-->

Gen Z: Motor Perubahan atau Korban Konsumerisme?

Oleh : Dinda Bunga Anugrah

Fenomena FOMO (fear of missing out) di kalangan Gen Z semakin menguat dengan hadirnya media sosial. Banyak dari mereka merasa perlu mengikuti tren dan gaya hidup yang dipamerkan oleh influencer atau teman-teman mereka. Dalam situasi ini, pinjaman online (pinjol) sering kali dipandang sebagai solusi cepat untuk memenuhi keinginan membeli barang atau pengalaman yang sedang tren. Padahal, jika mereka memahami konsekuensi setelahnya, justru pinjol yang nantinya akan terus menghantui mereka dengan penambahan bunga berkali-kali lebih besar.

Akar munculnya gaya hidup FOMO erat kaitannya dengan sistem liberal kapitalisme demokrasi yang diadaptasi oleh hampir seluruh negara di dunia.
Sistem ini cenderung memprioritaskan kebebasan individual dan menghasilkan gaya hidup hedonistik dan konsumerisme.

Salah satu fenomena yang baru saja terjadi yaitu “Demam” boneka labubu yang menjadi begitu booming setelah idol K-POP Lisa Blackpink memamerkannya di media sosial. Semenjak tokoh tersebut menggunakan aksesoris boneka tersebut, seketika publik terutama Gen Z, berbondong-bondong menyerbu setiap toko yang menjual boneka labubu.

Kebanyakan beranggapan bahwa dengan membeli boneka labubu, mereka menjadi bagian dari tren global yang dipopulerkan sosok yang sangat diidolakan.

Melihat fakta tersebut tergambar, bahwa, dewasa ini masyarakat hanya mementingkan kesenangan duniawi sesaat. Sehingga banyak dari Gen Z yang terjebak dalam prioritas yang kurang bermanfaat bagi masa depan mereka.
Akibatnya, potensi Gen Z untuk berprestasi dan berkarya sering kali terabaikan.

Mereka yang seharusnya mampu menjadi agen perubahan menuju kebaikan malah terjerumus dalam lingkaran materialisme yang dipicu oleh media sosial. Regulasi yang ada tidak memberikan perlindungan bagi mereka; sebaliknya, hal ini justru memperburuk kondisi dengan mendorong gaya hidup FOMO yang semakin mendalam.

Dalam perspektif Islam, pemuda memiliki potensi luar biasa dan merupakan kekuatan yang sangat dibutuhkan umat. Islam memahami bahwa generasi muda adalah motor perubahan yang mampu membangkitkan umat.

Melalui kepemimpinan berfikir dalam Islam, potensi Gen Z dapat dioptimalkan sehingga mereka akan menjalani hidup sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya-karya terbaik untuk umat seperti halnya Muhammad Al Fatih yang mampu menaklukan konstantinopel ketik usianya 21 tahun.

Potensi tersebut sangat penting untuk membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu, di bawah naungan Khilafah Islamiyah. Melalui penerapan nilai-nilai Islam secara menyeluruh, Gen Z mampu untuk menghadapi tantangan zaman dengan cara yang lebih produktif dan sesuai tuntunan syariah.