Banyaknya Anak Muda Susah Cari Kerja
Oleh : Puji Yuli
Badan Pusat Statistik (2023) mencatat sekitar sepuluh juta anak muda usia 15 hingga 24 tahun tak bekerja, tak dalam masa pendidikan, juga tak ikut program pelatihan. Besarnya angka ini mengundang tanya, bagaimana bisa generasi Z yang tumbuh kembang di era digital justru terhambat dalam mencari pekerjaan? (https://identitasunhas.com/20/06/2024).
Sungguh memprihatinkan kalau kita melihat berita banyaknya anak muda yang susah cari pekerjaan dan menjadi pengangguran. Anak muda yang menjadi pengangguran merupakan beban tambahan bagi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan. Apalagi anak muda yang kesulitan mencari pekerjaan itu bukanlah mereka yang rendah tingkat pendidikannya. Mereka telah menempuh pendidikan formal sejak TK sampai SMK bahkan kuliah. Mereka sekolah SMK maupun kuliah tentunya diajari ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau skill yang siap kerja untuk ditempatkan di dunia usaha dan dunia industri. Tetapi sangat disayangkan begitu lulus mereka kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dan menjadi pengangguran.
Anak muda yang menganggur ini tentu berdampak negatif pada kondisi perekonomian negeri ini. Idealnys anak muda itu produktif dan bekerja agar bisa membantu perekonomian keluarga. Anak muda juga seharusnya kreatif, inovatif dan mampu berwirausaha, membuka lapangan kerja dan meningkatkan taraf ekonomi. Tetapi, faktanya kita jumpai banyaknya anak muda yang lulus SMK maupun lulus kuliah kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Tingginya angka pengangguran usia muda dan produktif ini tidak lepas dari sempitnya lapangan pekerjaan yang ada dan minimnya perhatian negara. Kelangkaan lapangan kerja ini juga menunjukkan lalainnya negara dalam menjamin kesempatan kerja bagi kepala keluarga (laki laki) padahal mereka adalah penopang kesejahteraan keluarga.
Hal ini terjadi karena penerapan ekonomi kapitalisme sekuler oleh negara. Dimana ekonomi kapitalisme itu menjadikan pengelolaan sumber daya alam dan energi itu diberikan kepada asing dan swasta. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyulitkan bagi anak-anak muda untuk mendapatkan pekerjaan akibat terjadinya deindustrialisasi.
Hal ini berbeda dengan Islam yang menjadikan sumber daya alam dan energi itu sebagai kepemilikan umum yang dikelola oleh negara untuk kemakmuran rakyat. Pengelolaan sumber daya alam dan energi oleh negara meniscayakan tersedianya lapangan kerja yang memadai dan juga jaminan kesejahteraan untuk rakyat. Dengan menjadikan Islam sebagai pedoman dalam ekonomi dan kepemilikan maka negara bisa mengatasi masalah anak anak muda yang kesulitan mencari pekerjaan dan menjadi pengangguran. Sehingga negara bisa bertanggungjawab untuk menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda yang lulus SMK maupun lulus kuliah.
Posting Komentar