-->

Marak Anak Durhaka, Akibat Aturan Pembawa Petaka

Oleh: Sri Nurhayati, S.Pd.I
(Praktisi Pendidikan)

 Anak adalah generasi yang menjadi gambaran masa depan sebuah negara dan peradaban. Anak sebagai generasi yang kelak meneruskan kita di masa depan dalam mengisi dan menjalankan roda kehidupan selanjutnya adalah investasi jangka panjang yang kita persiapkan saat ini. Kegemilangan atau kegelapan yang akan dihadapi tak lepas dari bagaimana kondisi anak-anak kita saat ini.
 Suatu kegemilangan dapat diraih, jika anak-anak kita memiliki kualitas yang mumpuni, seperi dari sisi intelektual, spiritual dan moral yang baik telah terbentuk dalam diri mereka. Namun, jika kualitas anak-anak kita tak mumpuni dan justru buruk, maka kegelapan akan mengintai kita di masa yang akan datang.
 Jika kita melihat kondisi saat ini, bayangan masa depan kita kelak sesungguhnya membuat miris. Bagaimana tidak? Moral anak-anak saat ini menunjukkan kondisi yang tak baik-baik saja. Mereka tak merasa takut saat berlaku durhaka kepada orang tua mereka. Sikap buruk mereka pada orang tua mereka membuat kita sedih, anak yang diharapkan bisa menjaga orang tua di masa tua kelak, justru malah menjadi malapetaka untuk kedua orang tuanya.
 Sikap durhaka mereka tak hanya berani berkata-kata kasar saja dan menyakitkan hati, tetapi mereka tega bertindak lebih keji lagi. Mereka tega membunuh orang tua yang telah merawat dan menjaga mereka dari kecil. Seperti, kasus di Jakarta Timur, dua orang anak tega membunuh sang ayah karena tak terima dimarahi setelah mereka tertangkap basah mencuri uang ayah mereka. 
 Kasus yang lain tak kalah mengerikan juga, seorang anak di Pesisir Barat, Lampung tega membunuh ayahnya pula. Dia tega membunuh sang ayah karena kesal dimintai tolong untuk mengantar ayahnya yang sedang sakit stroke ke kamar mandi. Rasa kesal itu membuatnya tega berbuat keji pada sang ayah.
 Perilaku keji yang dilakukan anak dalam dua kasus di atas adalah sebagian kasus yang menimpa generasi kita. Hal ini sesungguhnya menunjukkan bahwa rasa kasih dan sayang mereka pada orang tua serta rasa hormat dan bakti mereka telah hilang.
 Hilangnya rasa kasih sayang, hormat dan bakti mereka pada orang tua merupakan kondisi yang memprihatinkan. Bagaimana kelak masa depan kehidupan kita, jika diisi oleh pribadi-pribadi yang keji ini? Hanya kegelapan yang akan mengintai masa depan kehidupan kita kelak.
 Buruk dan rendahnya moral anak-anak kita, sejatinya tak terjadi begitu saja. Tetapi, semua itu terbentuk dari suatu kondisi yang menghantarkan terbentuknya sikap dan moral sebuah individu. Hal ini tak lepas dari tatanan kehidupan yang ada di tengah-tengah kita saat ini.
 Tatanan kehidupan yang berlandaskan sekularisme, yakni ide yang memisahkan agama dari kehidupan telah merusak dan merobohkan pandangan akan keluarga. Sehingga hal ini berdampak pada kualitas anak-anak kita. Karena, keluarga sebagai salah satu pilar penyangga eksitensi suatu peradaban. 
Kondisi keluarga menjadi cerminan kondisi suatu peradaban, sebagai sebuah pilar, jika kerusakan melanda keluarga, maka kerusakan ini akan mempengaruhi suatu peradaban. Oleh karena itu arah pandang yang keliru akan keluarga ini terbentuk di tengah-tengah umat, maka ini akan mempengaruhi pula terhadap kondisi generasi yang ada di dalam keluarga dan tentunya ini menjadi suatu tanda kehancuran akan menghampiri suatu peradaban
 Sekularisme yang melahirkan ide kapitalisme yang menjadikan tujuan manusia hanya tertuju pada materi saja. Hilangnya rasa keimanan dan ketidakmampuan dalam mengontrol emosi membentuk individu yang rapuh dan kosong jiwanya menjadi menjadi output manusia yang dilahirkan ide sekularisme ini. Ini pun yang terjadi pada anak-anak kita saat ini.
