-->

Banyaknya Anak Putus Sekolah Dan Kebodohan

Oleh : Puji Yuli

Sebanyak 5.848 anak di kabupaten Lumajang, Jawa Timur memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan. Rinciannya, sebanyak 1.703 siswa sekolah dasar (SD) tidak melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan, siswa SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas (SMA) berjumlah 4.145 siswa ( https://surabaya.kompas.com/15/08/2024).

Kita turut prihatin melihat berita banyaknya anak putus sekolah jenjang SMP maupun jenjang SMA. Dimana, pendidikan merupakan pilar utama dalam pembangunan suatu bangsa untuk bisa bersaing di era globalisasi. Tentunya negeri ini akan mengalami lost generation dan kebodohan. Padahal generasi muda merupakan calon pemimpin yang akan membawa kemajuan suatu bangsa. Apa jadinya bangsa ini kalau banyak anak yang putus sekolah jenjang SMP maupun SMA? 

Banyaknya anak yang putus sekolah ini dipengaruhi beberapa faktor seperti kemiskinan, bullying, materialisme maupun ekonomi. Meningkatnya PHK dan sulitnya untuk mendapatkan lapangan pekerjaan ini mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat yang tidak mampu untuk membiayai sekolah anaknya dari pendidikan dasar ke pendidikan menengah. Kondisi kemiskinan membuat anak anak putus sekolah dan memilih bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan pokok keluarga. 

Masalah ekonomi ini tidak hanya karena kemiskinan, dari sisi orang tua sebenernya mampu untuk biayai sekolah anaknya jenjang SMP dan SMA tetapi anaknya tidak mau untuk sekolah dan memilih untuk bekerja menjadi kuli pasir dengan gaji ratusan ribu. Ditambah adanya bullying membuat anak anak tidak nyaman untuk ke sekolah dan akhirnya memilih untuk putus sekolah. 

Hal ini terjadi karena anak anak terpengaruh oleh budaya hedonisme maupun materalistis. Sehingga anak anak itu lebih cenderung memilih bekerja untuk mendapatkan uang daripada mengenyam pendidikan setingkat SMP maupun SMA. Hal ini menyebabkan adanya peningkatan kebodohan bagi anak anak bangsa ini karena mereka terjerumus dalam budaya materialistik dan menganggap meskipun putus sekolah mereka juga bisa mendapatkan uang sekalipun sebagai buruh. 

Ditambah lagi kurangnya peran negara dalam bidang pendidikan untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang bertakwa dan berprestasi. Bayangkan apabila jumlah angka putus sekolah anak jenjang SMP dan SMA tiap tahun mengalami kenaikan. Hal ini akan berdampak pada kebodohan yang terjadi pada anak anak bangsa ini. Sehingga bangsa ini akan kesulitan untuk bersaing dengan bangsa lain dalam bidang pendidikan maupun perekonomian. 

Hal ini terjadi karena negeri ini menggunakan kapitalisme sekuler dalam pengaturan bidang pendidikan dan perekonomian. Dimana, adanya pemisahan agama dari kehidupan dalam proses pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah. Selain itu, kurangnya peran negara dalam memberikan pelayanan ataupun pembiayaan pendidikan bagi anak-anak tingkat SMP maupun SMA. Sehingga ini merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab tingginya angka putus sekolah anak jenjang SMP dan SMA. Sehingga butuh solusi komprehensif untuk mengatasi masalah anak putus sekolah dan kebodohan yang terjadi di negeri ini. 

Islam bisa dijadikan sebagai rujukan dalam mengatasi masalah tingginya anak putus sekolah dan kebodohan. Islam menjadikan negara sebagai pemain utama yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan fasilitas pendidikan maupun kurikulum pendidikan bagi anak bangsa. Negara harus menjamin semua anak anak untuk bisa bersekolah dan mengenyam pendidikan dasar dan menengah dengan biaya murah bahkan gratis. Sebab pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok rakyat yang menjadi tanggungjawab negara. Hal ini perlu dilakukan agar kualitas layanan pendidikan itu bisa merata dirasakan semua anak bangsa baik kaya maupun miskin. Hal ini perlu dilakukan oleh negara agar bisa mewujudkan generasi muda calon pemimpin bangsa yang berkualitas dan bertakwa agar bisa membangun bangsa ini meraih kemajuan peradaban.