-->

Palestina Butuh Bantuan Bukan Seruan

Oleh : Tri S, S.Si

Setelah meluluh lantakkan Palestina, kini Israel membombardir wilayah Lebanon yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban di kalangan rakyat sipil. Lebanon adalah salah satu dari tiga negara yang saat ini berkonfrontasi secara langsung melawan zionis. Tiga negara tersebut adalah Yaman, Lebanon, dan Iran. Ketiganya secara terang-terangan menantang zionis beserta sekutunya-Amerika dan Inggris-untuk berperang secara terbuka, dan berjanji akan menghapuskan entitas zionis dari muka bumi ini.

Menanggapi tantangan tersebut, zionis Israel menjawabnya dengan mengirimkan pasukan militer ke wilayah mereka. Dengan dibantu Amerika dan Inggris, zionis Israel telah menghancurkan pelabuhan Hodeidah dan Ras Issa, serta dua pembangkit listrik di Yaman, beberapa waktu yang lalu (¹). Keadaan semakin memanas dengan terbunuhnya salah satu petinggi Hamas yaitu Ismail Haniyeh di Iran. Pembunuhan itu diduga dilakukan oleh Israel. Media Iran mengatakan bahwa Haniyeh tewas dalam sebuah serangan udara. Ia sendiri sebenarnya baru tiba di Iran pada hari Selasa, dalam rangka menghadiri pelantikan presiden baru Iran, yaitu Masoud Pezeshkian (²). Dan baru-baru ini zionis juga berhasil membunuh pemimpin militan Hizbullah Lebanon yaitu Hasan Nasrallah. Hizbullah telah mengonfirmasi bahwa Nasrallah tewas dalam serangan udara yang membabi buta di Beirut, dengan mengatakan kematiannya terjadi setelah serangan Zionis yang berbahaya di pinggiran selatan Lebanon.

Teror juga dilakukan oleh zionis dengan cara meledakkan alat komunikasi pager di Lebanon yang menewaskan setidaknya sembilan orang dan melukai hampir 3.000 orang lainnya. Ledakan itu terjadi ketika pager mereka berbunyi dan pengguna mendekatkannya ke wajah atau tangan. Selain pager, juga terjadi ledakan walkie-talkie secara serentak di Lebanon. Korban jiwa tidak hanya dari kalangan militan, tapi masyarakat sipil bahkan anak-anak kecil pun turut menjadi korban dalam peristiwa tersebut.

Semua berita, kejadian, dan fakta yang terjadi di Palestina, Lebanon, Yaman, dan Iran, tersebar dengan sangat cepat 'real time' secara 'live' melalui media sosial, televisi, atau media elektronik lainnya. Namun setelah peperangan yang berlangsung satu tahun ini, tidak banyak penguasa negeri-negeri muslim yang tergerak hatinya untuk membela saudara-saudara mereka secara langsung. Mereka hanya mengecam, mendoakan, dan mengucapkan duka yang mendalam ketika melihat saudara-saudara mereka dibunuh, dianiaya, dijajah, ditindas, dirampok, diusir, dan dibombardir.

Apakah mereka-umat Islam ini, tidak ingin membebaskan dan mengembalikan kemuliaan Palestina seperti dahulu kala? 

Tidak inginkan penguasa negeri muslim menolong saudaranya yang ada di Palestina dan Lebanon?

Kita tidak menafikan bahwa seluruh negara-negara yang ada di dunia memberikan donasi yang sangat besar untuk Palestina. Namun, apakah donasi itu benar-benar sesuatu yang paling dibutuhkan?

Atau ada hal lain yang sebenarnya paling penting dan paling dibutuhkan oleh saudara kita yang ada di Palestina? 

Ada sebuah analogi menarik yang menggambarkan keadaan saudara kita di Palestina. Kita memisalkan saudara kita di Palestina sebagai tetangga kita yang rumahnya sedang dimasuki oleh kawanan perampok dan pembunuh.

Kira-kira, apa yang dibutuhkan oleh tetangga kita itu untuk mengusir perampok dan pembunuh?

Apakah mereka membutuhkan donasi uang, makanan, pakaian, atau obat-obatan dari kita?

Apakah mereka membutuhkan kata-kata semangat agar mereka kuat melawan gerombolan perampok dan pembunuh itu? Sementara kita hanya menonton di luar? Itu sungguh perbuatan yang sangat konyol. 

Ataukah sebenarnya yang mereka butuhkan adalah orang-orang yang mau masuk ke dalam rumah mereka kemudian menangkap gerombolan perampok dan pembunuh itu, lalu membawa perampok dan pembunuh itu keluar dari rumah mereka, sehingga mereka aman?

Inilah sesungguhnya yang dibutuhkan oleh saudara kita di Palestina, yaitu datangnya kaum muslimin yang membantu mereka untuk mengusir penjajah zionis Israel dari wilayah mereka.

Memang, donasi berupa uang, obat-obatan dan makanan sangat dibutuhkan. Tapi itu akan menjadi sia-sia ketika semua bantuan tertahan dan tidak bisa masuk karena larangan dari zionis penjajah. Dan mirisnya tidak ada satupun penguasa dari negeri kaum muslimin yang mampu menghancurkan larangan itu untuk memasukkan donasi tersebut. Penguasa kaum muslimin saat ini sangat lemah. Bahkan untuk memasukkan minuman dan makanan saja, mereka tidak mampu. Sungguh tragis. 

