-->

Stop Generasi Tawuran, Jadi Ajang Cari Cuan !

Oleh : Hasna Hanan

Kembali terjadi aksi tawuran yang dilakukan oleh sekelompok warga di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Dugaan sengaja buat konten untuk mencari cuan melalui medsos pun muncul dibalik terjadinya aksi tawuran.(detiknews, kamis 27/6)

Pemicu aksi tawuran tersebut adalah saling ejek, selain itu kata Kapolres Metro Jaktim Kombes Nicolas Ary Lilipaly ada faktor lain yang menyebabkan tawuran kembali terjadi.

Dia merinci diantaranya faktor ekonomi, pendidikan, kehidupan sosial, dan budaya juga pengawasan dari orang tua yang kurang, semua hal itu menjadi faktor tambahan yang penting untuk terjadinya aksi tawuran.

Yang lebih miris lagi adalah aksi kekerasan tersebut kini telah menjadi ajang untuk mencari cuan juga, ini terindikasi dari bukti orang lain yang tidak berada di TKP dapat mengakses secara langsung (live-in) ketika tawuran itu terjadi, dan mereka diketahui sebelum melakukan tawuran sudah membuat kesepakatan terlebih dahulu di medsos untuk menjadikan ajang tawuran itu sebagai konten serta followers yang banyak yang pasti ujungnya adalah menghasilkan cuan yang bisa dinikmati bersama.

Kapitalisme Merusak Generasi Dengan Tawuran 

Tawuran masa kini dilakukan dengan cara kekinian, bahkan untuk mendapatkan cuan.  Hal ini menunjukkan rusaknya generasi dan jelas menunjukkan betapa kebahagian berdasarkan materi telah menghunjam kuat dalama diri umat, bahkan Menghalalkan segala cara. 

Di sisi lain mengambarkan gagalnya sistem Pendidikan mencetak generasi berkualitas, kehidupan materialistis dan hedonistik telah menjadikan pendidikan hanya sebagai formalitas untuk mencetak generasi dengan mental kapitalis, sehingga nilai prestasi yang dikejar semata-mata untuk menghasilkan kebahagian materi saja, tanpa di barengi dengan keimanan dan ketaqwaan sebagai bekal kehidupan dalam meraih kebahagiaan Haqiqi di dunia dan akhirat.

Mereka ahli sains dan tekhnologi tapi kering akan moral spiritual, apalagi seorang muslim yang harus memiliki kepribadian Islam, menjadikan pola pikir dan sikapnya harus terikat dengan syariat Islam, ini tidak akan pernah terwujud dalam sistem pendidikan hari ini, dengan kurikulum yang terus berganti tidak memberikan perubahan generasi yang akan merubah peradaban gemilang, yang terjadi sebaliknya generasi hari ini, generasi alay, strawberry, tawuran, seks bebas, Hedon dan masih banyak lagi predikat yang disematkan jauh dari kebaikan, kalaupun ada setitik nilai positif pada generasi kita hari ini, itu adalah kamuflase kapitalisme untuk menjadikan mereka budak-budak cuan  dalam dunia industrialisasi oligarki.

Kembali Pada Islam Solusi Generasi 

Persoalan generasi adalah persoalan yang sangat urgen, mereka para generasi inilah yang akan meneruskan tongkat estafet peradaban, kapitalisme telah membuat generasi hari ini rusak dengan Aqidah sekulerisme dari hulu hingga hilir, tapi kaum muslimin belum menyadari bahwa sistem Islam menjadi alternatif peradaban generasi yang unggul, mengembalikan kaum muslimin menjadi khoiru ummah, sebagaimana firman Allah SWT dalam-Qur’an Surat Ali Imran ayat 110.

.…كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ 

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah….” 

Oleh karenanya Sistem Islam telah menjadikan seperangkat aturan yang komprehensif dalam menyelamatkan generasi dengan beberapa mekanisme:
1. Islam menjadikan penguasa Kholifah sebagai ra'in yang bertanggung jawab untuk membina ketaqwaan masyarakat dengan memberikan pendidikan gratis baik formal maupun non formal dan menanamkan Aqidah yang kuat, agar generasi tidak hanya ahli sains teknologi saja tetapi juga memiliki kepribadian Islam yang tinggi sebagai benteng dan bekal dia menjalani kehidupan selalu terikat dengan hukum syariat.

2. Memberikan sangsi pidana yang tegas dan berefek jera bagi pelaku kejahatan baik individu, ataupun terkoordinir secara kelompok, karena Islam mengharamkan seseorang meneror, mengintimidasi atau mengancam orang lain, nabi bersabda

عن عبد الله بن عمر قال سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول مَنْ أَخَافَ مُؤْمِنًا بِغَيْرِ حَقٍّ كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُؤَمِّنَهُ مِنْ أَفْزَاعِ يَوْمِ القِيَامَةِ

Artinya, “Dari Ibnu Umar RA, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa saja yang menakut-nakuti [intimidasi atau meneror] orang yang beriman tanpa hak, maka Allah berhak untuk tidak menjamin keamanan baginya dari ketakutan di hari kiamat,’”  HR At-Thabarani.

Maka siapa saja yang melakukan tindak kejahatan akan ada sanksi ta'zir dimana bentuk dan kadarnya akan ditentukan ijtihad qodhi, dan jika aksi tawuran itu sampai pada terjadi pembunuhan maka sanksinya adalah qishas juga, dan ada diyat apabila keluarga korban memaafkan yaitu 100 ekor unta atau 1000 Dinar untuk tiap korban yang terbunuh.

3. Islam mewajibkan negara memberikan lapangan pekerjaan seluruh rakyatnya, maka dengan sistem ekonomi Islam rakyat akan diberikan jaminan kesejahteraan karena penyediaan lapangan kerja dengan membangun proyek serta pemenuhan kebutuhan rakyat akan diambil dari pengelolaan sumber daya alam yang berlimpah ruah yang semuanya di kuasai oleh negara karena itu adalah kepemilikan umum milik rakyat, dan bukan menjadi kepemilikan individu ataupun swasta asing.
Negara Islam juga akan menghilangkan faktor penghambat ekonomi yang berjalan tidak sesuai syariat seperti biaya tinggi yang tidak sewajarnya, administrasi berbelit, pajak dan berbagai pungutan yang diharamkan serta riba.

Hanya dengan penerapan sistem Islam Kaffah yang bisa menyelesaikan persoalan generasi dari aksi tawuran yang itu juga dijadikan ajang mencari cuan, sehingga kehidupan masyarakat akan selalu terjaga dan terkontrol dengan hukum-hukum yang diterapkan. Wallahu'alam bisshawab