Peran Kokoh Muslimah dalam Pembebasan Baitul Maqdis
Oleh : Syifa Nurjanah
Satu tahun sudah sejak 7 Oktober peristiwa Taufan Al Aqsa bukan hanya mengubah keadaan di Palestina namun di seluruh dunia. Sejatinya, peristiwa Taufan Al Aqsa hanyalah salah satu dari rangkaian yang menguak penjajahan Zionis terhadap kaum muslimin di Baitul Maqdis yang sudah berangsur puluhan tahun lamanya. Taufan Al Aqsa membuka mata dunia betapa kejinya perlakuan zionis yang tak ada sisi manusiawinya. Bahkan semakin luas percobaan genosidanya, bukan hanya menyerang palestina bahkan ke negeri di sekitarnya.
Menilik sedikit sejarah, zionis Israel dengan kebengisan dan keserakahannya bercita-cita menguasai hampir seluruh tanah Arab, bukan hanya Palestina, dalam bendera yang digoreskan bintang diantara dua garis biru mengartikan bahwa zionis mencoba untuk menguasai wilayah yang diapit oleh Sungai Nil dan Sungai Eufrat yang mereka sebut sebagai tanah yang dijanjikan. Kesombongan mereka seolah dimuluskan dengan dukungan penuh politik dan militansi dari negeri adidaya kapitalis yaitu Inggris dan Amerika.
Sayang beribu sayang, meskipun saat ini kaum Muslimin menjadi masyarakat terbanyak di seluruh dunia, nyatanya kaum muslimin saat ini tak mampu menolong saudaranya, bahkan kepala negara dari setiap negara-negara kaum muslimin pun yang seharusnya memiliki power nyatanya masih berdiam tak mengerahkan kekuatan militer yang dimiliki. Karena dalam Sistem kapitalisme ini, semua kepala negara dibungkam di bawah ketundukan negeri penyokong kapitalisme yang memuluskan jalan genosida zionis terhadap Kaum Muslimin di Palestina, dimana Masjid Al Aqsha.
Masjidil Aqsha Sama Sucinya Dengan Masjidil Haram Dan Masjid Nabawi
Baitul Maqdis sama nilai sucinya sebagaimana Masjidil Haram di Mekkah, Masjid Nabawi di Madinah. Masjid Al Aqsha merupakan kiblat pertama kaum muslimin hingga Allah memerintahkan kaum muslimin untuk mengubah kiblatnya ke Masjidil Haram. Bahkan Allah juga melipatkan ganjaran yang besar siapapun yang mampu sholat di Masjid Al Aqsha yaitu 1000 kali lipat besarnya. Sejatinya siapun kaum muslimin yang mensucikan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi harusnya mensucikan Masjid Al Aqsha dan berharap bisa mengunjunginya.
Kaum muslimin saat ini hampir tahu banyak seluk beluk masjdil Haram dan Masjid Nabawi, namun tak memiliki pengetahuan yang sama untuk Masjid Al Aqsha. Pengetahuan akan mendasari seseorang untuk kemudian untuk ikut berjuang, melindungi, mempertahankan dan memenangkan. Karena keterbatasan kaum muslimin dalam pengetahuan mengenai Masjidil Aqsha hari ini, kebanyakan tak bertahan lama dalam memerjuangkan kebebasannya bahkan ada yang masih diam tak ikut berjuang. Padahal, bicara soal Masjid Al Aqsha adalah bicara soal Aqidah, saat Allah memerintahkan Rasulullah untuk melakukan perjalanan dari Mekkah menuju Masjid Al Aqsha (‘Isra) dan mengangkat Rasulullah ke langit sampai ada perintah sholat itu turun (Mi’raj). Maka sudah sepantasnya dengan kondisi Masjid Al Aqsa yang terkepung penjajahan hari ini seluruh kaum muslimin memperjuangkan kemerdekaannya.
Untuk Muslimah, Tak Ada Hal Kecil Berkaitan dengan Baitul Maqdis
Sungguh, Allah telah melimpahkan pada setiap manusia potensi yang sama, waktu yang sama dan hampir semua memiliki kemampuan yang sama. Maka memerjuangkan Baitul Maqdis dengan potensi yang telah Allah anugerahkan adalah keniscayaan. Ditengah gempuran genosida di wilayah Baitul Maqdis berada, memerjuangkan kemerdekaanya adalah suatu keharusan yang tak bisa sedikitpun dielakkan. Ya, tak ada sama sekali hal kecil jika hal tersebut berkaitan dengan Baitul Maqdis.
