-->

Kekerasan Seksual Anak Makin Mengkhawatirkan

Oleh : Dinda Kusuma Wardani T

Gaya kehidupan sekuler semakin masif dan mengakar pada masyarakat dunia saat ini. Tak luput Indonesia, meski merupakan negara berpenduduk mayoritas muslim, tidak mampu menangkal serangan gencar sekulerisme dan kapitalisme. Buah dari ini semua tidak lain adalah kekacauan dan kerusakan tatanan sosial masyarakat. Kriminalitas merajalela, pergaulan laki-laki dan perempuan semakin liberal, individualistis merasuki jiwa masyarakat, serta berbagai kerusakan lainnya di seluruh lini kehidupan.

Lihatlah bagaimana berita kriminalitas silih berganti setiap hari tanpa jeda. Mulai dari pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. Perempuan dan anak-anak adalah yang paling sering menjadi objek kejahatan. Mengingat fisik dan mental mereka yang cenderung lemah, otomatis mereka berada pada posisi yang paling rentan dalam dunia sekuler dan kapitalis yang begitu keras. Dunia yang memandang segala sesuatu hanya sebagai materi dan objek untuk meraup keuntungan.

Baru-baru ini terkuak sebuah kasus yang sangat memilukan. Seorang remaja putri berinisial AA (13) ditemukan meninggal dunia di kuburan cina, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Korban ternyata dibunuh dan diperkosa oleh empat orang pelaku. Mirisnya, para pelaku ini masih tergolong anak dibawah umur. Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, salah satu pelaku inisial IS yang diduga sebagai dalang utama, ternyata kecanduan video porno hingga melakukan aksi bejat tersebut untuk melampiaskan nafsunya (detik.com, 07/09/2024).

Tak berselang lama, tidak sampai sepekan setelah kasus AA. Terjadi lagi kasus serupa di Kabupaten Padang, Sumatra Barat. Nia, gadis penjual gorengan ditemukan tewas terkubur tanpa busana di tengah kebun. Berdasarkan pemeriksaan, korban telah diperkosa kemudian dibunuh. Sampai saat ini polisi masih menyelidiki pelaku kejahatan tersebut (tvonenews.com, 14/09/2024).

Inilah potret kelam kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Sebenarnya kekerasan seksual terhadap anak bukanlah persoalan baru, ada banyak kekerasan seksual yg terjadi baik itu yang terkuak di media maupun yang tidak terungkap. Namun tampaknya kali ini benar – benar darurat, kekerasan seksual terhadap anak makin menjadi-jadi. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah, seperti edukasi, himbauan kekerasan seksual, hingga sanksi penjara, tidak bisa memberikan solusi tuntas.

Makin tinggi dan ngerinya kekerasan seksual anak mencerminkan gagalnya upaya perlindungan terhadap anak, kurangnya komitmen pemerintah melindungi anak terhadap kekerasan, kegagalan sistem pendidikan, minimnya peran orang tua dalam melindungi, mendidik dan mengawasi anak, dan lain sebagainya. Persoalan kekerasan seksual anak ini sejatinya merupakan persoalan sistemik yang harus diselesaikan secara sistemik dan komprehensif. 

Akar masalah sebenarnya adalah sistem sekuler kapitalis. Dimanai sistem sekuler kapitalis pada akhirnya membuat semua orang dengan mudahnya mengakses situs – situs pornografi maupun pornoaksi, termasuk anak-anak. Melihat adanya pundi keuntungan yang bisa diraih, pornografi dijadikan sumber penghasilan oleh orang-orang tidak bermoral. Mirisnya, masuknya pornografi ini tidak dicegah sedemikian rupa oleh pemerintah. Sekali lagi, inilah keniscayaan sistem sekuler kapitalis. Apapun boleh asal mendatangkan keuntungan. Tidak peduli apakah hal itu akan berdampak negatif atau bahkan merusak generasi dan masyarakat.

Disisi lain, ringannya sanksi dan tidak adanya sanksi tegas, memungkinkan pelaku mudah mengulangi perbuatan bejatnya lagi. Tidak hanya itu, ketidaktegasan sanksi ini juga bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan kejahatan serupa. Sungguh sebuah sistem kehidupan yang sangat mengerikan. 

Berkaca dari persoalan yang berlarut-larut ini, akal yang sehat akan menyadari bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam membuat hukum. Aturan-aturan yang lahir dari pemikiran manusia yang lemah, hanya akan sia-sia, atau bahkan menimbulkan persoalan baru yang lebih pelik. Kemudian ditambah dengan kehidupan sekuler, yaitu pemisahan agama dari kehidupan, khususnya agama Islam, telah menyebabkan mundurnya moral dan pola pikir masyarakat.

Sejatinya, seorang muslim, tidak akan bisa memisahkan agamanya dari kehidupan yang ia jalani. Sebab, Islam memiliki aturan yang lengkap dan terperinci. Mulai dari seseorang bangun dari tidurnya sampai nanti tidur lagi. Mulai dari urusan yang terkecil hingga urusan besar berskala negara. Sehingga seorang muslim tidak mungkin menjalani kehidupannya tanpa aturan agama. 

Persoalan kesejahteraan dan keamanan anak bukanlah persoalan parsial, melainkan persoalan sistemis yang hanya bisa diselesaikan oleh sistem. Selama negara ini menerapkan sistem sekularisme, anak-anak tidak akan pernah merasakan jaminan keamanan. Mereka akan terus berada dalam cengkeraman bahaya kejahatan. Sebuah sistem yang mampu melindungi anak-anak, dan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali, adalah sistem Islam. Sistem Islam membina dan mengayomi rakyat secara totalitas. Mampu membentuk lingkungan yang aman, tertib dan tenteram. Sistem sekulerisme yang ada saat ini terbukti telah gagal memberikan keamanan dan ketenteraman bagi rakyatnya. Tidak ada cara paling tepat untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh umat manusia selain menerapkan sistem Islam. 

Wallahu a'lam bishsawab