-->

Program Makan Bergizi Gratis: Benarkah Demi Generasi, atau Kapital yang Diuntungkan?

Oleh : Henise

Program makan bergizi gratis yang dirancang pemerintah, terutama melalui inisiatif Prabowo-Gibran, tampak memiliki tujuan positif untuk meningkatkan kualitas kesehatan generasi muda. Dengan anggaran besar yang mencapai triliunan rupiah, program ini menjanjikan manfaat langsung bagi siswa yang membutuhkan nutrisi lebih baik. Namun, di balik niat baik ini, terdapat potensi keuntungan yang lebih besar bagi kapital, terutama emiten di sektor makanan dan minuman.

Kapital dan Emiten Konsumsi: Siapa yang Sebenarnya Mendapat Untung?

Pelaksanaan program ini membawa dampak langsung pada beberapa perusahaan besar yang bergerak di sektor konsumsi, seperti Mayora, Indofood, dan Japfa Comfeed. Emiten-emiten ini telah merasakan lonjakan saham dan keuntungan yang signifikan. Misalnya, saham-saham di sektor makanan dan minuman mengalami kenaikan karena adanya proyeksi peningkatan permintaan akibat program makan siang gratis tersebut. Program ini mendorong produksi dan distribusi besar-besaran produk konsumsi seperti beras, mie, susu, dan lainnya.

Keuntungan ini tidak hanya dinikmati oleh perusahaan penyedia makanan, tetapi juga oleh industri terkait seperti pakan ternak. Dengan meningkatnya kebutuhan bahan pangan, sektor ini pun mendapatkan dorongan yang kuat. Contohnya, perusahaan seperti Japfa Comfeed dan Charoen Pokphand telah mengalami kenaikan laba besar-besaran berkat peningkatan kebutuhan pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Apakah Program Ini Benar-benar Demi Meningkatkan Kualitas Generasi?

Di satu sisi, program ini memang menawarkan manfaat kesehatan langsung bagi anak-anak, terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu. Namun, pertanyaannya adalah, apakah tujuan utamanya adalah murni untuk generasi mendatang atau untuk memberi keuntungan besar kepada perusahaan-perusahaan yang telah lama mendominasi pasar pangan?

Salah satu kritik yang muncul adalah bahwa program semacam ini berisiko lebih menguntungkan kapital besar daripada benar-benar mengatasi masalah gizi dan kesehatan di tingkat masyarakat. Terlebih lagi, adanya potensi akumulasi modal besar oleh korporasi yang mendapatkan kontrak penyediaan bahan pangan, justru bisa mengurangi kontrol negara atas sektor pangan yang strategis.

Solusi Islam: Distribusi Kesejahteraan yang Adil

Dalam pandangan Islam, kesejahteraan masyarakat harus dikelola dengan sistem yang lebih adil dan berorientasi pada kebutuhan publik, bukan keuntungan korporasi. Negara dalam sistem Islam memiliki peran sentral sebagai pengelola sumber daya dan penyedia kesejahteraan, termasuk dalam urusan pangan. Negara memastikan bahwa kebutuhan dasar, termasuk makan yang bergizi, dapat diakses oleh semua tanpa tergantung pada pasar kapitalis yang hanya mencari untung.

Islam juga menekankan pada distribusi kekayaan yang adil, yang berarti bahwa program-program semacam ini harus langsung menguntungkan rakyat, bukan memperkaya segelintir perusahaan besar. Dengan adanya distribusi yang baik, negara Islam mampu memastikan bahwa seluruh rakyat dapat hidup sejahtera, tanpa harus bergantung pada korporasi besar yang hanya memikirkan laba.

Kesimpulan

Program makan bergizi gratis memang terlihat sebagai inisiatif yang baik di permukaan, namun jika dilihat lebih dalam, kapital besar di sektor konsumsi dan panganlah yang paling diuntungkan. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi ulang apakah program ini benar-benar memberikan dampak yang diharapkan bagi rakyat atau justru memperbesar dominasi kapitalis di sektor pangan. Islam, dengan sistem distribusi yang adil, menawarkan solusi yang lebih manusiawi dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat tanpa ketergantungan pada modal besar.

Wallahu a'lam