-->

Rusaknya Bangunan Keluarga Akibat Penerapan sistem Sekulerisme Kapitalisme

Oleh : Rini Mumtazs

NGANJUK, JP Radar Nganjuk- Faiza Tazkia Safiatun Nisa,(3), balita yang meninggal dunia karena dianiaya ibu kandung dan bapak tirinya dimakamkan di Dusun Ngaglik, Desa Cerme, Kecamatan Pace. Dia dimakamkan di Pace pada Selasa sore (26/6). Hal itu karena permintaan dari kakek dan nenek Nisa. Sebab, ibu Nisa berasal dari Pace.

Informasi yang dihimpun wartawan koran ini, jenazah Nisa tiba di rumah duka sekitar pukul 15.00 WIB. Kemudian, salat jenazah dilakukan. Sekitar pukul 17.00 WIB, Nisa dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Ngaglik. “Nisa itu lahir di sini dan saya yang membesarkannya. Jadi, kami ingin dia dimakamkan di sini saja,” ujar Sainem, 52, nenek korban kepada wartawan koran ini kemarin.

Menurut Sainem, Novita adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Saat dia melahirkan Nisa, hubungan Novita dan suaminya sudah renggang. Sejak saat itu, Nisa dirawat kakek dan neneknya. Kemudian, dua tahun kemudian, Novita memutuskan bercerai dengan suaminya. Lalu, dia menikah dengan Taskin pada Januari 2024. Kemudian, pada awal Maret tahun lalu, Nisa diajak Novita dan Taskin tinggal di Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. “Setiap minggu Nisa diajak Novita dan Taskin berkunjung ke Pace,” ujarnya.

Pada Senin malam (24/6), Novita dan Taskin berkunjung ke rumah Sainem. Namun, mereka tidak mengajak Nisa. Hal itu membuat Sainem dan Suyono, suaminya curiga. Karena biasanya, Nisa selalu ikut. Setelah didesak terkait keberadaan Nisa, Novita dan Taskin mengaku jika Nisa sudah meninggal dunia. “Katanya Nisa jatuh dari motor dan kejang. Kemudian, meninggal dunia di rumah sakit,” ujar Sainem.

Karena janggal, Sainem dan Suyono terus bertanya. Mereka semakin curiga saat mengetahui jika Nisa dimakamkan di samping rumah. Tidak di tempat pemakaman umum (TPU). Hal itu membuat Suyono mengajak perangkat Desa Cerme mendatangi rumah Novita dan Taskin di Desa Tugurejo pada Selasa (25/6). Karena perangkat Desa Tugurejo tidak mengetahui jika Nisa meninggal dunia dan dimakamkan di samping rumah, akhirnya mereka melapor ke polisi. Hasilnya, Nisa diduga dibunuh Taskin dan Novita. Hal itu karena adanya luka di kepala dan punggung korban.

Sainem mengaku tidak menduga jika Novita terlibat dalam penganiayaan yang mengakibatkan Nisa meninggal dunia. Karena itu, Sainem kaget jika Novita ternyata ikut menganiaya Nisa bersama Taskin.
Atas perbuatannya, Sainem meminta kepada polisi untuk memproses hukum Novita dan Taskin. “Saya ingin mereka dihukum seberat-beratnya,” tandasnya.

Sementara itu Ketua RT 04/RW 06 Dusun Ngaglik Pujiono mengaku kaget saat mengetahui jika Nisa dibunuh Taskin dan Novita. Karena saat tinggal di rumah kakek dan neneknya, Nisa dikenal sebagai balita yang riang dan lucu. “Dia itu tidak nakal atau rewel,” ujarnya.

Kasus serupa juga terjadi di kawasan Pontianak , Kalimantan Barat menimpa seorang anak bernama Ahmad Nizam Alfari (6), yang di bunuh secara tragis oleh Ibu tirinya IF (24) di sebuah rumah pada sabtu siang 24/08/2024. Dari hasil prarekonstruksi ini, terungkap bahwa korban kerap mendapatkan penyiksaan berupa tindak kekerasan dari pelaku (ibu tiri) 

Struktur Keluarga Muslim Yang Masih di Warnai Suasana Yang Kelam

Penerapan sekulerisme kapitalisme, membuat hubungan keluarga kalah dengan materi. Kapitalisme dengan asas pemisahan agama dari kehidupan (sekulerisme) telah menjadikan orientasi kehidupan manusia adalah materi, baik dalam bentuk harta, kekuasaan popularitas, hingga kepuasan atas perilaku yang diinginkan dan di sukainya.

Agama disisihkan dalam mengatur kehidupan, sehingga siapapun yang hidup didalamnya tidak lagi memperhatikan perbuatan yang di lakukannya sesuai petunjuk Al – Qur’an atau tidak.

