-->

FOMO dan Gen Z, Gaya Hidup Viral Menggiring pada Utang dan Keresahan

Oleh : Riani Kusmala Dewi

Generasi Z (Gen Z) adalah sebutan untuk orang-orang yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Mereka tumbuh di era kemajuan teknologi digital. Saat ini, Gen Z dihadapkan pada fenomena gaya hidup sosial baru yang dikenal sebagai Fear of Missing Out (FOMO).
Gaya hidup FOMO mencerminkan perasaan cemas atau khawatir ketika seseorang merasa tertinggal dalam tren atau aktivitas sosial yang sedang viral di media sosial. Perlahan, fenomena ini telah mengakar dalam kehidupan Gen Z dan berdampak pada gaya hidup mereka yang semakin hedonis, materialistis, dan konsumtif.
Mereka enggan ketinggalan tren terbaru, terlebih jika hal itu viral dan menjadi perbincangan banyak orang.

Dikutip dari Kompas.com, 11/10/2024, berdasarkan laporan dari Lokadata.id, sebanyak 78 persen masyarakat generasi milenial dan Gen Z telah menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, termasuk layanan pinjaman.

Fenomena ini jelas salah dan harus segera dibenahi. Karenanya, banyak dari Gen Z yang justru mengambil pinjaman online demi memenuhi gaya hidup mereka. Mereka tak peduli lagi akan kesehatan keuangan dan gangguan ketenangan hidup yang ditimbulkan akibat berutang tersebut. Semua ini adalah dampak yang ditimbulkan oleh sistem kapitalis, di mana sistem kapitalis demokrasi telah menciptakan ruang bagi promosi gaya hidup hedonistik yang mendorong masyarakat, termasuk Gen Z, untuk terus mengejar kenikmatan semu dunia hanya untuk mengonsumsi barang-barang yang tidak mendesak mereka butuhkan.

Gaya hidup FOMO hadir sebagai manifestasi dari tekanan sosial yang berakar dari nilai-nilai kapitalisme. Media sosial, dengan algoritmanya yang terus-menerus mempromosikan tren terkini, mencuci otak Gen Z dan membuat mereka merasa perlu untuk selalu mengikuti tren terkini agar dianggap relevan. Hal ini menciptakan siklus ketergantungan yang merugikan, di mana nilai individu diukur dari seberapa up-to-date mereka dengan gaya hidup modern.

Ketergantungan terhadap gaya hidup FOMO ini tidak hanya berdampak pada kesehatan keuangan pribadi, tetapi juga psikologis pengikutnya. Mereka cenderung terjebak dalam utang akibat konsumsi berlebihan yang tidak produktif. Banyaknya Gen Z yang rela menjadi tukang utang, termasuk melalui pinjaman online, demi bisa mengikuti tren yang sedang ramai diperbincangkan.
Padahal, mengambil pinjaman online adalah dosa besar bagi umat Islam. Dalam Islam, pinjaman online disertai bunga atau kelebihan adalah riba dan Allah jelas melarangnya.

Di sisi lain, FOMO juga memicu perilaku narsistik dan mengejar validasi sosial, menunjukkan bahwa Gen Z semakin terobsesi dengan perhatian dan pengakuan di dunia maya yang semu dan penuh pencitraan.

Sistem kapitalis demokrasi, dengan hak asasi kebebasannya, memperparah fenomena ini. Media sosial menjadi sarana untuk memanipulasi pola konsumsi dan pemikiran mereka agar berperilaku hedonis dan materialistis. Gen Z kehilangan potensi mereka sebagai agen perubahan yang dapat membawa kebaikan bagi masyarakat. Mereka terjebak dalam lingkaran konsumerisme yang hanya mementingkan kepuasan sesaat tanpa memikirkan dampak jangka panjang terhadap diri mereka sendiri maupun lingkungan.

Dalam pandangan Islam, Gen Z adalah pemuda yang memiliki potensi luar biasa yang dapat diarahkan menuju tujuan yang lebih tinggi (perubahan).
Islam memandang pemuda sebagai kekuatan penting dalam membangun peradaban, sebagaimana yang pernah terjadi pada masa silam saat Islam diterapkan secara menyeluruh dalam sebuah institusi negara. Ada seorang pemuda bernama Muhammad Al-Fatih, dengan potensinya yang besar, mampu menaklukkan kota Konstantinopel sebagai bisyarah Nabi Muhammad SAW.

Islam menekankan pentingnya hidup dengan tujuan yang jelas, yaitu beribadah kepada Allah dan mempersembahkan karya terbaik bagi umat agar Allah ridha atasnya. Sistem Islam kaffah menawarkan panduan hidup yang mampu melejitkan potensi Gen Z dengan mengarahkan mereka pada kegiatan yang lebih produktif dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Islam juga memberikan perlindungan terhadap godaan materialisme dengan menekankan nilai-nilai ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, kebahagiaan tertinggi bagi seorang muslim adalah mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Dengan demikian, solusi atas fenomena FOMO dan gaya hidup materialistis Gen Z bukanlah sekadar pembatasan konsumsi atau pengaturan media sosial, tetapi perubahan secara keseluruhan yang dapat mengarahkan generasi muda pada tujuan hidup yang lebih mulia.
Islam menjadikan kehidupan pemuda tidak hanya sekadar untuk hidup, tetapi Islam menjadikan kehidupan pemuda lebih berarti dan bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat melalui potensi besar yang dimiliki oleh pemuda untuk mengembalikan mereka kepada peran sejatinya sebagai agen perubahan menuju kebangkitan peradaban Islam yang sempurna dan menyeluruh.