-->

Tanpa Junnah Umat Islam Senantiasa Teraniaya

Oleh : Mom Nino

Rohingya kembali teraniaya

Setidaknya 150 warga sipil dari minoritas Muslim Rohingya di Myanmar diperkirakan tewas minggu ini dalam serangan artileri dan pesawat tak berawak di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Tentara Arakan, sayap militer kelompok etnis Rakhine di negara bagian itu, membantah bertanggung jawab atas serangan pada hari Senin itu.

Serangan dilakukan terhadap warga Rohingya yang mencoba melarikan diri dari pertempuran sengit di kota Maungdaw.

Mereka berupaya menyeberangi Sungai Naf kabur menyelamatkan diri ke Bangladesh.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan hari Jumat oleh kelompok bantuan medis internasional -Doctors Without Borders- mengatakan bahwa dalam seminggu terakhir kelompok itu telah merawat semakin banyak orang Rohingya yang terluka dan berhasil menyeberangi perbatasan ke Bangladesh.

Mereka melihat orang-orang dibom saat mencoba mencari perahu untuk menyeberangi sungai ke Bangladesh dan melarikan diri dari kekerasan, bshkan yang lain menggambarkan melihat ratusan mayat di tepi sungai.

Dua orang yang mengaku sebagai korban selamat yang dihubungi oleh The Associated Press menyalahkan Tentara Arakan, begitu pula aktivis Rohingya dan pemerintah militer Myanmar.

Serangan itu, jika benar akan menjadi salah satu serangan paling mematikan yang melibatkan warga sipil dalam perang saudara di negara itu.

Video mengerikan yang beredar di media sosial menunjukkan puluhan mayat orang dewasa dan anak-anak berserakan di sepanjang jalan dekat tepi sungai.

Baik video maupun rincian serangan tidak dapat diverifikasi dengan mudah karena pembatasan perjalanan yang ketat dan pertempuran yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

Gerilyawan pro-demokrasi dan angkatan bersenjata etnis minoritas telah berupaya menggulingkan penguasa militer negara itu sejak mereka merebut kekuasaan pada tahun 2021 dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.

Namun, pertempuran di Rakhine telah menimbulkan kekhawatiran akan munculnya kembali kekerasan terorganisasi terhadap anggota minoritas Rohingya.

Etnis Rohingya bermigrasi mencari tempat yang aman

Pengungsi Rohingya yang baru tiba kembali ke perahu setelah masyarakat setempat memutuskan untuk mengizinkan mereka sementara mendarat untuk mendapatkan air dan makanan di Ulee Madon, provinsi Aceh, Indonesia, pada 16 November 2023. Sekitar 250 pengungsi Rohingya mencapai Indonesia bagian barat dengan perahu kayu yang penuh sesak pada 16 November 2023, sehingga jumlah pengungsi yang dilaporkan oleh pejabat setempat tiba pada minggu ini menjadi hampir 600 orang. 

Pada tahun 2017, operasi militer untuk melawan pemberontakan telah menyebabkan setidaknya 740.000 anggota komunitas mereka (Rohingya) mengungsi ke Bangladesh demi keselamatan.

Hampir semuanya masih tinggal di kamp pengungsian yang penuh sesak, tidak dapat kembali ke rumah karena ketidakstabilan yang terus berlanjut.

Banyak warga Rohingya telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, tetapi menghadapi prasangka yang meluas dan secara umum ditolak kewarganegaraannya.

Akibatnya banyak dari warga Rohingya di Bangladesh kabur ke negara lain menggunakan perahu seadanya, termasuk kabur ke Indonesia dan Malaysia.

Minoritas yang teraniaya

Suku Rohingya telah lama dianiaya di Myanmar yang mayoritas beragama Budha.

Lebih dari 730.000 dari mereka melarikan diri dari negara itu pada tahun 2017 setelah tindakan keras yang dipimpin militer yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa dilakukan dengan maksud genosida

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah yang dipilih secara demokratis pada tahun 2021, dan protes massa berkembang menjadi perjuangan bersenjata yang meluas.

Warga Rohingya telah meninggalkan Rakhine selama beberapa pekan karena tentara Arakan, salah satu dari banyak kelompok bersenjata yang memerangi junta, telah memperoleh keuntungan besar di wilayah utara, yang merupakan rumah bagi populasi besar Muslim

Reuters sebelumnya melaporkan bahwa milisi membakar kota Rohingya terbesar pada bulan Mei, menjadikan Maungdaw, yang dikepung oleh pemberontak, sebagai pemukiman Rohingya utama terakhir selain kamp pengungsian yang mengerikan di selatan.

Kelompok itu (tentara Arakan) membantah tuduhan tersebut. Kelompok aktivis mengecam serangan minggu ini. Seorang diplomat senior Barat mengatakan ia telah mengonfirmasi laporan tersebut.

"Laporan mengenai ratusan warga Rohingya yang terbunuh di perbatasan Bangladesh/Myanmar, dengan berat hati saya katakan, akurat," tulis Bob Rae, duta besar Kanada untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mantan utusan khusus untuk Myanmar, di X pada hari Rabu.

Umat perlu solusi jangka panjang

Ketika muslim Rohingya kembali diburu dan dianiaya disaat bersamaan muslim di Palestina masih terus menjadi sasaran penjajah dan juga hidup dalam kesulitan yang luar biasa. Mirisnya negara-negara Barat terus membela dan mendukung negara Zion*s, tak segan-segan menunjukkan standar ganda yang nyata. Nasib umat akan terus terpuruk selama tidak ada junnah bagi kaum muslimin di manapun sehingga kaum muslimin akan selalu ditindas di mana saja.

Bila kita tarik kebelakang, kondisi kaum muslimin sungguh jauh berbeda dengan umat Islam pada masa itu, yang mulia dan terhormat sejak Rasulullah membangun negara Islam di Madina. Peradaban Islam mengungguli dibanding peradaban-peradaban yang ada. Rakyat makmur jauh dari kesengsaraan. Kebaikan terus berlanjut hingga saat Khilafah runtuh.

Saatnya membangun kesadaran umat, islam dan umatnya mulia dalam naungan khilafah.

Penyadaran ini membutuhkan keberadaan kelompok dakwah Islam ideologis untuk mengembalikan kondisi umat seperti dizaman Rasulullah.

Akankah sejarah kembali terulang, mengukir kembali kejayaan Islam.