Sekulerisme juga menjadikan emosi seseorang tidak stabil, mudah menggebu – gebu hingga berujung pada aktivitas menyimpang. Kegagalan meraih materi, membuat hubungan keluarga di abaikan sehingga tega melakukan tindak kekerasan bahkan pembunuhan.

Dan perlu di pahami bahwa banyaknya kasus penganiayaan dan pembunuhan yang terjadi diantara anggota keluarga, menggambarkan bahwa jenis kriminalitas ini telah menjadi fenomena. Jika telah menjadi fenomena, berarti penyebabnya bukan hanya berasal dari aspek internal, tetapi juga aspek eksternal yang bersifat sistemik.

Sungguh disadari atau tidak, Negara yang memiliki wewenang untuk mengatur rakyatnya, berperan dalam menghilangkan atau merusak hubungan antar anggota keluarga. Pasalnya, Negara lah yang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan berikut kurikulumnya.

Sementara pendidikan saat ini berbasis sekuler atau telah berkiblat kepada Barat. Agama yang berperan besar dalam membentuk kepribadian generasi tidak menjadi _*Poin of View*_ dalam menyusun kurikulum pendidikan. Ini sekaligus menjadi bukti kegagalan system pendidikan sekuler yang berlaku.

Lebih dari itu, system pendidikan sekuler telah mengabaikan pentingnya membangun keluarga sesuai tuntunan syariat. Tidak hanya dari segi pendidikan, kegagalan system ekonomi dan politik yang berasaskan sekuler di negeri ini, juga tampak nyata.

Kebijakan politik ekonomi neoliberal sebagai buah dari penerapan ideology kapitalisme, berefek pada semakin beratnya beban hidup keluarga Muslim. Sebab, untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam sebuah keluarga, sangat sulit di wujudkan.

System ekonomi kapitalisme telah menjadi penyebab utama tingginya harga bahan – bahan pokok dan mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan. Hal itu tentu menjadi pemicu mudahnya seseorang Stress dan tidak mampu mengontol emosi.

Struktur Keluarga Dalam Penerapan Sistem Islam

Berbeda dengan penerapan islam dalam seluruh aspek kehidupan dibawah institusi Khilafah. Islam, menjadikan Negara sebagai Raa’in (pengurus) yang akan menjaga fungsi dan peran keluarga.

Rasulullaah SAW bersabda : 
“Imam atau Khalifah adalah pengurus, dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang di urusnya" (HR. Muslim dan Ahmad)

Negara wajib membantu rakyatnya hidup dalam suasana tenang, aman, damai dan dalam suasana keimanan. Negara adalah pihak yang berperan paling efektif untuk membangun dan menjaga aqidah umat baik individu maupun masyarakat.
Banyak peran yang dapat dilakukan oleh Khalifah atau kepala Negara dalam rangka menjaga aqidah umat :

Pertama, Pendidikan Melalui Pendidikan.

System pendidikan wajib didasarkan kepada islam. Pelajaran keislaman terkait aqidah, syariah (termasuk akhlak) dan sejarah islam di berikan sejak dini, bukan hanya di rumah melainkan juga di sekolah. Metode pendidikannya pun di landasi dasar keimanan dan di sampaikan dengan metode pemikiran (fikriyah). Sehingga para pelajar benar – benar paham, arah pendidikan di tujukan untuk membentuk kepribadian islam dan menguasai sains dan teknologi.

Untuk mewujudkan kepribadian islam, di tanamkan aqidah islam, pola berpikir islam dan pola sikap islam yang akan melahirkan perilaku islami. Sementara untuk menguasai sains dan teknologi, di berika sesuai kebutuhan dengan tetap didasarkan kepada aqidah islam.

Alhasil, aqidah islam akan memberikan kekuatan dan kesabaran seorang hamba, dalam menghadapi kesulitan dan beratnya kehidupan. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika bertemu masalah sehingga tidak berbuat maksiat.

Kedua, Harus Ada Penerapan Aturan-Aturan Islam

Untuk menjaga aqidah, harus ada penerapan aturan – aturan islam. Sebab, penerapan islam secara sempurna akan mewujudkan Maqashid Syariah.
Sehingga kebaikan akan terwujud di dalam keluarga, masyarakat serta Negara. Melalui penerapan peraturan islam dalam perundang - undan–an berarti sedang terjadi proses penyatuan aqidah dengan syariah.

Ketaatan pada syariah akan mengokohkan aqidah dan penanaman aqidah akan semakin membuat orang mentaati syariah. Dengan begitu, anggota keluarga akan memahami peran masing – masing dalam menumbuhkan keluarga yang Sakinah, Mawadah wa Rahmah.

Demikian juga setiap individu dalam masyarakat akan memiliki kepedulian yang tinggi dan aktif terlibat dalam aktivitas dakwah.
Inilah solusi tegaknya kembali bangunan keluarga dari keterpurukan nya menuju kebangkitan.

Wallahu’alam bishawab