatas ibadah ritual. Hanya mengatur hubungan manusia dengan penciptanya semata.
Islam jauh lebih dari itu. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Mengatur hubungan manusia dengan penciptanya, mengatur hubungan dengan dirinya sendiri dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Islam punya aturan yang lengkap dan komperhensif, mulai dari aturan bangun tidur sampai bangun negara, termasuk bagaimana cara membentuk individu takwa yang berkualitas.
Oleh karena itu, untuk membentuk generasi muda yang berkepribadian kuat dan baik, akidah Islam harus menjadi pondasi dalam sistem pendidikan. Hal ini telah terbukti beberapa abad silam. Pendidikan Islam berhasil melahirkan banyak generasi cemerlang dengan banyak prestasi. Berbagai karya dan penemuan-penemuan mutakhir yang menjadi pijakan bagi ilmuwan hari ini, berasal dari generasi terdahulu yang merupakan hasil didikan sistem Islam.
Pendidikan Dalam Islam
Dalam Islam, pendidikan adalah jalan yang penting dan utama untuk melahirkan dan membentuk generasi berkualitas. Oleh karena itu pendidikan merupakan kebutuhan yang asasi yang harus dijamin kebutuhannya. Negara menyelenggarakan pendidikan secara gratis bagi warganya. Generasi tidak akan terbebani dengan biaya pendidikan, sehingga para siswa bisa fokus untuk belajar.
Sistem pendidikan Islam memiliki prinsip-prinsip dasar yang mewujudkan terbentuknya kaidah berpikir yang benar pada setiap siswa didiknya.
pertama, pendidikan Islam dibangun diatas kurikulum yang berlandaskan akidah Islam. Akidah Islam merupakan asas yang mendasar bagi kehidupan seluruh muslim. Seluruh pengetahuan yang diterima setiap peserta didik berdasarkan akidah Islam. Hasilnya, akan terbentuk pribadi yang memiliki pola pikir dan dan pola sikap yang sesuai tuntunan Islam.
kedua, tujuan menuntut ilmu adalah dalam rangka mengenal Allah Ta'ala sebagai pencipta. Mengamati dan menyaksikan keagungannya dalam berbagai peristiwa yang diamati, serta mensyukuri seluruh nikmat yang telah Allah beri.
ketiga, pendidikan Islam memgarahkan peserta didik pada pengembangan keimanan yang melahirkan amal shaleh dan ilmu yang bermanfaat. Islam menekankan agar tiap individu harus menjadi hamba yang memiliki ketaatan yang tinggi dengan amal shaleh terbaik. Prinsip seperti ini akan menjadikan setiap individu generasi selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan. Standar halal haram selalu menjadi tolak ukur dalam perbuatan, bukan pandangan manusia.
keempat, mengarahkan potensi-potensi baik yang ada pada setiap diri manusia agar sesuai dengan fitrahnya dan meminimalkan aspek yang buruk. Ilmu yang dikembangkan dan teknologi diciptakan ditujukan untuk memberi manfaat dan kemaslahatan bagi seluruh manusia.
Demikianlah bagaimana cara Islam membentuk generasi bertakwa, beradab, cerdas dan berkarakter kuat. Namun, semua ini tidak akan bisa terlaksana kecuali dalam sebuah sistem pemerintahan Islam yang mengikuti manhaj kenabian.
Wallahu'alam
Posting Komentar