-->

Ketiadaan Junnah, Kemuliaan Umat Islam Musnah

Oleh : Dede Yulianti

Bagai anak ayam kehilangan induknya. Kiranya inilah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi umat Islam saat ini. Ancaman genosida harus dihadapi muslim Rohingya dan Palestina. Sejak 2017, lebih dari 730.000 Rohingya terusir dari negerinya karena tindakan keras militer Myanmar. Terlunta-lunta mencari tempat aman untuk sekadar tinggal dan menjalani kehidupan. Beberapa negeri muslim menjadi tujuan mereka mencari peruntungan. Terapung-apung di lautan tanpa bekal yang memadai. Tak jarang di antaranya harus kehilangan nyawa sebelum sampai ke tempat tujuan. Meskipun begitu, tak ada jaminan hidup aman dan layak bagi mereka yang selamat sampai negeri yang dituju.

Hingga saat ini genosida tak mampu dihentikan. Setidaknya 150 warga Muslim Rohingya di Myanmar diperkirakan tewas minggu ini dalam serangan artileri dan pesawat tak berawak di negara bagian Rakhine, Myanmar. Seorang perempuan hamil tua dan putrinya yang berusia 2 tahun termasuk di antara korban serangan mematikan terbaru di negara bagian Rakhine itu. Video mengerikan yang beredar di media sosial menunjukkan puluhan mayat orang dewasa dan anak-anak berserakan di sepanjang jalan dekat tepi sungai. Tumpukan mayat yang berserakan di tanah berlumpur, dengan koper dan ransel yang tersebar di sekitar mereka. Tiga orang yang selamat melaporkan bahwa lebih dari 200 orang tewas, sedangkan seorang saksi mata menyebutkan bahwa ia melihat sedikitnya 70 mayat. Kondisi musim Rohingya merupakan potret kaum muslimin yag teraniaya tanpa satupun pembela.
Sementara di Palestina puluhan tahun dijajah Israel. Serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.699 orang. Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan, Sabtu (10/8), bahwa sedikitnya 90 orang tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi di wilayah Palestina yang terkepung.

Badan tersebut mengatakan tiga roket Israel menghantam sekolah di Kota Gaza, menggambarkan insiden tersebut sebagai “pembantaian yang mengerikan.” Sejumlah jenazah terbakar. (www.voaindonesia.com).
Mirisnya pembantaian dan genosida yang dilakukan zionis Israel, terus dibela dan didukung negara Barat. Amerika Serikat (AS) akan mengucurkan bantuan senilai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 55,8 triliun, untuk memperkuat persenjataan dan peralatan militer Israel. Departemen Luar Negeri menyampaikan Kongres AS telah menyetujui alokasi bantuan terhadap Israel selama aksi genosida ke Palestina. CNN melaporkan sebelumnya mengenai rilis jumlah ini yang berasal dari RUU pendanaan tambahan sebesar 14 miliar dolar AS atau sekitar Rp 224,8 triliun untuk Israel yang disahkan oleh Kongres AS pada April. Sikap Barat ini menunjukkan standar ganda. Lembaga dunia yang menggembar gemborkan perdamaian dunia pun hanya isapan jempol belaka.

Sungguh nasib umat Islam begitu memilukan, terhina, jauh dari kemuliaan. Keterpurukan, penindasan dan penjajahan tak akan pernah lenyap, selama tidak ada institusi yang mengurus dan melindungi umat. Hal inilah yang diwasiatkan Rasulullah Saw. “Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim diperangi (oleh kaum kafir) di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya.” (HR Muslim). Maka ketiadaan Imam (Khalifah) inilah yang menjadi pangkal persoalan umat muslim saat ini.

Sungguh berbeda dengan umat Islam yang mulia dan terpelihara kehormatannya, sejak Rasulullah Saw. membangun negara Islam di Madinah. Umat Islam terjaga darah, harta dan kehormatannya. Sebagaimana pembelaan Beliau sebagai kepala negara pada peristiwa di pasar Bani Qoinuqo.
Rasulullah Saw. bersikap tegas pada Yahudi Bani Qoinuqo yang melecehkan satu orang muslimah. Hingga Beliau mengirim pasukan untuk mengepung Bani Qoinuqo selama 15 hari. Akhirnya mereka menyerah dan diusir dari Madinah oleh Rasulullah Saw.

Maka selepas ketiadaan Rasulullah Saw. Institusi negara Islam tetap kokoh berdiri. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Bahwa akan ada banyak kholifah yang senantiasa mengurus, menjaga dan memelihara urusan umat Islam.
Nabi bersabda dalam hadits riwayat Muslim: “Dulu Bani Israel diurus dan dipelihara oleh para nabi. Setiap seorang nabi meninggal, nabi yang menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku dan akan ada para khalifah, dan mereka banyak”. Para sahabat bertanya, “Lalu apa yang kau perintahkan kepada kami?” Nabi menjawab, “Penuhilah baiat yang pertama, yang pertama saja, dan berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa yang mereka urus”.
Maka ketika ada seorang muslimah yang dilecehkan di kota Amurriyah, yang dikuasai Romawi. Khalifah Al Mu'tashim Billah (khalifah kedelapan kekhilafahan Abbasiyah) mengirimkan pasukan besar. Sehingga 3000 tentara Romawi tewas dan 30.000 menjadi tawanan. Akhirnya kota ini ditaklukan Khilafah.
Begitupula, Sultan Al Hajib Al Manshur pemimpin Andalusia. Ketika mengetahui ada 3 muslimah ditawan di sebuah gereja di kerajaan Navarre, beliau mengirimkan pasukan besar. Hingga pihak kerajaan mengirim surat permohonan maaf sebesar-besarnya kepada Al Manshur dan menyampaikan ia akan menghancurkan gereja tersebut.

Begitulah beberapa peristiwa yang menunjukkan betapa umat Islam terpelihara urusannya dengan keberadaan Khilafah Islam. Pembelaan nyata tanpa banyak retorika. Tegas dan berani. Sehingga tak pernah terusir dari negerinya atau dijajah selama puluhan tahun. Hal sebaliknya justru terjadi manakala institusi penjaga umat ini hancur dan lenyap.

Maka sudah saatnya kita menyadari, begitu pentingnya untuk kembali meninggikan kehormatan dan kemuliaan umat Islam, dengan tegaknya Khilafah Islam. Tentunya hal ini membutuhkan dakwah yang menuntut perjuangan dan pengorbanan. Sebagaimana perjuangan dakwah Rasulullah Saw. saat di Mekkah.
Di sinilah urgensi keberadaan kelompok dakwah Islam ideologis untuk memimpin umat. Menanamkan kesadaran di tengah umat, hingga tegaknya institusi penjaga dan pemelihara umat. Itulah yang akan menghentikan semua penjajahan terhadap umat Islam. Bukan hanya di Rohingya dan Palestina. Bahkan di setiap penjuru dunia. 

Wallahu’alam.