-->

Tawuran Kekinian, Uang Jadi Incaran


Oleh: Asha Tridayana, S.T.

Tawuran kembali terjadi di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Berawal dari saling ejek diantara warga RT 01 dan RT 02 kemudian berujung pada aksi tawuran. Kericuhan tersebut terus berulang hingga dibuat deklarasi damai untuk menyelesaikannya. Menurut Kapolres Metro Jaktim Kombes Nicolas Ary Lilipaly terdapat sejumlah faktor yang memicu tawuran. Diantaranya ekonomi, pendidikan, sosial, budaya dan kurangnya pengawasan orang tua. Berbagai upaya pun dilakukan baik preventif maupun represif agar tawuran tidak terjadi berulang.

Sementara itu, Lurah Cipinang Besar Utara (CBU), Agung menuturkan bahwa pemicu tawuran berasal dari pihak luar atau bukan warga setempat. Kemudian juga aksi tawuran ini dijadikan konten live streaming di media sosial. Karena Agung mendapati para pelaku tawuran melakukan janji bertemu di TKP. Parahnya mereka juga terpengaruh miras dan obat-obatan terlarang. Dia berharap para pelaku bisa segera dihukum terlebih saat ini sudah ada pos jaga dari TNI, Polri, dan Satpol PP di kawasan Bassura. (https://news.detik.com 30/06/24)

Di wilayah Ciomas, aksi tawuran juga terjadi diantara geng motor. Terdapat 8 pelaku yang masih berusia remaja dan sejumlah senjata tajam berupa pedang. Kapolsek Ciomas Kompol Iwan Wahyudi menerangkan bahwa mereka ditangkap saat pihaknya tengah melakukan operasi pekat pada 30/06 dini hari di Gang Abadi Desa Kotabatu. Dihari yang sama, tepatnya di Jalan Samisade Desa Laladon, Polsek Ciomas juga menggagalkan tawuran dan mengamankan 3 remaja dengan sejumlah barang bukti. (https://radarbogor.jawapos.com 30/06/24)

Hal serupa juga terjadi di sekitar kawasan Sidotopo Dipo Surabaya Kamis (27/6/2024) dini hari, terdapat 6 remaja yang akan melakukan aksi tawuran. Menurut Kasat Samapta Polrestabes Surabaya, AKBP Teguh Santoso, mereka ditangkap oleh tim patroli saat live streaming. Sebelumnya mereka telah tergabung dalam grup "Pasukan Angin Malam" dan berjanji akan melakukan tawuran. Selain itu, diamankan sejumlah barang bukti berupa senjata tajam. Saat ini pelaku tengah menjalani hukuman sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perbuatannya. Dengan harapan kejadian serupa tidak terjadi lagi. (https://jatim.idntimes.com 27/06/24)

Sungguh disayangkan, remaja sekarang banyak yang terlibat aksi tawuran. Bahkan mereka tergabung dalam gangster atau geng motor. Parahnya lagi, aksi tawuran ini dijadikan sebagai ajang mencari uang. Melalui media sosial, kericuhan selama tawuran direkam dan dikoneksikan ke jaringan internet sehingga semua orang diluar TKP dapat menyaksikan live streaming aksi tawuran tersebut. Dengan kata lain tawuran masa kini dilakukan dengan cara kekinian.

Hal ini jelas menunjukkan kerusakan yang terjadi pada generasi muda. Remaja yang semestinya fokus menuntut ilmu justru marak dalam tawuran yang dapat mengancam nyawa. Mereka menikmati kehidupan malam dan melupakan perannya sebagai penerus peradaban. Disamping itu, telah bergeser makna kebahagiaan bagi mereka. Bukan pencapaian di tingkat keilmuan tetapi hanya dinilai berdasarkan materi. Pemikiran ini telah menghujam kuat dan menjadi pemahaman yang berujung pada tingkah laku para pelaku tawuran bahkan masyarakat secara umum. Akhirnya, segala cara pun dapat dilakukan demi tercapainya kebahagiaan semu.

Kondisi semacam ini juga menggambarkan sistem pendidikan negara yang tengah gagal mencetak generasi berkualitas. Pendidikan dianggap hanya formalitas dan tanpa tujuan yang pasti. Anak didik dibebankan dengan berbagai jenis pembelajaran dan sederet tugas-tugas. Namun, tidak relevan untuk menjalani kehidupan dan menghadapi persoalan. Sehingga mereka pun bosan dan memilih hura-hura, bolos sekolah, termasuk tawuran online. Sistem pendidikan yang digunakan tidak mampu membentuk anak didik menjadi berkepribadian Islam dan dapat memecahkan problematika hidupnya. Apalagi menjadi agen perubahan menuju peradaban cemerlang.

Kegagalan negara dalam memberikan pendidikan yang berkualitas untuk masyarakat, tidak terlepas dari penerapan sistem sekarang. Yakni sistem kapitalisme yang memang menjadikan setiap individu hanya berorientasi pada materi. Sehingga tidak heran jika masyarakat termasuk generasi muda hanya mau berlomba-lomba untuk mendapatkan materi sebanyak mungkin. Sampai melakukan hal negatif dan berbahaya seperti tawuran. 

Oleh karena itu, untuk menyelamatkan generasi dan menyudahi sistem rusak dan merusak ini maka sudah saatnya mengganti sistem tersebut dengan sistem yang dijamin mampu memberikan kebaikan. Sistem Islam satu-satunya sistem atau aturan kehidupan yang dapat menyelesaikan segala persoalan dan tentunya membawa keberkahan. Karena Islam merupakan wahyu Allah swt yang Maha Mengetahui segala kebutuhan dan pastinya terbaik untuk seluruh makhluk-Nya

Islam dalam hal pendidikan memiliki tujuan yang luhur yakni menjadikan anak mampu bertahan hidup dalam segala situasi dan tetap terikat dengan aturan Allah swt dan Rasulnya. Islam membentuk pola pikir dan pola sikap yang senantiasa memiliki tujuan yang sesuai syariat Islam sehingga tidak mudah terjerumus pada perbuatan yang menyesatkan. Sistem pendidikan Islam menanamkan akidah Islam dengan kuat sebagai pondasi dan standar dalam menjalani kehidupan dan menyelesaikan persoalan.

Disamping itu, Islam juga memahamkan bahwa tujuan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt tidak lain untuk beribadah. Sehingga segala aktivitas yang dilakukan selalu diniatkan mencari keridhoan-Nya. Allah swt berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku" (QS. Az Zariyat : 56). Kemudian sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan semestinya dapat membawa manfaat kebaikan bagi umat. Oleh karena itu, hanya dengan Islam dan seperangkat aturannya yang diterapkan di segala aspek kehidupan maka generasi muda dapat menjadi agen perubahan menuju peradaban Islam yang gemilang.

Wallahu'alam bishowab.