-->

Lemahnya Peran Guru Ditengah Peringatan Hari Guru

Oleh : Zahra K.R (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Seorang guru adalah sosok yang seharusnya mampu memberikan panutan terbaik bagi generasi yang dididiknya dan sosok yang seharusnya dipercaya mampu memberikan bimbingan terbaik bagi anak-anak didiknya. Namun, bagaimana kondisinya jika seorang guru terhambat dalam menjalankan perannya? Dan bagaimana nasib generasi jika gurunya tak mampu memberikan panutan terbaik untuknya? Hingga masyarakat seringkali mendengar berbagai masalah yang melibatkan antara seorang guru dan muridnya. 

Pada tanggal 5 Oktober lalu, tentunya masyarakat sudah tak asing dengan sebuah peringatan hari guru yang selalu diperingati setiap tahunnya. Peringatan hari guru tahun ini telah mengangkat tema "Valuing Teacher Voices: Toward a New Social Contract for Education (Menghargai Suara Guru: Menuju Kontrak Sosial Baru Untuk Pendidikan)". Tema ini sengaja diangkat bertujuan untuk mengingatkan kembali pada seluruh masyarakat terhadap pentingnya suara seorang guru. Pasalnya, suara seorang guru begitu penting dan sangat diperlukan untuk mendidik masa depan generasi menuju lebih baik, juga untuk memanfaatkan potensi terbaik seorang guru dalam memberikan panutan terbaik pada anak didiknya agar menjadi generasi yang mampu memberikan manfaat bagi seluruh umat.

Tetapi, rupanya peran seorang guru yang sangat diharapkan justru saat ini tampak tak sesuai harapan. Bagaimana tidak? Seorang guru yang diharapkan menjadi pencegah tindak kejahatan justru menjadi pelaku kejahatan itu sendiri. Beberapa hari yang lalu, masyarakat dihebohkan dengan kabar berita tentang kekerasan yang dilakukan oleh seorang guru terhadap anak didiknya. Pada Kamis tanggal 26 September 2024, dilansir dari Tirto.id (02/10/2024) salah seorang siswa SMP Negeri 1 STM Hilir telah dikabarkan meninggal dunia setelah menjalani hukuman dari guru agamanya. 

Kejadian lainnya juga tak kalah mirisnya sebagaimana yang terjadi di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Seorang santri berumur 13 tahun dinyatakan meninggal dunia akibat terkena lemparan sebuah balok kayu dari gurunya sendiri hingga mengalami pendarahan hebat. Kejadian tersebut diduga berawal dari salah seorang santri lain yang tidak segera bersiap untuk mandi hingga memancing kemarahan seorang ustadz. Karena hal itu, Ustadz tersebut melemparkan sebuah balok kayu pada santri itu, namun naasnya sebelum mengenai santri itu, tiba-tiba ada santri lain yang tak sengaja lewat lokasi kejadian hingga balok kayu tersebut pun mengenai santri yang tak bersalah tersebut. 

Sementara itu, data Federasi Setikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat kasus kekerasan dalam pendidikan selama Januari-September 2024 sudah mencapai 36 kasus. Kekerasan yang terjadi meliputi kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikis dan kebijakan yang mengandung kekerasan. Data FSGI menunjukkan sebanyak 66,66% kasus kekerasan berada dibawah kewenangan Kemendikbudristek, sedangkan 33,33% berada dibawah Kewenangan Kementerian Agama. Sementara, pelaku kekerasan yang tercatat mencapai 48 orang dan korban mencapai 144 peserta didik. 