Tersebutlah Maimunah binti Sa’ad, beliau adalah mantan budak Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi ﷺ. Pada masa Rasulullah ﷺ, Maimunah meminta fatwa kepada Rasulullah SAW mengenai Baitul Maqdis. _Dari Maimunah bin Sa’ad "Wahai Nabi Allah, berikan kami fatwa tentang Baitul Maqdis". Nabi ﷺ menjawab: Ia adalah bumi penebaran (mansyar) dan tempat berkumpul (mahsyar). Datanglah kesana, lalu shalatlah disana, sungguh 1 shalat disana seperti 1000 shalat di tempat lainnya. Maimunah bertanya, "Andaikan tak mampu mendatanginya?" Nabi ﷺ menjawab. Berikan hadiah padanya minyak penerangan, sungguh siapa yang memberi hadiah padanya, seperti shalat disana_ - HR Ahmad
Maimunah, seorang budak, memikirkan Baitul Maqdis dan menanyakan fatwa kepada Rasulullah menyiratkan bahwa pada saat itu siapapun berharap mengunjunginya. Namun saat terkendala jarak, Rasulullah tetap memberikan alternatif lain untuk kemudian bisa peduli terhadap Baitul Maqdis tanpa menilai kedudukan orangnya.
Kisah lainpun digoreskan dalam sejarah pada masa Shalahuddin Al Ayubbi. Pada masa pembebasan Baitul Maqdis oleh shalahuddin Al Ayubi, beliau giat merekrut mujahiddin diberbagai wilayah, salah satunya adalah di Diyarbakr, wilayah yang terkenal dengan wilayah para pembuat parfum dari Mawar karena banyak sekali petani Mawar, yang saat ini menjadi salah satu wilayah di Turki. Pada saat perekrutan wilayah tersebut, Shalahuddin didatangi oleh sekelompok Wanita yang ada disana. Para Wanita itu menitipkan amanah kepada Shalahuddin untuk Masjidil Aqsa, yaitu sebotol parfum. Mereka para wanita mendoakan Salahuddin membasuh batu tempat Rasulullah shalat mengimami para Nabi di Baitul Maqdis, dari kesyirikan dengan parfurm itu. Shalahuddinpun melakukannya.
Apa yang dilakukan para wanita dari Diayarbakr ini menunjukkan bahwa sekalipun mereka tak bisa untuk datang langsung ke Baitul Maqdis, mereka berharap bisa berkonribusi penuh agar Baitul Maqdis yang ada di Al-‘Ard al Muqadassah (Tanah yang disucikkan) itu terbebas dari kesyirikan.
Jauh sebelum masa Rasulullah, yang menginspirasi lainnya adalah Hana binti Faqud, Ibunda Maryam. Disebutkan dalam surat Ali Imran bahwa Hanna saat sedang hamil, bernazar hendak menjadikan anak yang dikandungnya untuk berkhidmat di Baitul Maqdis. Pada masa itu, anak laki-laki menjadi kebanggaan orang tua untuk berkhidmat pada Baitul Maqdis. Terntanyata Allah memberikan relaitas lain yaitu lahirnya seorang anak Perempuan yaitu Maryam binti Imran yang melahirakan manusia pilihan dan juga menjadi seorang perempuan yang berkhidmat pada Baitul Maqdis
Maka tak ada kata ‘hal Kecil’ jika apapun yang berkaitan dengan Baitul Maqdis, dalam kontibusi dengan potensi yang telah Allah anugerahkan untuk semua, termasuk para perempuan. Kekokohan perempuan dalam menanamkan cinta pada Baitul Maqdis baik untuk sendiri terlebih untuk generasi adalah suatu kehaursan yang in syaa Allah menghantarkan pada kemuliaan. Maka tunggu apalagi, sudah selayaknya merapat berjuang dan berkontribusi sebelum terlambat. Karena kemenangan atas Baitul Maqdis adalah keniscayaa, hanya saja untuk kontribusi dikembalikan pada kemauan, apakah hanya diam menunggu kemenangan atau mau ikut berjuang untuk menyongsongnya?
Haddanallah iyyana waiyyakum
Wallahu’alam bi Ash Shawab
Referensi
- Buku Kecil Baitul Maqdis
- Acara launching buku Baitul Maqdis for Dummies
Posting Komentar