-->

Menjadikan Paus Teladan, Bentuk Toleransi?

Oleh : Ida Nurchayati

Paus Fransiskus, Pemimpin Umat Katolik seluruh dunia telah berkunjung ke Indonesia. Kehadirannya bak magnet, menarik simpati banyak kalangan. Kehadiran Paus dianggap momen memperkuat toleransi.

Pemimpin pusat Muhammadiyah menilai kesederhanaan Paus, patut menjadi teladan bagi para pemimpin nasional dan global (cnnindonesia.com, 3/9/2024). Pendakwah Husein Ja'far Al Hadar menyampaikan Paus  teladan  yang sederhana (investor.id, 6/9/2024). Presiden Haidar Alwi Institute (HAI) dan Haidar Alwi Care (HAC), Ir. R Haidar Alwi MT Paus menyampaikan Paus merupakan saudara dalam kemanusiaan, agar tetap menjaga persatuan dalam perbedaan, kemanusiaan dan perdamaian  dunia,”  (poskota.online, 3/9/2024).

Paus Sang Teladan?

Menjadikan Paus sebagai teladan karena kesederhanaannya, karena kemanusiaan maupun cinta perdamaian sangat berlebihan, terlebih dilakukan seorang tokoh muslim. Sebagai orang beriman harusnya menjadikan akidah Islam sebagai standar ukuran perbuatan.  Keimanan didada akan menunjuki, bahwa ia akan memuliakan orang yang dimuliakan Allah serta membenci orang yang dibenci Allah. Paus adalah  simbol kekafiran  yang sangat dibenci Allah, maka tidak layak bagi muslim memberikan sambutan yang justru menghinakan agamanya sendiri. 

Banyak sikap Paus yang kontroversi menyalahi syariat.  Paus pernah menyatakan para pastor Katolik bisa memberkati pasangan sesama jenis (bbc.com, 19/12/2023). Vatikan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan Otoritas Palestina, memberi solusi dua negara bagi konflik di sana (voaindonesia.com, 25/12/2023). Sikap ini menunjukkan Vatikan mendukung Israel penjajah mengambil tanah Palestina.

Allah sudah menurunkan hidayah berupa hidayah penciptaan, berupa akal dan indra. Dengan potensi tersebut, manusia bisa menggunakan untuk mencari dan memahami kebenaran. Ketika hatinya lurus semata mencari kebenaran, maka akan tertunjuki kepada Islam  karena Islam satu-satunya agama yang bisa memuaskan akal, sesuai fitrah manusia dan menentramkan jiwa.

Allah juga sudah menurunkan hidayah yang kedua, yakni hidayah _irsyad wal bayan._ Rasulullah SAW membawa Al-Qur'an dan As-Sunnah yang membawa kebenaran dan petunjuk bagi manusia yang ingin selamat dunia akhirat. Bagi manusia yang ingin memahami petunjuk tersebut, dengan mudah bisa mencari dan mempelajari. Hanya kadang naluri baqa' seperti jabatan, kedudukan, banyaknya pengikut menjadi penghalang mencari hidayah.

Maka sungguh tak layak menjadikan Paus sebagai panutan, ketika dia memilih dan bertahan dalam kekafiran. Kafir merupakan sifat yang Allah  benci. Allah telah mengutus Rasul SAW sebagai satu-satunya panutan yang layak dicontoh (Surat al Ahzab 21). Manusia mulia dan tanpa cela, Allah memuliakan karena ketakwaannya.

Moderasi Beragama Berbahaya

Kedatangan Paus ke negeri mayoritas muslim terbesar, disambut penuh keakraban di masjid oleh pejabat bahkan ulamanya, diberi panggung mengadakan misa di GBK disiarkan secara live  di TV menyisakan tanda tanya, ada apa dibalik semua ini? Terlebih ada himbaun dari Kominfo, saat misa berlangsung, syiar Islam adzan maghrib diganti runningtext. Kekafiran lebih diberi ruang ketimbang syiar Islam. Sejatinya, mereka membawa pesan moderasi beragama yang menjurus pada pluralisme dan sinkretisme. Isme yang haram menurut pandangan Islam karena merusak akidah umat Islam. Pluralisme menganggap semua agama sama, proses pendangkalan akidah umat. Sinkretisme, mencampuradukkan ajaran agama atas nama toleransi. 

Imam Besar Masjid Istiqlal bahkan menyampaikan bahwa Masjid istiqlal bukan hanya tempat ibadah Umat Islam tapi rumah  besar kemanusiaan. Ditempat ini lahir kesepakatan tokoh lintas agama dikenal Deklarasi Istiqlal 2024, yakni adanya kerjasama lintas agama untuk menyelesaikna masalah kemanusiaan dan lingkungan. Isu kemanusiaan dikhawatirkan sebagai ladang subur bagi pemurtadan muslim yang lemah baik akidah maupun ekonomi. Selama ini mereka telah melakukan pemurtadan baik melalui pendidikan, ekonomi, politik, budaya, perkawinan maupun kota mandiri.

Toleransi Kebablasan

Isu toleransi yang digaungkan pada momen kedatangan Paus mengundang tanda tanya, apakah benar negara kita selama ini punya masalah terkait toleransi? Faktanya, justru menjadi ajang memasifkan moderasi beragama.

Mirisnya, tokoh bahkan ulamanya berangkulan penuh keakraban dengan orang kafir dan bersikap keras terhadap sesama muslim. Toleransi yang kebablasan. Toleransi yang sesungguhnya adalah menghormati, membiarkan dan tidak mengganngu ibadah mereka.

Tiga prinsip yang seharusnya dipegang dalam toleransi. Pertama, memuliakan siapa saja yang dimuliakan Allah dan menghinakan siapa saja yang dihinakan Allah. Kedua toleransi bukan pluralisme dan sinkretisme yang menganggap semua agama sama. Ketiga, toleransi bukan partisipasi ataupun kolaborasi dalam kegiatan keagamaan agama lain.

Khatimah

Tidak layak menjadikan orang kafir sebagai suri teladan,  terlebih role model toleransi. Islam agama paling toleran, dan tidak ada agama lain yang setoleran Islam. Mengajarkan toleransi pada Umat Islam bak mengajari ikan berenang. Tinta sejarah membuktikan bagaimana peradaban Islam bisa menanugi semua agama, mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.