-->

Bahaya Moderasi Beragama di Balik Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia

Oleh : Selvi Sri Wahyuni M.Pd 

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024 menuai berbagai respon positif, terutama dari pemerintah yang melihatnya sebagai langkah untuk memperkuat dialog antaragama.

Kunjungan ini dianggap sebagai wujud dari semangat moderasi beragama, sebuah konsep yang terus diaruskan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, ada kekhawatiran yang mendalam di kalangan umat Islam tentang bahaya yang tersembunyi di balik semangat ini.

Moderasi Beragama: Menyelaraskan atau Mengaburkan Akidah?

Moderasi beragama, yang sering didorong oleh pemerintah, dimaksudkan untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian antaragama. Namun, dalam praktiknya, konsep ini sering kali mereduksi ajaran agama menjadi sekadar aspek-aspek yang tidak lagi tegas dalam memisahkan hak dan batil. Moderasi beragama cenderung mendesak umat Islam untuk bersikap lunak terhadap keyakinan agama lain, bahkan hingga titik yang dapat mengancam akidah mereka sendiri.

Kedatangan Paus Fransiskus dalam bingkai moderasi ini menambah beban tekanan pada umat Islam agar menerima setiap simbol agama lain dengan dalih toleransi. Islam memang mengajarkan toleransi, tetapi toleransi yang benar adalah yang menghormati keyakinan orang lain tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip Islam. Moderasi beragama yang kebablasan justru dapat menyebabkan umat Islam kehilangan pijakan dalam memegang teguh ajaran agama mereka.

Bahaya Sinkretisme di Balik Moderasi
Kunjungan tokoh besar Katolik seperti Paus dapat menimbulkan efek sinkretisme, yaitu pencampuran keyakinan antara agama-agama yang berbeda. Dalam konteks ini, moderasi beragama menjadi pintu masuk yang halus namun berbahaya. Ketika simbol-simbol agama lain mulai diterima secara masif tanpa ada filter keimanan yang kuat, identitas keislaman bisa mulai terkikis.

Islam dengan tegas menolak upaya-upaya yang dapat mencampuradukkan akidah. Rasulullah Saw bersabda, 
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud). 

Ini adalah peringatan keras bagi umat Islam untuk menjaga jati diri mereka dan tidak terseret arus globalisasi atau moderasi berlebihan yang dapat mengaburkan ajaran Islam.

Kunjungan Paus Fransiskus dipandang sebagai momentum untuk memperkuat dialog antaragama, umat Islam harus waspada terhadap bahaya moderasi beragama yang berlebihan. Toleransi yang kebablasan dapat mengaburkan batas-batas keyakinan yang harus dijaga dengan ketat. Islam mengajarkan keseimbangan dalam menghormati keyakinan lain, tetapi juga menuntut agar umatnya tetap tegas dalam memelihara akidah.