Iman Zanatul Hari, yang menjabat sebagai guru sangat menyayangkan hal tersebut. Iman menyebut bahwa salah satu tugasnya sebagai guru adalah memutus lingkaran kekerasan dan seorang guru harus menjadi sentral moral dan etika bagi anak didiknya. Iman yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai bahwa perlakuan kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya perlu mendapat kecaman keras. Dan menurutnya, salah satu penyebab langgengnya tindak kekerasan di sekolah adalah karena minimnya pengetahuan terhadap guru dan siswa terkait bentuk-bentuk tindak kekerasan. (Tirto.id 02/10/2024)

Beberapa hari kemudian dalam waktu yang berdekatan, tepat pada tanggal 05 Oktober 2024, telah diadakan peringatan Hari Guru Sedunia atau World's Teacher Day. Peringatan hari guru sedunia ini sudah dilakukan sejak tahun 1994 dalam rangka memperingati penandatanganan Rekomendasi UNESCO/ILO 1966 tentang Status Guru. Perekomendasian tersebut sengaja dibuat untuk menetapkan hak serta tanggung jawab guru dan standar internasional untuk persiapan awal dan pendidikan lanjutan mereka sebagai pengajar. Sebagaimana makna guru dalam rekomendasi tersebut adalah semua pengajar di sekolah yang bertanggung jawab untuk pendidikan murid. Sementara itu, menurut UNESCO, dengan adanya peringatan Hari Guru Sedunia diharapkan bisa sebagai pemahaman, apresiasi, dan kepedulian terhadap para guru. (Kompas.com 05/10/2024)

Memaksimalkan peran guru begitu penting bagi generasi. Karena pendidikan generasi sangat  bergantung pada kualitas seorang guru. Akan tetapi, fakta yang terjadi di Indonesia justru bertolak-belakang dengan hal itu. Mengapa bisa? Karena, saat ini guru disibukkan dengan berbagai persoalan, diantaranya yaitu gaji yang minim atau yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka (termasuk beberapa kasus keterlambatan pemberian gaji pada guru), kurikulum pendidikan yang kerap berganti ketika mentri juga berganti, bahkan semakin menjauhkan anak didik dari akhlak dan perilaku yang mulia dan terpuji, serta tuntutan hidup yang tinggi. 

Di sisi lain, saat ini profesi seorang guru tak dihargai dan cenderung dianggap remeh, terlebih lagi jati diri seorang guru dikendalikan oleh tata hidup sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga seorang guru menjadi lupa akan jati dirinya sebagai seorang hamba yang terikat atas aturan Sang Pencipta, akibatnya tidak jarang dari mereka yang tega melakukan tindak kekerasan terhadap anak didiknya sendiri, baik berupa kekerasan fisik maupun kekerasan seksual, bahkan lebih parahnya bisa membuat anak didiknya meregang nyawa.

Jika gurunya saja tidak memberikan panutan yang baik bagi anak didiknya, maka tak heran jika banyak anak didik saat ini yang berani menentang ataupun melawan gurunya sendiri, melakukan tindak kekerasan terhadap gurunya, tidak memiliki akhlak maupun moral yang terpuji, suka tawuran, balap liar, melakukan bullying antar teman bahkan tega sebagai pelaku aniaya terhadap teman maupun gurunya sendiri. Akibat kurangnya kontrol dalam diri, seseorang akan mudah melakukan tindakan sesuai hati mereka tanpa melihat baik buruknya. Selain itu, sistem kapitalis sekuler ini juga telah menihilkan kontrol masyarakat dan juga negara.

Berbeda dengan sistem Islam. Islam dengan sepaket aturannya yang lengkap dan paripurna justru mampu mendorong peran guru agar berjalan semaksimal mungkin, sistem pendidikan Islam mampu menghasilkan guru yang berkualitas, memiliki kemampuan terbaik baik dalam mendidik, mengajar maupun memberi panutan terhadap anak didiknya. Tak hanya itu, Islam juga sangat menghargai, menghormati, dan memuliakan seorang guru salah satunya dengan memberikan gaji yang tinggi. Islam juga sangat memperhatikan kriteria seorang guru karena tugas guru begitu berat, yaitu sebagai pembentuk kepribadian Islam pada diri anak didik. Oleh karenanya, seorang guru harus memiliki rasa takut yang tinggi terhadap Sang Penciptanya, Allah SWT.

Wallahu a'lam bish shawwab.