Mudahnya Pemalsuan Struk Transfer, Bukti Lemahnya Kapitalisme
Oleh : Eki Efrilia
"Kalau hati kita bersih, tak ada waktu untuk berfikir licik, curang atau dengki sekalipun"
(Abdullah Gymnastiar-Pendakwah)
Apa yang disampaikan Aa' Gym di atas sepertinya saat ini sulit dilakukan sebagian orang, yaitu mempunyai hati yang bersih. Seseorang yang berhati bersih sudah pasti tidak akan ada pikiran jahat sedikitpun pada dirinya. Tapi sayangnya saat ini, tindak kejahatan seakan seperti aliran air terjun yang begitu deras dan berlimpah, memercikkan ke mana-mana alias korbannya sudah banyak sekali.
Tindak kejahatan ini tidak bisa dipisahkan pembahasannya dengan kondisi yang ada pada masyarakat sekarang, termasuk di Indonesia. Akibat 'salah urus', negeri yang sebetulnya 'gemah ripah loh jinawi' ini, masuk ke peringkat 90 negara termiskin di dunia [voi.id, 10/9/2024]
Label 'termiskin' ini berarti menunjukkan bahwa negeri ini memiliki banyak utang, sehingga antara lain masalah yang ada adalah tidak mampunya negara menyediakan lapangan kerja yang layak bagi rakyatnya dan bahkan tidak mampu menyediakan lapangan kerja bagi rakyatnya alias banyak pengangguran. Hingga Februari 2024 jumlah pengangguran di Indonesia tembus 7,2 juta orang [Tempo.co, 23/9/2024]
Padahal, kebutuhan jasmani manusia seperti papan dan pangan, terus mengejar, tidak peduli seorang pencari nafkah itu sedang ada pekerjaan atau tidak. Uang kontrakan atau cicilan kredit perumahan harus dibayar, kalau tidak, mereka akan terusir dari tempat yang menaungi mereka dari hujan dan terik matahari tersebut. Setiap haripun, perut dirinya sendiri dan keluarga yang dia harus hidupi juga menjerit minta diisi. Belum lagi kebutuhan-kebutuhan lain seperti token listrik, tagihan air ledeng, SPP anak yang sekolah dan lain-lain. 'Si pengangguran' tersebut akan putar otak, bagaimana caranya agar mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak itu. Sebagian dari mereka, akhirnya membuang 'hati bersih' tadi dan mendapatkan ide licik yaitu berbuat kejahatan.
Salah satu kejahatan 'teranyar' adalah dengan mengedit struk bukti transfer sebuah bank, sehingga ia bisa mencairkan dana ke sebuah gerai bank mini yang sekarang ini marak menjadi ladang usaha sebagian masyarakat. Seperti kejadian yang terekam CCTV di sebuah gerai di bilangan Bogor, Jawa Barat. Nampak sekali, jari-jari si penipu dengan lincahnya mengedit tulisan yang tertera di bukti transfer pada telpon genggamnya, ia berharap bisa mengelabui si penjaga gerai dan berhasil mencairkan dana. Untungnya, si penjaga gerai sigap dan menolak memberikan uang, karena memang pada faktanya transferan belum masuk ke rekening gerai tersebut. Akhirnya si penipu pergi dari tempat tersebut, dengan tanpa hasil. Tapi dia tidak tahu, gerak-gerik kejahatannya sudah terekam kamera [medcom.id, 23/10/2024].
Semoga segera ditangkap si pelaku yang meresahkan masyarakat ini.
Yang lebih mengagetkan lagi, ada channel-channel YouTube yang menayangkan cara-cara untuk mengedit struk transfer rekening. Padahal, itu bisa membuat orang yang mungkin saja tidak ada itikad jahat sebelumnya, terinspirasi dengan apa yang diajarkan channel-channel tersebut. Herannya lagi, pihak YouTube maupun Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tidak men-take down atau menghilangkan video tersebut. Sudah pasti itu sangat berbahaya, di saat banyak orang yang membutuhkan uang karena perekonomian sedang sulit sekarang ini, bisa jadi orang akan berbuat jahat dengan memakai cara yang diajarkan oleh channel-channel ini.
