Generasi Kurang Gizi, Salah Siapa Sih?
Oleh : Anita Humayroh
Pemenuhan kebutuhan pokok untuk masyarakat hakikatnya adalah kewajiban negara. Di tangannyalah, Allah SWT memberikan mandat untuk mengurus hajat hidup rakyatnya. Bukan hanya sekadar pemenuhan perut semata, namun juga kualitas dari apa saja makanan yang diberikan menjadi kunci keberlangsungan generasi yang unggul.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) Pembentukan Badan Gizi Nasional melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2024 yang ditandatangani oleh Presiden pada Perpres yang pada tanggal 15 Agustus 2024 itu menjelaskan bahwa Badan Gizi Nasional dibentuk “dalam rangka pembangunan sumber daya manusia berkualitas”. (Kompas.com, 18/08/2024)
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah sumber daya manusia yang berkualitas itu baru akan dibentuk disaat-saat terakhir kepemimpinan nya saja ? Mengapa agenda ini tidak dilakukan dimasa awal terpilihnya Jokowi menjadi presiden ?
Setidaknya, ada 10 bab, terdiri dari 62 pasal, yang termaktub dalam perpres tersebut, yang diantaranya adalah tugas dari Lembaga Gizi Nasional yang dibentuk nantinya berkaitan dengan koordinasi, perumusan, dan penetapan kebijakan teknis di bidang sistem dan tata kelola, penyediaan dan penyaluran, promosi dan kerja sama, serta pemantauan dan pengawasan pemenuhan gizi nasional.
Dari sini dapat kita cermati bahwa betapa penguasa kita hari ini sangat tidak peduli dengan rakyatnya. Pemenuhan kebutuhan fundamental seperti makanan yang berkualitas bagi rakyatnya menjadi topik bahasan yang belum matang dan terkesan dipaksakan. Setelah sebelumnya, kita dibuat begitu takjub dengan perhelatan kemerdekaan di Ibu Kota Baru. Netapa negara tidak tanggung - tanggung menggelontorkan biaya fantastis untuk pelaksanaan seremonial kemerdekaan mendatang. Sungguh keadaan ini saling bertabrakan dan tak dapat diterima oleh perasaan maupun akal kita sebagai manusia manusia yang hidup dalam negara yang katanya sudah merdeka.
Sekulerisme yang menghujam dalam pondasi bernegara saat ini telah mewarisi kekeliruan berpikir yang jauh dari fitrah manusia. Penguasa kita bahkan sudah tutup mata menyaksikan penderitaan demi penderitaan yang dialami oleh rakyat. Semua janji - janji manis yang diberikan oleh para elit penguasa hanya sebatas khayalan semu yang takkan pernah dirasakan manfaat apapun oleh masyarakat yang hidup didalamnya.
Jangankan pemenuhan gizi yang mereka gembar gemborkan, bahkan sekadar untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dari rasa lapar saja, banyak dalih yang mereka berikan. Walhasil permasalah-permasalahan seperti maraknya kasus stunting tidak menemukan titik terang karena antara sumber masalah dan penanganan yang dihadirkan tidaklah relevan.
Survei Kesehatan Indonesia 2023 yang mengungkap penurunan prevalensi stunting (anak pendek) telah diumumkan secara resmi pada 25 April 2024. Hasilnya tidak menggembirakan dan sangat jauh dari harapan yang di targetkan karena stunting hanya turun 0,1 persen, dari 21,6% (2022) menjadi 21,5 persen (2023). Padahal, anggaran yang digelontorkan dalam menanggulangi masalah stunting ini tidak main-main dan cukup besar. Sekitar puluhan triliun rupiah (tahun 2022 sekitar Rp 45 triliun) dialokasikan untuk membiayai program-program stunting. Oleh sebab itu sangatlah wajar bila anggaran yang sangat besar ini harus diarahkan untuk lebih fokus mencegah dan menangani anak-anak stunting. Namun fakta yang ada sangatlah jauh berbeda. Pencegahan demi pencegahan yang diharapkan dari sistem batil ini takkan pernah berhasil dan takkan pernah terealisasi.
Begitulah kebatilan sistem sekuler yang takkan pernah menjadi solusi atas seluruh permasalahan ummat. Solusi yang tidak bersumber dari bagaimana seharusnya peran penguasa sebagai junnah atau pelindung bagi rakyatnya justru saat ini menjadi penghalang utama mereka dari pintu keberkahan yang sudah Allah gariskan. Penguasa saat ini tidak hadir sebagai garda terdepan dalam segala himpitan justru mereka menjadi musuh nyata dalam tubuh setiap insan. Mereka memangkas peran utama sebagai pengurus yang sebaik-baik kepengurusan, karena hal itu yang akan mereka bawa kelak dihadapan Tuhannya dan hal itu pula merupakan bentuk tanggung jawabnya di hadapan Allah SWT.
Sistem rusak saat ini tidak akan pernah meniscahyakan solusi itu sebagai penyelesaian masalah secara global, karena memang sifatnya yang batil dan tidak shohih sehingga menjadi kesia-siaan semata bagi para pengembannya.
Hal ini jauh berbeda dengan bagaimana Islam memandang sebuah persoalan ummat menjadi persoalan utama negara, terlebih segala sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan dasar manusia berupa pangan, sandang dan papan. Islam dengan segala kesempurnaan di dalamnya menjamin seluruh kebutuhan rakyat bukan hanya sekedar kebutuhan dasar semata, bahkan pendidikan dan kesehatan pun wajib diberikan oleh Khalifah dengan kualitas terbaik. Negara Islam harus memastikan tidak ada satupun masyarakat yang hidup di dalam naungan Daulan nantinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka.
Khalifah menjadi perpanjangan tangan Sang Khaliq di dunia ini dalam mengurusi kebutuhan manusia dengan seluruh aturan shohih yang diterapkan. Aturan yang bersumber dari Sang Khaliq, yang akan membawa kebaikan bagi siapapun yang berada dibawah naungannya.
Islam menjamin seluruh pemenuhan dasar tersebut sebagai sebuah tanggung jawab yang harus dipikul oleh negara secara serius dan tidak main-main, sehingga keberkahan dapat merata dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam Daulah bukan hanya sekedar seberapa besar dan banyaknya saja tetapi juga terstandardisasi pada level gizi. Hal ini merupakan upaya Daulah mencetak para generasi unggul yang menjadi calon generasi penerus perjuangan Rasulullah Saw. Ini menjadi agenda Daulah yang besar dan berkesinambungan serta menyeluruh. Daulah akan memastikan kasus stunting seperti saat ini menjadi kasus yang sangat kecil kemungkinan untuk terjadi. Dan dengan Islam setiap permasalah-permasalahan yang muncul akan diselesaikan secara komprehensif dan menyeluruh serta kecil kemungkinan akan ditemukan didalamnya kasus stunting yang menjadi pr besar negeri ini.
Wallahu alam bisshowab
Posting Komentar