-->

Himpitan Ekonomi Mematikan Naluri Keibuan

Oleh : Binti Masruroh

Himpitan ekonomi mengakibatkan hilangnya akal sehat dan matinya naluri keibuan. Di kota Medan polisi menangkap seorang ibu rumah tangga berinisial SS (27) karena menjual bayinya yang baru dilahirkan melalui perantara seharga  Rp 20 juta, tepatnya  di Jalan Kuningan, Kecamatan Medan Area. Sumatera Utara. Alasan SS menjual bayinya karena kesulitan ekonomi. Sementara alasan pembeli karena dia belum memiliki anak. Mereka terkena pasal jual beli anak  (tempo.co 16/8/24).

Kasus ibu menjual bayi hanya sebagian kecil dari kasus tragis akibat himpitan ekonomi yang terjadi ditengah masyarakat. Kesulitan ekonomi menjadikan seorang ibu gelap mata tidak bisa berpikir sehat, buah hati yang seharusnya ditunggu-tunggu dan didambakan kehadirannya , tega dijual demi bertahan hidup. Kondisi ini mencerminkan kegagalan negara mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tidak dipungkiri hari ini mencari pekerjaan bukan hal yang mudah, persaingan bisnis kian tidak sehat, selain itu PHK terjadi dimana-mana, harga kebutuhan pokok semakin mahal, fasilitas publik sulit dijangkau, negara abai terhadap pengurusan rakyat. Negara justru memalak rakyat atas nama pajak. Kondisi ini menjadi penyebab seorang ibu tega menjual buah hatinya sendiri. Kondisi ini merupakan buah dari penerapan sistem kapitalis.

Sistem kapitalisme berorientasi pada materi, sehingga apapun dilihat dari untung rugi. Sistem ekonomi kapitalis memiliki prinsip dengan pengeluaran sekecil-kecilnya memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Termasuk hubungan penguasa dengan rakyat. Penguasa lebih memihak kepada kepentingan kapitalis karena dinilai lebih menguntungkan secara materi. Sementara untuk mengurus rakyat harus mengeluarkan biaya yang besar.

Kasus ibu menjual bayi juga mencerminkan gagalnya sistem Pendidikan membentuk pribadi yang taqwa. Hari ini sistem pendidikan yang diterapkan berasaskan sekularisme yakni menunjukkan peran agama dalam kehidupan. Tidak heran hasil output pendidikan adalah generasi yang tidak paham terhadap ajaran agama. Generasi yang memiliki keimanan yang lemah. Tidak lagi peduli apakah yang dilakukan halal atau haram, baik atau buruk yang penting bisa mendatangkan uang atau manfaat. Pendidikan sekuler berorientasi pada materi sehingga orang akan melakukan apapun demi bertahan hidup, menjual bayinya sendiri pun akan dilakukan demi bertahan hidup.

Berbeda dengan sistem Islam, Islam merupakan sistem kehidupan yang sempurna uang berasal dari dzat yang Maha Sempurna yakni Allah SWT. Penerapan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia.

Islam menetapkan bahwa negara berperan  sebagai raa’in atau pengurus urusan rakyat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Imam atau khalifah adalah raa’in atau pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya" 
(HR Bukhari)

Sebagai raa’in negara memiliki kewajiban untuk mengurus kemaslahatan rakyat.  Islam memiliki sistem ekonomi yang mampu mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat secara keseluruhan.

Mekanisme sistem ekonomi islam mewujudkan kesejahteraan antara lain dengan membuka lapangan pekerjaan yang luas, Negara akan mengembangkan sektor riil baik di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, tambang, industri. Negara juga akan meningkatkan volume perdagangan.

Negara juga akan mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang merupakan harta kepemilikan umum seperti hutan, laut  dan berbagai macam  tambang secara berdaulat dan mandiri. Negara tidak akan menyerahkan pengelolaan kepemilikan umum ini kepada individu, swasta , ormas apalagi asing. Pengelolaan harta kepemilikan Umum secara mandiri ini akan mampu membuka lapangan pekerjaan yang luas sehingga setiap laki-laki yang telah memiliki beban nafkah memiliki pekerjaan yang gajinya layak untuk menafkahi keluarganya.

Dalam sistem Islam negara juga menjamin ketersediaan secara gratis berbagai kebutuhan publik seperti pendidikan dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi, kesehatan dan keamanan seluruh warga negara yang memadai dan berkualitas. Sehingga beban kepala keluarga tidak berat sebagaimana kondisi dalam sistem kapitalis hati ini.

Pendidikan dalam sistem islam berasaskan Aqidah Islam. Pendidikan bertujuan untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Generasi seperti ini akan menjadikan halal dan haram sebagai standar dalam perbuatannya. Sehingga tidak akan dijumpai seseorang melakukan perbuatan haram demi mendapatkan uang atau materi.

Dengan menerapkan Syariat Islam secara kaffah, setiap individu rakyat akan terjamin kesejahteraannya,  sehingga tidak akan dijumpai seorang ibu yang tega menjual buah hatinya seperti hari ini. Negara baldatun toyyibatun wa robbun ghofur akan menjadi nyata.

Wallahu a’lam bi ash shawab.