Ini menunjukkan bahwa negara kurang memberi perhatian juga terhadap arus informasi yang ternyata bisa menjerumuskan masyarakat.
Seperti itulah kehidupan dalam sistem Kapitalis, di mana negara hanya menjadi regulator atau pelaksana pemerintahan dan bukan sebagai pengayom rakyat. Padahal, dalam ajaran Islam, negara adalah pemegang peranan penting akan kemaslahatan rakyatnya, apabila negara dalam hal ini pemegang kekuasaan teledor atau tidak memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada rakyatnya, maka ia akan mendapatkan azab Allah yang sangat pedih saat Hari Perhitungan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalaam sebagai berikut:
"Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam itu terdapat lembah, dan di lembah itu terdapat sumur yang bernama Habhab. Allah pasti akan menempatkan setiap penguasa yang sewenang-wenang dan menentang kebenaran di dalamnya"
(HR Ath Thabrani, Al Hakim, dan Adz Dzahabi)
Selain menjaga agar rakyat merasa aman, tidak ada gangguan kejahatan, maka dalam Islam, negara juga wajib mencari akar masalahnya apabila terjadi kejahatan seperti pencurian, penipuan, perampasan barang berharga dan lain-lain. Bisa jadi kejahatan itu meningkat karena faktor kemiskinan akibat sulitnya mencari penghasilan secara halal, seperti yang disebutkan di awal tadi. Sehingga negara harus secepatnya menyelesaikan permasalahan tersebut dan berupaya keras memberi solusi untuk rakyat, misalnya dengan membuka lapangan kerja selebar-lebarnya.
Hal ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah saat seorang Anshor datang meminta-minta kepada beliau. Rasulullah tidak memberinya uang tetapi bertanya kepadanya, apa yang ia miliki. Ternyata orang Anshor itu memiliki sehelai kain kasar untuk selimut dan satu gelas cangkir. Kemudian Rasulullah menawarkan kepada para sahabatnya, adakah yang mau membeli barang-barang tersebut. Ternyata seorang sahabat bersedia membeli 2 dirham atas keduanya. Uang tersebut kemudian diserahkan kepada orang Anshor itu dengan catatan; 1 dirham untuk membelikan makanan keluarganya di rumah dan 1 dirham lagi untuk dibelikan sebuah kapak. Rasulullah memintanya memakai kapak tersebut untuk mencari kayu bakar dan menjualnya, ia diminta datang kembali kepada Rasulullah setelah 15 hari kemudian, untuk menunjukkan hasil yang diperolehnya. Tepat 15 hari, orang Anshor itu datang lagi dan menunjukkan bahwa ia mampu menghasilkan 10 dirham. Maa Syaa Allah..
Hendaknya seperti itulah seorang pemimpin, ia akan selalu memikirkan bagaimana rakyatnya terayomi dengan sebaik mungkin.
Seperti sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalaam:
"Imam (Khalifah) itu adalah laksana penggembala dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)"
(HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad)
Kepemimpinan yang taat kepada hukum-hukum Allah, sehingga rakyatnya hidup tenang berkehidupan tanpa khawatir gangguan ekonomi maupun keamanan, hanya bisa terwujud dengan tegaknya kembali syariat Islam secara menyeluruh. Hal ini bukan omong kosong, tapi telah terbukti saat kekhilafahan Islam berdiri selama 13 abad yaitu sejak didirikan oleh Rasulullah di Madinah, tepat setelah peristiwa Hijrah. Begitu kuatnya kepemimpinan Islam saat itu sampai wilayah yang dinaungi Islam mencapai sekitar 2/3 dunia.
Sayangnya kekhilafahan Islam telah diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Laknatullah di Turki pada tanggal 3 Maret 1924.
Sehingga, sudah menjadi kewajiban bagi kaum muslimin untuk menegakkan kembali kekhilafahan tersebut dengan cara berdakwah yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan Islam, sehingga rakyat tidak lagi merasakan keterpurukan seperti yang terjadi saat ini.
Wallahu'alam bishowwab.
Posting Komentar