Rusaknya Benteng Terakhir Dalam Sistem Kapitalisme Sekuler
Oleh : Mutia Syarif
Blitar, Jawa Timur
Darah lebih kental dari air. Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa hubungan keluarga lebih erat daripada hubungan lainnya. Idealnya seperti itu. Namun pada faktanya banyak yang menggambarkan betapa hubungan darah dapat rusak hanya karena materi dan emosi semata. Banyak keluarga rusak karena hal ini.
K (22) warga Desa Kasugengan Kidul Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon, tega menghabisi nyawa ayah kandungnya, yaitu Jana (52). Bukan hanya itu, K juga melukai adik perempuannya. Peristiwa penganiayaan berujung pembunuhan itu terjadi pada Jumat, 23 Agustus 2024. Awalnya, K melakukan penganiayaan terhadap adiknya, yaitu Aam. Belum diketahui alasan pelaku menganiaya adiknya. (metrotvnews.com 24 agustus 24)
Keluarga merupakan benteng terakhir, yang seharusnya memberikan keamanan dan kenyamanan bagi seseorang. Namun faktanya, keluarga muslim khususnya masih diliputi suasana kelam. Penerapan sistem kapitalisme sekuler telah merusak tatanan hidup manusia hingga ke akar-akarnya.
Hubungan keluarga begitu mudah putus hanya karena permasalahan sepele. Kebanyakan penyebabnya adalah karena materi (uang) dan juga karena rentannya seseorang tersulut amarah. Sebenarnya apa yang menyebabkan begitu mudahnya para generasi ini melakukan sebuah kerusakan? Penganiayaan, perundungan bahkan pembunuhan banyak terjadi dalam benteng terakhir yakni keluarga.
Sistem kapitalisme sudah terbukti menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan. Terlebih asas dasarnya adalah sekularisme. Sekularisme adalah sebuah paham yang memisahkan aturan agama dalam kehidupan. Hal ini semakin membuat manusia hilang kontrol akan perbuatannya. Karena seluruh perbuatannya didasari atas kemanfaatan semata. Halal dan haram tak lagi dijadikan acuan. Sehingga tak ayal jurang kesenjangan sosial dan ekonomi semakin menganga. Inilah yang kemudian membuat tatanan keluarga rusak. Memperebutkan materi hingga membuat nyawa melayang.
Dan juga, sistem pendidikan yang tidak lagi membangun karakter tangguh individunya. Para pelajar diarahkan untuk mendapat nilai tinggi demi mendapatkan pekerjaan yang layak kelak saat lulus. Tak terasa, jiwa-jiwa mereka hampa dan kering. Kurang sentuhan agama menjadikan mereka manusia tak berperasaan dan sulit dalam mengambil keputusan yang bijak. Sebagai hasilnya, para generasi penerus tak memiliki akidah islam yang kuat. Mereka akan mudah terombang ambing arus sekularisasi dunia. Maka wajar saja jika mereka tumbuh menjadi generasi yang mengedepankan emosional daripada akal.
Islam menjadikan negara sebagai perisai yang akan melindungi fungsi dan peran keluarga. Dimulai dari mengembalikan fungsi dan peran antar anggota keluarga. Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, ibu tak lagi harus menjadi tulang punggung demi mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Islam menjamin kemudahan dalam pencarian kerja, sehingga angka pengangguran dapat ditekan bahkan dihilangkan. Kesejahteraan akan terwujud. Jurang kesenjangan sosial tak akan ada. Sehingga akar penyebab rusaknya hubungan keluarga akan tiada
Dalam sistem pendidikan, para generasi penerus akan dikokohkan akidah islamnya, sehingga mereka akan menjadi generasi tangguh yang senantiasa mengedepankan akal dan menjadikan halal haram sebagai tolak ukur perbuatannya. Dengan akidah islam yang tertanam kuat dalam dirinya, maka hal tersebut akan dapat membentengi diri mereka dari arus sekularisasi dunia. Rasa takut kepada Allah akan menjauhkan mereka dari perbuatan maksiat yang akan membuat Allah murka. Para generasi ini akan senantiasa menghadirkan Allah dalam setiap perbuatannya. Dengan sistem pendidikan islam, mereka akan tumbuh menjadi generasi yang memiliki kepribadian islam yang bijak dan cemerlang.
Dengan penerapan syariah islam secara kaffah maka negara akan mewujudkan maqashid syariah. Sehingga kebaikan akan terwujud nyata dalam lingkungan keluarga, masyarakat juga negara.
Wallahu'alam
Posting Komentar