-->

Indonesia Juara Pengangguran Di Asean, Kok Bisa?



Oleh : Isna 

Ketika kita berbicara tentang pengangguran, yang kita bicarakan bukan hanya tentang keterampilan individu pencari kerja. Tingginya angka pengangguran  tidak lepas dari terbatasnya kesempatan kerja. Banyak lulusan SMA bahkan sarjana dengan keterampilan relevan terpaksa menjadi pengangguran karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Tenaga kerja yang didatangkan dari luar negeri merupakan tenaga kerja terampil. Akibatnya masyarakat kehilangan kesempatan kerja dan terpaksa menjadi pekerja migran.

Jumlah pengangguran merupakan indikator perkembangan perekonomian suatu negara dan memberikan informasi apakah distribusi pendapatan  merata atau tidak merata. Oleh karena itu, tingginya angka pengangguran merupakan permasalahan yang sangat serius dan berdampak serius terhadap keadaan negara. Bahwa tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2% tertinggi dibandingkan enam negara lain di Asia Tenggara (Asean). Dana Moneter Internasional (IMF) pada World Economic Outlook April 2024 menyatakan posisi ini tak berubah dari tahun lalu, namun angkanya lebih rendah yakni 5,3%. Kemudian Filipina berada di posisi kedua yakni 5,1%, disusul Brunei Darussalam yakni 4,9%, Malaysia 3,52%, Vietnam 2,1%, Singapura 1,9% dan Thailand 1,1%. Dilansir rri.co.id (8-8-2024).

Namun jika semua perusahaan menginginkan hal tersebut, tidak ada satupun yang mau mempekerjakan karyawan yang belum memiliki pengalaman kerja. Tak hanya itu saja, bahkan  persyaratan batas usia yang juga tengah menjadi sorotan masyarakat belakangan ini juga adalah mengenai lowongan kerja. Dengan demikian, syarat seperti ini akan memberatkan para pencari kerja. Selain itu, permasalahan rendahnya upah atau gaji di perusahaan, serta teknologi yang sudah menggantikan tenaga manusia. Terakhir, semakin tinggi tingkat pengangguran di suatu negara, maka semakin buruk pula negara dan masyarakatnya. Dampaknya terhadap masyarakat antara lain meningkatnya angka kemiskinan, timbulnya kejahatan atau aktivitas kriminal, munculnya kesenjangan politik dan sosial, serta beban psikologis bagi masyarakat miskin yang bekerja untuk dirinya sendiri atau keluarganya. 

Bisa dibayangkan jika pencari nafkah, sang ayah, menganggur, istri dan anak-anaknya akan sengsara. Karena mereka hidup dalam kelaparan dan banyak dari mereka menderita penyakit. Apalagi fenomena ini terjadi di negara dengan sumber daya alam yang melimpah. di negeri ini semua biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan harus ditanggung oleh masyarakat sendiri. Disadari atau tidak, sistem permodalan inilah yang menjadi akar permasalahan pengangguran di negeri ini. Kapitalisme adalah sistem yang digerakkan oleh manusia yang menghilangkan peran pemerintah dalam mengatur urusan masyarakat. Jika kita tahu bahwa ada sistem yang lebih baik dari sekarang. Tempat di mana dia bisa memberikan yang terbaik untuk negara dan rakyatnya. Sistem ini adalah Islam, peradaban yang ditakuti oleh Barat.

“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [HR. Bukhari dan Muslim] 

Islam mewajibkan negara mengurus rakyat. Termasuk menyediakan lapangan pekerjaan melalui berbagai kebijakan yang mendukung. Seperti pengelolaan SDA secara mandiri, yang akan membuka banyak lapangan kerja. Dan kebijakan yang tepat dalam menentukan kurikulum pendidikan sekolah. Semisal sekolah pertambangan sehingga mereka akan diberdayakan untuk negara dalam mengelola tambang.Islam tidak akan membiarkan para pemudanya menjadi pengangguran atau malas bekerja. Karena mereka punya tanggung jawab untuk menafkahi keluarga. Maka tidak bisa kita bandingkan dengan hari ini. Di mana memang sistem ini membuat para pemudanya kesulitan mencari nafkah, bahkan gengsi untuk bekerja di tempat yang dianggap tak sesuai dengan pendidikan yang diraihnya, sehingga mereka malas.

 Wallahualam