-->

Kejutan Ulang Tahun Berbuah Petaka


Oleh: Lia April
(Pendidik Generasi)

Perayaan hari ulang tahun saat ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi generasi saat ini. Hari tersebut biasa dirayakan dengan memberikan kejutan kepada orang yang sedang berulang tahun. Kegiatan seperti ini kebanyakan lebih banyak mengandung mudharat dibanding dengan hal positifnya. Seperti yang belum lama ini terjadi pada siswa SMA di Klaten. 
TEMPO.CO, Klaten - Nasib tragis menimpa Ketua Osis SMAN 1 Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ketua OSIS berinisial FN, 18 tahun, meninggal dunia akibat tersengat listrik setelah diceburkan ke kolam di sekolah saat perayaan ulang tahunnya pada Senin, 8 Juli 2024.
Kepala Kepolisian Sektor Cawas Ajun Komisaris Polisi Umar Mustofa menuturkan, peristiwa tragis itu terjadi ketika korban dan teman-temannya yang tergabung dalam OSIS melakukan pertemuan rapat persiapan untuk lomba pengembangan prestasi minat bakat siswa yang akan diadakan 25 Juli 2024.
Saat itulah ada temannya yang mengetahui korban hari itu sedang berulang tahun dan ingin merayakannya. Selesai makan siang dan salat zuhur, korban ditaburi tepung kemudian diceburkan teman-temannya ke kolam sekolah.
Sungguh tragis memang. Walaupun sejatinya peristiwa seperti kematian atau yang akan terjadi kemudian merupakan sesuatu yang tidak bisa kita prediksi sebelumnya namun setidaknya kita bisa memikirkan terlebih dahulu konsekuensinya sebelum bertindak.
Memang perkembangan teknologi yang semakin maju sehingga informasi dan tayangan apapun bisa di akses dengan mudah. Hal tersebut membuat generasi saat ini terutama para remajanya lebih mudah meniru akan budaya-budaya yang memang bukan berasal dari budaya Islam seperti halnya ulang tahun. Walaupun mereka berdalih hanya bersenang senang demi membuat temannya bahagia, namun terkadang mereka melakukannya sampai melampaui batas, sehingga tak jarang berakibat fatal.
Hal ini juga tidak berlepas dari sistem yang diemban saat ini yaitu sistem sekuler- kapitalis. Di mana sistem sekuler adalah sebuah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya dianggap sebuah ritual semata bukan sebagai sekumpulan aturan mengenai kehidupan. Sedangkan kapitalisme memandang bahwa tolok ukur kebahagiaan dinilai berdasarkan materi saja. 
Hal ini menyebabkan para remaja saat ini memiliki akhlak dan moral yang lemah serta memilih kebebasan dalam bertingkah laku sehingga kita bisa lihat sekarang banyak para remaja yang hanya bisa meniru kebiasaan idolanya, meniru budaya di luar Islam, pandai dan cerdas serta mumpuni secara keilmuan tetapi keberhasilan mereka terbatas hanya pada materi belaka. Kepintaran dan kecerdasan mereka pun tidak disertai dengan adab dan akhlak yang baik. 
Berbeda dengan generasi emas yang akan Islam ciptakan. Dalam Islam generasi emas dan cemerlang adalah generasi yang berkepribadian Islam. Generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai syariat. Generasi yang menyadari bahwa tujuan penciptaannya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah. Hanya untuk meraih rida Allah. Mereka memahami hakikat sebagai manusia yang akan dikembalikan kepada sang Penciptanya untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka di dunia. Sehingga mereka akan menjaga setiap perbuatannya sesuai dengan hukum syarak, halal dan haram akan senantiasa menjadi perhatian mereka dalam melakukan setiap perbuatan. Hingga ketakwaan tertanam dalam jiwa generasi muda.
Generasi emas ini hanya bisa terwujud ketika syariat Islam diterapkan secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Ketika Islam diterapkan secara menyeluruh termasuk dalam tatanan negara. Maka Islam akan membuat sistem pendidikan yang berlandaskan akidah, di mana adab akan sangat di junjung tinggi. Bukan hanya dari pendidikan tetapi semua unsur di dalam negara saling berkontribusi mulai dari adanya ketakwan dari individunya, kontrol dari masyarakat yang saling amar ma’ruf nahi mungkar ketika ada kesalahan, serta kehadiran negara dalam menerapkan aturan dari Allah Swt berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunah sehingga mampu melahirkan sanksi tegas untuk pelanggar syariat. Sanksi tegas ini berfungsi sebagai pencegah dan penebus sehingga kejadian yang sama tidak terulang kembali. 
Begitulah Islam akan mengatur dan mengkondisikan masyarakat mulai dari tatanan individu hingga masyarakat secara luas untuk menjaga ketakwaan mereka. Sehingga, hal tersebut berdampak pada pendidikan dan perkembangan anak sedari dini. Hal inilah yang dapat mewujudkan generasi emas yang sesungguhnya. 
Islam memandang pendidikan adalah hal pokok yang harus diperhatikan oleh negera.  Semua elemen yang menentukan dalam sistem pendidikan, yaitu kualitas dan tingkat kesejahteraan guru, kelayakkan kurikulum dan ketersediaan infrastruktur pendidikan akan tersedia dengan baik dan penuh keseriusan oleh negara.
Wallahu’alam bisswab.