-->

Palestina Membutuhkan Tentara, Bukan Hanya Seruan Solidaritas

Oleh : henise

Krisis Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade terus menarik perhatian dunia. Seruan solidaritas dan kecaman terhadap agresi Israel sering terdengar di panggung internasional. Namun, kenyataan pahit yang dihadapi oleh rakyat Palestina menunjukkan bahwa dukungan moral dan kecaman diplomatik tidak cukup untuk menghentikan penderitaan mereka. Palestina membutuhkan lebih dari sekadar seruan, mereka memerlukan kekuatan militer yang mampu melindungi tanah air mereka dari agresi Israel.

Tantangan dalam Pembentukan Militer Palestina

Sejak penandatanganan Perjanjian Oslo pada tahun 1993, Palestina secara hukum dibatasi dalam membangun kekuatan militer reguler. Perjanjian ini mengizinkan Palestina memiliki pasukan keamanan internal yang bertugas menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah mereka, namun tidak memberikan hak kepada Palestina untuk membentuk militer yang dapat melindungi mereka dari serangan eksternal. Hal ini menciptakan kesenjangan besar antara kekuatan militer Israel, yang memiliki teknologi dan senjata canggih, dengan Palestina yang hanya memiliki kemampuan terbatas.

Ketiadaan militer reguler ini menjadikan rakyat Palestina rentan terhadap serangan dan blokade Israel. Sementara itu, Israel terus memperkuat kontrol atas wilayah Palestina, termasuk Jalur Gaza dan Tepi Barat. Keberadaan pos pemeriksaan Israel di seluruh wilayah Palestina semakin membatasi pergerakan warga, termasuk untuk beribadah di Masjidil Aqsa.

Peran Kelompok-Kelompok Militan

Di tengah ketiadaan militer resmi, beberapa kelompok militan di Palestina berusaha untuk mempertahankan wilayahnya. Hamas, melalui sayap militernya Brigade Izz ad-Din al-Qassam, menjadi kekuatan perlawanan utama di Jalur Gaza. Selain Hamas, Fatah juga memiliki kelompok militan bernama Syuhada Al-Aqsa yang aktif dalam perjuangan melawan Israel. Namun, kekuatan militer mereka masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan kemampuan Israel.

Hamas dan faksi-faksi lainnya berusaha memberikan perlawanan terhadap serangan Israel, namun mereka kerap kali terhalang oleh blokade dan keterbatasan akses terhadap senjata serta teknologi canggih. Sementara Israel mendapatkan dukungan dari negara-negara kuat seperti Amerika Serikat, Palestina harus bergantung pada dukungan kelompok-kelompok lokal dan seruan solidaritas dari dunia internasional.

Solidaritas Internasional yang Belum Cukup

Meskipun dukungan moral dan seruan solidaritas dari dunia internasional penting, kenyataannya Palestina membutuhkan lebih dari itu. Tanpa kekuatan militer yang cukup, Palestina tetap berada dalam posisi yang lemah dalam menghadapi agresi militer Israel. Dunia internasional sering kali hanya mengeluarkan kecaman tanpa tindakan nyata untuk menghentikan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terus terjadi di wilayah Palestina.

Pembebasan Palestina dan penghentian agresi Israel tidak akan tercapai hanya dengan seruan-seruan moral. Palestina memerlukan dukungan nyata, termasuk dalam bentuk militer yang dapat melindungi warganya dan mempertahankan hak-hak mereka. Selama kekuatan militer Israel tetap superior dan Palestina tidak diberi hak untuk membangun pertahanan yang layak, krisis ini akan terus berlanjut tanpa solusi yang memadai.

Kesimpulan

Situasi Palestina saat ini menunjukkan bahwa seruan solidaritas dan kecaman internasional terhadap Israel tidak cukup untuk melindungi rakyat Palestina. Palestina membutuhkan kekuatan militer yang solid untuk mempertahankan hak-haknya dan melawan agresi Israel. Dengan adanya keterbatasan hukum internasional yang membatasi pembangunan militer resmi Palestina, upaya untuk menciptakan perdamaian yang adil tetap menjadi tantangan besar. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan nyata dari komunitas internasional untuk mendukung hak Palestina dalam mempertahankan diri dan memperjuangkan kebebasan mereka.

Wallahu a'lam bish-shawab.