-->

Saatnya Mengembalikan Junnah

Oleh : Fatimah Abdul (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Tragedi berdarah kembali terjadi pada warga Rohingya yang tengah melarikan diri dari Myanmar. Beberapa saksi mata mengatakan bahwa sebuah pesawat nirawak menyerang warga yang tengah menunggu untuk menyeberang ke perbatasan Bangladesh. Puluhan orang tewas termasuk anak-anak di dalamnya. Warga Rohingya yang menjadi minoritas di Myanmar sudah sekian lama menjadi korban penganiayaan bahkan diduga menjadi korban genosida etnis. 

Mayoritas penduduk Myanmar yang beragama Buddha dengan sadis melakukan pembantaian yang mengakibatkan lebih dari 730.000 etnis Rohingya terpaksa harus meninggalkan tempat tinggal mereka. Myanmar mengalami kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis pada 2021, dengan protes massa yang kemudian berubah menjadi konflik bersenjata yang meluas (voaindonesia.com, 10/08/2024).

Sementara itu warga Palestina hingga saat ini terus mengalami gempuran dari zionis Israel. Pada Sabtu 10 Agustus, Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan bahwa setidaknya ada 90 orang gugur akibat serangan Israel pada sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian.
Selama 24 jam terakhir, tentara Israel menewaskan 58 orang dan melukai 179 lainnya, sehingga jumlah korban tewas menjadi 38.011 orang dan korban luka-luka menjadi 87.445 semenjak konflik Palestina-Israel pecah pada awal Oktober 2023 (antaranews.com, 05/08/2024).

Tidak diragukan lagi kebenarannya bahwa negara-negara barat saat ini mendukung penjajahan atas Palestina. Skenario gencatan senjata ataupun perundingan damai yang digagas oleh kaum kafir sesungguhnya hanyalah gimmick atau sandiwara. Faktanya, pemerintahan Amerika Serikat memberikan bantuan persenjataan kepada Israel senilai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 55,8 triliun. 

Dilansir dari news.republika.com bahwasanya telah terjadi peningkatan resiko atas situasi dan kondisi yang semakin serius, resiko terjadinya perang Timur Tengah yang lebih luas lagi pasca terjadinya pembunuhan terhadap komandan militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut serta terhadap Ismail Haniyeh di Iran. Peristiwa tersebut dapat memicu ancaman pembalasan terhadap Zionis Israel.

Beginilah nasib umat islam saat ini, di belahan bumi manapun keberadaanya ditindas dan teraniaya. Di beberapa negara seperti Myanmar, Cina, India kaum muslimin mendapatkan tekanan fisik yang begitu hebatnya. Bahkan menjerumus kepada genosida seperti yang dialami rakyat Palestina, etnis Rohingya ataupun etnis Uighur. Sementara itu umat Islam yang hidup dalam negara yang aman juga tak luput dari intimidasi. Islamophobia merebak dimana-mana, sebut saja di perancis yang mana muslimah dilarang menggunakan hijab.

Nasib umat Islam di Indonesia pun tak jauh berbeda. Hanya saja tidak seperti penindasan fisik yang dialami oleh rakyat Palestina. Umat Islam dibelokkan akidahnya melalui pemikirannya. umat dicekoki dengan pemahaman liberal yang merusak. Akibatnya kebobrokan terjadi dimana-mana terutama generasi mudanya. Pergaulan semakin bebas, mayoritas umat hanya mengejar materi dan kesenangan dalam hidupnya. Nilai-nilai agama telah ditinggalkan, tidak lagi menjadikan Al-Qur'an dan As-sunah sebagai pegangan hidupnya. Kapitalisme Liberal telah melenakan, umat menjadi pribadi yang tidak peduli halal haram dan tak takut berbuat dosa. Walhasil kehidupan yang sempit yang akhirnya didapat akibat mengikuti aturan hidup sistem Kapitalisme Sekuler. Ini terjadi karena sistem pemerintahan yang digunakan adalah Demokrasi Kapitalisme. 

Berbeda dengan penerapan sistem pemerintahan Islam seperti yang telah dibangun oleh nabi Muhammad SAW. Sejak beliau mendirikan negara Islam di Madinah, kehidupan umat manusia begitu sangat dihormati. Hak-hak mereka amat dijaga, kehidupan sangat berharga hingga satu nyawa yang terbunuh tanpa adanya alasan syar'i sama saja telah membunuh umat manusia seluruhnya. Namun lihat kondisi saat ini, Palestina tengah membara ribuan nyawa gugur oleh tangan-tangan laknat yang tidak mengenal Allah Azza Wajalla. Mirisnya, negara-negara yang memiliki kemampuan untuk membantu membebaskan, justru diam seribu bahasa.

Sudah saatnya kita berjuang mengambil kembali kehormatan kaum muslimin dengan mengembalikan junnah, yaitu dengan mendirikan sebuah institusi negara dibawah naungan khilafah. Menyadarkan umat yang tengah berada dibawah pengaruh sistem Kapitalisme Sekuler Liberal untuk segera meninggalkannya. Menegakkan kembali hukum-hukum islam sehingga kemuliaan itu kembali menjadi milik kaum muslimin di seluruh Dunia. 

Wallahu'alam bishawab.[]