 Tujuan hidup yang hanya berfokus pada materi dan abai akan kewajiban berbakti pada kedua orang tua. Bahkan, ada yang menganggap orang tua beban bagi mereka yang akhirnya membuat mereka tega menelantarkan orang tua mereka di panti-panti jompo.
 Ide sekularisme yang memberikan kebebasan berperilaku dan perlindungannya atas nama HAM menjadi salah satu penyebab hal itu terjadi. Karena, ide kebebasan ini telah melahirkan generasi materialis, individualis dan hedonis. Jauhnya aturan agama (Islam) dari kehidupan manusia telah menjadikan rusaknya hubungan mereka dengan Allah Al Khaliq dan Al Mudabbir. 
Sehingga, tak heran lahir generasi yang rusak pula. Karena sekularisme-kapitalisme pembawa petaka, dia telah menjadikan fitrah dan akal manusia tak terpelihara dan terjaga. Bahkan telah menjadikan manusia jauh dari tujuan penciataannya, yakni sebagai hamba dan khalifah yang membawa rahmat bagi alam.
 Hal ini diperparah dengan penerapan sistem sanksi yang ada. Seperti, ketidakjelasan batasan anak misalnya. Usia 17 yang harusnya sudah dapat dikenai sanksi, tapi justru terhalang karena dianggap masih anak-anak. Padahal usia ini sudah dewasa dan bisa diberi sanksi. Lemahnya sistem sanksi yang ada berdampak pada maraknya perilaku durhaka anak pada orang tua mereka.
Islam Penjaga Generasi
Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada Nabi kita Muhammad SAW yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan sesama manusia.
Islam aturan yang sempurna yang diberikan oleh Allah kepada kita untuk mengatur manusia dalam segala aspek kehidupan. Memberikan solusi untuk berbagai permasalahan yang menimpa manusia. Kehidupan sosial saat ini yang telah mengalami kerusakan, sesungguhnya Islam memiliki solusi untuk membangun kehidupan sosial yang indah, nyaman dan berkah. 
Rusaknya tatanan kehidupan kita saat ini sejatinya hanya Islam solusinya. Aturan Islam mampu menjaga dan melindungi kita dan generasi dari kerusakan yang dibawa oleh ide busuk sekularisme. Islam akan mendidik generasi untuk memiliki kepribadian Islam yang akan memiliki rasa kasih dan sayang serta akan berbakti dan hormat kepada kedua orang tuanya. 
Selain itu, dengan kepribadian Islam ini generasi umat akan memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosi. Islam memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari perilaku maksiat dan tindak kriminal. Ada tiga pilar yang ada dalam Islam untuk membentengi generasi dari kemaksiatan. 
Pertama,dibangunnya ketaqwaan individu dalam diri kita, termasuk di dalamnya para generasi. Kedua, dibangunnya kontrol masyarakat, yakni aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagai anggota masyarakat kita dibentuk untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling mencegah dari perilaku buruk. Ketiga, penerapan Islam secara total, termasuk di dalamnya aturan tegas oleh negara.
Ketiga pilar ini tidak bisa berdiri sendiri, ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain, ketaqwaan individu dapat terjaga dengan adanya kontrol masyarakat, kedua pilar ini akan terjaga, ketika pilar ketiga, yakni penerapan Islam ini terbentuk di tengah-tengah umat. 
Seperti dalam penegakan sanksi tegas dan memiliki efek jera bagi tindak kriminal dan kemaksiatan. Sehingga dapat mencegah semua bentuk kejahatan termasuk kekerasan anak terhadap orang tua. 
Oleh karena itu, pentingnya pembentukkan aqidah dan ketaqwaan individu sebagai pondasi, kontrol di tengah-tengah masyarakat sebagai tiangnya dan penerapan aturan Islam sebagai pilar penjaga keduanya. Semua itu harus dilakukan bersama-sama, persatuan umat akan menjadi kekuatan kita dalam meraih kegemilangan di masa depan dan penerapan Islam Kaffah menjadi penjaga persatuan umat.
Wallahu’alam bishowab.