Penjara Nasionalisme

Seolah-olah zionis Israel bebas melakukan apa saja terhadap kaum muslimin. Mereka bebas membunuh, menyerang, menghancurkan, merampas, membombardir, tanpa ada perlawanan yang berarti dari penguasa negeri-negeri Islam. Mengapa umat Islam hanya diam, tidak ada yang membalas? Apa yang mengikat kaki, tangan, dan diri umat ini? Salah satu jawabannya adalah ide nasionalisme. 

Nasionalisme adalah sekat imajiner yang dibuat oleh penjajah untuk melemahkan Islam dan kaum muslimin. Penjajah barat tentu masih ingat dengan kerasnya penentangan Sultan Abdul Hamid ll terhadap rencana pendirian negara zionis. Beliau adalah sultan terakhir Kekaisaran Ottoman (Turki Usmani) yang memerintah dari tahun 1876 hingga 1909. Ia dikenal sebagai benteng terakhir yang menghalangi upaya Gerakan Zionisme Internasional untuk membeli Palestina.³

Melihat kegagalan upaya pendirian negara zionis, penjajah barat merasa perlu memotong-motong penghalang yang besar itu-yaitu Khilafah Usmani, menjadi keratan-keratan kecil agar kekuatannya berkurang dan mudah dihancurkan. Dimulailah gagasan untuk membagi-bagi wilayah kekhilafahan Ottoman atau Turki Usmani menjadi wilayah-wilayah kecil yang bisa mereka kendalikan. 

Setelah berakhirnya perang dunia ke-1, Sekutu-yang di dalamnya ada Inggris dan Perancis- menjadi pihak pemenang. Mereka lalu membagi-bagi wilayah Daulah Khilafah Usmani-sebagai pihak yang kalah perang- menjadi negeri-negeri kecil yang tidak berdaya. Melalui perjanjian Sykes-Picots dibentuklah negara-negara kecil boneka, yang berdiri diatas 'nation state' sebagai babak baru yang menandai keruntuhan Khilafah Islamiyah.⁴

Hingga saat ini kelemahan demi kelemahan dialami oleh kaum muslimin. Akibat nasionalisme, umat Islam lupa terhadap jati diri mereka. Lupa bahwa mereka adalah umat yang besar, umat yang satu, yang pernah hidup dibawah naungan Daulah Khilafah yang terhormat dan adidaya. Penjajah barat tidak hanya memisahkan negeri-negeri kaum muslimin secara fisik. Namun juga mencengkeramkan pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan Islam. Cara hidup materialistis kapitalis ditanamkan dalam benak kaum muslimin sehingga mereka lupa akan persatuan umat, lupa bagaimana cara menolong saudaranya di Palestina. Mereka jauh dari Islam dan jauh dari penerapan hukum Islam.

Mereka membiarkan saudaranya dalam kezaliman dan penderitaan akibat penjajahan zionis. Seakan-akan umat Islam tidak pernah memiliki sejarah heroik dari pahlawan-pahlawan Islam yang membebaskan Syam dan Palestina sebelumnya. Bahkan untuk sekedar mengirim makanan dan minuman kepada saudaranya saja, negeri-negeri kecil dari kaum muslimin tersebut tidak mampu dan tidak berdaya. Mereka hanya mampu mengecam dan mengatakan kata-kata empati yang sungguh tidak ada gunanya. 

Nasionalisme-lah yang menghalangi pasukan dari Indonesia, Malaysia, Pakistan, Mesir, dll, untuk datang membantu saudara-saudaranya secara langsung di Palestina. Padahal kedatangan pasukan Islam secara langsung untuk mengusir entitas penjajah sangat diperlukan. Karena itu adalah esensi dari pertolongan yang sebenarnya.

Ketika kita menengok sejarah panjang Daulah Islam, kita bisa melihat kembali bagaimana Khilafah Islam mengirimkan pasukan untuk membebaskan wilayah-wilayah yang sedang dalam penjajahan atau pengaruh pasukan kafir. Kita akan melihat betapa Islam sangat membela rakyatnya. Tidak akan dibiarkan sedikitpun kedzaliman atau setetes darah yang mengalir dari tubuh kaum muslimin tanpa perhitungan yang pasti. Daulah Khilafah akan memastikan setiap jengkal tanah kaum muslimin terjaga sepenuhnya di bawah tentara Islam. Daulah Khilafah akan memastikan keamanan seluruh rakyat dan tidak membiarkan kesewenang-wenangan kafir barat penjajah untuk mengambil atau merampas tanah kaum muslimin. 

Umat butuh Khilafah. Sehingga harus ada aktivitas untuk menegakkan Khilafah. Karena hanya khilafah lah yang berani menentang hegemoni barat. Hanya khilafah lah yang berani menghapuskan eksistensi Yahudi. Dan hanya Khilafah yang akan menyatukan seluruh kaum muslimin dalam satu Panji yaitu Panji Rasulullah. Berharap pada negeri-negeri kaum muslimin saat ini sungguh kondisinya lemah dan mengecewakan. 

Oleh karena itu penting sekali membangun kesadaran umat bahwa kita butuh Khilafah. Eksistensi entitas Yahudi hanya bisa dilawan dengan tegaknya Khilafah. 

Wallahu'alam bishshawab.[]