-->

Gagal Ginjal Akut, Negara Gagal Menjamin Keamanan Kesehatan

Oleh : Jasmine Fahira Adelia Fasha, Freelancer

Kasus gagal ginjal akut yang melanda anak-anak di Indonesia sejak Agustus hingga Oktober 2022 telah menjadi sorotan. Berdasarkan data per 5 Februari 2023, tercatat sudah ada 326 kasus gagal ginjal akut pada anak. Angka ini tidak bisa dianggap remeh, mengingat dampak yang ditimbulkan sangat serius dan berbahaya bagi generasi penerus bangsa. Namun, yang lebih mengkhawatirkan bagaimana negara ini tampak gagal dalam memberikan jaminan keamanan obat dan pangan yang layak bagi warganya.

Dalam situs resmi Kementerian Kesehatan, ada sebuah tajuk yang menyebutkan bahwa pemerintah fokus pada upaya pencegahan agar Indonesia tidak menjadi ‘Negara Penyakitan’. Pernyataan ini jelas menimbulkan pertanyaan besar, benarkah Indonesia sudah sehat-sehat saja? Faktanya, berbagai data menunjukkan bahwa negeri ini masih bergelut dengan berbagai penyakit serius seperti stunting pada jutaan balita, kematian ibu saat melahirkan, serta penyakit jantung, diabetes, dan gagal ginjal. Belum lagi, ada puluhan juta orang yang mengalami gangguan mental, serta ancaman penyakit menular seperti malaria, TBC, dan HIV/AIDS yang belum berhasil ditangani sepenuhnya.

Menariknya, Menteri Kesehatan juga menyampaikan bahwa tanggung jawab pencegahan penyakit bukan hanya di tangan pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab warga negara. Tindakan pencegahan ini disebut sebagai upaya berbasis layanan primer, yang mengutamakan promosi kesehatan dan pencegahan daripada pengobatan. Namun, pendekatan ini lebih mencerminkan model pencegahan ala kapitalisme, yang hanya menangani masalah pada permukaan dan mengabaikan akar permasalahan yang sebenarnya.

Pendekatan kesehatan berbasis kapitalisme ini jelas berbahaya dan tidak efektif. Mengandalkan layanan primer sebagai satu-satunya solusi tanpa memberikan perhatian yang cukup pada layanan sekunder dan rujukan adalah bentuk kelalaian yang serius. Pemerintah seharusnya tidak hanya berfokus pada pencegahan, tetapi juga harus memperkuat sistem kesehatan secara keseluruhan, termasuk penanganan medis yang memadai. 

Lain halnya dengan Islam. Islam, agama yang mengedepankan kesejahteraan umat, mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan dan memberikan perlindungan terbaik bagi setiap individu. Hal ini termasuk memberikan jaminan terhadap keamanan obat dan pangan, yang merupakan hak dasar setiap warga negara. Maka jika Islam hadir, tentunya sudah menjadi keharusan bagi khalifah/penguasa untuk memastikan bahwa setiap obat dan bahan pangan yang beredar di pasaran aman dan layak dikonsumsi.

Jika kapitalisme menggunakan asas untung rugi, tentu berbeda dengan Islam yang sangat mengedepankan keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Tidak akan lagi ada oknum-oknum yang diloloskan meski makanan atau produk yang dijual tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kesehatan bukan persoalan individu semata namun sudah menjadi kewajiban negara untuk selalu memastikan rakyatnya sehat dan makmur. 

Kasus gagal ginjal akut yang terjadi di Indonesia mencerminkan kegagalan sistemik dalam melindungi kesehatan masyarakat. Pemerintah harus bertanggung jawab penuh atas keamanan obat dan pangan, serta mengadopsi sistem kesehatan yang tidak hanya berfokus pada pencegahan, tetapi juga penanganan yang komprehensif terhadap setiap penyakit. 

Selain itu, pemerintah juga harus melihat dari segala sisi seperti ekonomi. Pemerintah dilarang keras menyulitkan ekonomi rakyat, justru pemerintah lah yang seharusnya memudahkan ekonomi rakyat sehingga rakyat tidak kesulitan lagi dalam mencari makan. Jika tidak, maka kita harus siap menghadapi ancaman yang lebih besar terhadap kesehatan generasi mendatang.

Maka pemerintah harus lebih serius dalam memberikan jaminan kesehatan yang holistik, meliputi keamanan obat dan pangan serta penanganan penyakit yang komprehensif. Hal tersebut tentu akan sangat mudah dijalankan jika menggunakan sistem Islam, sistem yang menjamin masyarakat dari segala aspek kehidupan. Karena kita tidak boleh lupa, masalah yang kerap terjadi di tengah masyarakat saat ini sejatinya bukan hanya dari satu faktor saja melainkan sangat mengakar dan sistemik.[]