Miris, Harga Pangan Turun Daya Belipun Menurun
Oleh : Tusriyani (Aktivis Muslimah Lubuklinggau)
Indonesia dikenal akan sumber daya alam yang melimpah terutama dalam sektor pertanian. Disaat musim panen tiba banyak persediaan bahan yang dibutuhkan masyarakat, yaitu sayuran, buahan dan lain sebagainya. Sehingga membuat harga bahan pun turun alias murah, harusnya disambut bahagia oleh warga tapi sebaliknya banyak masyarakat mengeluh karena tidak mampu untuk membeli bahan yang murah tersebut.
Dan mengakibatkan Indonesia deflasi, yaitu keadaan dimana ada penurunan harga barang terus menerus, namun daya beli warga menurun.
Harga pangan disebut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebagai salah satu penyebab terjadinya deflasi di Indonesia lima bulan berturut-turut. Pada September 2024, deflasi Indonesia sebesar 0,12 persen secara bulanan atau month to month (mtm).
Ekonom Pangan dan Pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, menyebut menurunnya harga pangan (volatile food) selaras dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sektor pertanian September 2024, yang terus menurun sejak mencapai puncaknya di April 2024.
Eliza mengatakan harga komoditas sayuran anjlok disebabkan oleh oversupply yang tidak diimbangi dengan kemampuan penyimpanan komoditas sayuran untuk jangka panjang. Situasi ini juga membuat banyak petani merugi karena membusuknya komoditas sayuran. (Kumparan, 05/10/24)
Deflasi yang terus terjadi selama 5 bulan berturut-turut merupakan indikasi pemerintah tidak mampu mengatasi penurunan daya beli masyarakat. Sehingga berdampak pada penurunan harga-harga barang dan jasa, jika dalam jangka panjang akan mengakibatkan pengurangan produksi dan pada akhirnya akan berujung pada PHK massal. Yaitu pemutusan hubungan kerja pada karyawan artinya akan banyak pengangguran di indonesia, berakibat tidak seimbangnya perekonomian dalam rumah tangga.
Selama ini kinerja perekonomian Indonesia ditopang sebagian besarnya oleh konsumsi rumah tangga, keadaan deflasi mengindikasikan konsumsi rumah tangga mengalami penurunan daya beli signifikan, ini diakibatkan oleh pendapatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan belanja barang dan jasa sehingga rumah tangga menahan daya belinya. Ketika kepala keluarga yang mencari nafkah berhenti bekerja maka berhenti pula pendapatan dan penghasilan, membuat para ibu rumah tangga mengurangi bahkan menahan belanja bahan yang memang sangat dibutuhkan. Seorang ibu akan menghemat pengeluaran demi mencukupi kehidupan keluarga, membeli barang yang memang kebutuhan bukan karena keinginan semata, belajar hidup selalu merasa cukup bukan pemenuhan gaya hidup.
Jika daya beli sektor rumah tangga terus menurun dampak secara langsung adalah kesejahteraan anggota keluarga, termasuk ibu dan anak. Mengingat sebagian besar anggaran rumah tangga saat ini diketahui dikeluarkan untuk biaya pendidikan dan kesehatan yang mana kita ketahui biaya keduanya lumayan cukup besar. Belum lagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, yang juga mengalami deflasi pada harga bahan pangan strategi seperti cabai telur daging ayam dan lain sebagainya. Jika untuk membiayai kebutuhan pokok sembako saja seorang ibu sudah mengurangi konsumsinya, apalagi untuk mengeluarkan biaya pendidikan dan kesehatan yang lebih mahal. Akibatnya bukan tidak mungkin generasi akan mengalami penurunan kualitas kesehatan dan pendidikan mengingat lemahnya kemampuan daya beli rumah tangga. Akhirnya seorang ibu akan berfikir untuk membantu menopang perekonomian keluarga yaitu dengan cara bekerja mencari nafkah. Padahal disisi lain akan ada yang dikorbankan ialah mengurus dan mendidik anak yang mana fitrahnya seorang ibu adalah sebagai madrasah ula (sekolah pertama) bagi anak-anak nya. Bagaimana sebuah keluarga akan sejahtera jika peran ibu sebagai pencetak generasi umat terbaik telah dibengkokkan menjadi ibu pejuang rupiah?
Islam memberi Jaminan Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga
Islam akan menerapkan sistem ekonomi islam secara kaffah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat individu per individu. Di mana Islam dengan akidah Islam mewajibkan seorang pemimpin sebagai pelayan rakyat, pemimpin menjalankan amanah sesuai pandangan syara bukan karena alasan kerjasama ataupun keuntungan materi bahkan keuntungan sendiri. Islam juga memandang bahwa kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan sebagai aspek-aspek pemenuhan hajat hidup masyarakat, bukan sebagai asas manfaat yang mana harus ada untung atau rugi didalamnya. Karena seorang pemimpin faham betul akan fungsinya yaitu sebagai raain (pengurus urusan rakyat) termasuk pemenuhan hajat hidup publik sesuai tuntunan syara'. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Imam (khalifah) adalah raain pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya "(HR. Ahmad & Bukhari)
Sistem ekonomi Islam memiliki sejumlah mekanisme dalam mewujudkan kesejahteraan Rakyat diantaranya :
Pertama, sistem ekonomi Islam menjadikan negara sebagai pihak sentral dalam mengurusi umat, tidak fokus pada perkembangan ekonomi tanpa memperhatikan manusianya, seperti negara akan menjamin semua laki-laki bekerja sebab kewajiban nafkah ada pada kaum laki-laki sehingga pemerintah akan berupaya untuk membuka lebar lapangan pekerjaan dan tidak mengandalkan perusahaan swasta dalam penyediaannya, karena dalam Islam haram kepemilikan umum seperti SDA dikuasai swasta.
Kedua, sistem ekonomi Islam menjadikan negara terbebas dari utang, bebas dari kendali asing dan seluruh kebijakannya fokus pada kepentingan umat
Ketiga, sumber pemasukan negara yang melimpah dari kepemilikan umum, fai kharaj dan zakat sangat mampu mewujudkan masyarakat untuk sejahtera, hingga daya beli masyarakat tinggi karena memiliki pendapatan yang layak dan memiliki uang untuk dibelanjakan
Keempat, kebutuhan pokok masyarakat seperti kesehatan pendidikan dan keamanan dijamin seluruhnya oleh negara karena ada Baitul mal yang kuat dengan pemasukan yang melimpah.
Semoga dengan sistem ekonomi Islam yang diterapkan secara kaffah maka kesejahteraan rakyat akan terjamin sepenuhnya dan selamanya.
Wallahu a'lam bish shawab.
Posting Komentar