-->

Marak Kenakalan Remaja, Buah Sistem Sekuler

Oleh : Fitri Khoirunnisa

Dilansir dari kumparan.com, tiga remaja ditangkap saat berusaha tawuran dengan membawa bom molotov di dalam tas mereka pada malam Sabtu, 21 Agustus 2024. Penangkapan ini dilakukan oleh Tim Enggang Polresta Pontianak yang sedang patroli sekitar pukul 02.00 WIB di Jalan Ahmad Yani. Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Antonius Trias Kuncorojati, menjelaskan bahwa petugas melihat sekelompok remaja berkonvoi menggunakan lima sepeda motor dan langsung melakukan pengejaran. Mereka berhasil menghentikan salah satu sepeda motor yang dinaiki ketiga remaja tersebut. Saat diperiksa, petugas menemukan senjata tajam jenis parang sepanjang 70 cm dan dua botol kaca berisi bensin yang diduga sebagai bom molotov dalam tas mereka (kumparan.com).

Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja yang semakin meresahkan masyarakat. Selain meningkatnya angka kejadian tawuran, jumlah korban tewas juga terus bertambah. Fenomena ini tidak terlepas dari pengaruh pemahaman sekuler liberal yang telah meresap dalam kehidupan umat. Sekularisme telah menjauhkan umat dari pemahaman agama, menyebabkan tindakan mereka bergantung pada akal semata, dengan materi sebagai ukuran kebahagiaan. Hal ini mengakibatkan kerusakan dalam kehidupan masyarakat.

Sekularisme juga melahirkan liberalisme, yang memberi kebebasan kepada individu untuk melakukan apa pun yang diinginkan, tanpa memperhatikan dampak perbuatan tersebut terhadap orang lain. Akibatnya, mereka tidak ragu untuk melakukan tindakan kekerasan, seperti memukul atau menusuk teman, serta terjerumus dalam penyalahgunaan alkohol dan narkoba, meskipun jelas dilarang oleh agama. Tawuran yang semakin mengerikan ini menggambarkan kegagalan sistem pendidikan sekuler dalam mencetak generasi berkualitas, karena kurikulum yang jauh dari nilai-nilai agama membuat generasi muda tumbuh tanpa iman dan takwa.

Energi besar yang dimiliki kaum muda sering kali disalurkan pada aktivitas yang tidak bermanfaat. Tawuran bukanlah satu-satunya kenakalan remaja yang muncul dari sistem pendidikan sekuler; pergaulan bebas, aborsi, geng motor, dan penggunaan narkoba juga marak terjadi, tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Lebih parahnya, sistem pendidikan ini gagal menanamkan tujuan hidup yang jelas, membuat pelajar tidak memiliki arah dan rentan terhadap stres serta masalah kesehatan mental, sehingga mudah terjerumus dalam arus negatif, termasuk tawuran.

Sistem pendidikan Islam yang berlandaskan akidah mampu melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, dengan pola pikir dan sikap yang selaras dengan ajaran agama. Keimanan yang ditanamkan oleh para pendidik akan membentuk generasi bertakwa yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam sistem pendidikan Islam, para pelajar akan mengisi waktu mereka dengan menuntut ilmu untuk keberkahan hidup, memahami bahwa ilmu berfungsi untuk menyempurnakan ibadah dan bermanfaat bagi umat.

Siswa yang dididik dalam sistem Islam juga akan menjadi individu yang kuat menghadapi berbagai persoalan hidup, karena mereka memahami tujuan penciptaan sebagai hamba, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Mereka akan melihat cobaan hidup sebagai bentuk kasih sayang Allah, sehingga tidak terbebani oleh stres atau masalah kesehatan mental lainnya. Selain itu, sistem pemerintahan Islam, melalui baitulmal, dapat mengelola pendidikan secara mandiri tanpa bergantung pada swasta atau pihak asing. Meski lembaga pendidikan swasta diperbolehkan, mereka harus berlandaskan akidah Islam dan tidak bertentangan dengan tsaqafah Islam.