-->

Program makan bergizi gratis, menjadi tragis?

Oleh : Bu Evi (Aktifis Dakwah Islam)

Presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran mengubah nama program makan siang gratis mejadi makan bergizi gratis untuk anak-anak. Hal ini merupakan program unggulan mereka ketika kampanye pilpres 2024 yang lalu. Prabowo-Gibran mencanangkan program tersebut untuk anak sekolah supaya mendapat asupan gizi dan nutrisi. Diperkirakan hampir 2,5% dari jumlah anak-anak Indonesia mengalami kurang gizi. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan. (kompas.com 23/05/2024).

Berawal dari tingginya angka stunting dan gizi buruk di Indonesia Prabowo-Gibran mengklaim akan memeperbaiki dan meningkatkan gizi pada anak. Sejalan dengan program ini Menteri koordinator bidang perekonomian (Airlangga Hartanto) menyatakan hal ini juga merupakan bentuk investasi SDM. Sebab SDM yang unggul sangat penting untuk membawa Idonesia lepas dari milk income trap.
Pembangunan kualitas generasi yang seolah sekedar berdasarkan “isi perut” dan mengabaikan isi kepala adalah hal tidak yang tidak tepat. Pasalnya isi perut tidak selalu menunjang aktifitas berfikir, sedangkan isi kepala menentukan standart dan hasil dari aktifitas berfikir tersebut. Generasi di Negara ini dilanda krisis berlapis baik di sector pendidikan, sector ekonomi yang sudah sangat rapuh.

Tampak jelas inkon sisiten pasangan prabowo-Gibran dalamprogram ini. Mulai dari pergantian nama hingga polemk susu sapi diganti susu ikan. Anggaran makan siang gratis diproyeksikan Rp.15.000/porsi kemungkinan akan dipangkas menjadi Rp.7500/porsi. Anggaran ini pun menggunakan dana Bos yang akan berpotensi menimbulkan masalah baru karena pengalihan dana yang tujuan awalnya difokuskan untuk mendukung ketersediaan akses dan peningkatan kualitas pendidikan beralih menjadi makan bergizi gratis.

Terkesan pula pemerintah seolah berlepas diri dari tanggung jawab memenuhi gizi generasi. Kebijakan mengganti susu sapi dengan susu ikan secara tidak langsung telah memberi kesempatan bagi koorporasi untuk meraup keuntungan. Pasalnya saat ini tidak banyak industry yang memproduksi bubuk susu ikan, sehingga ada peluang bagi industry susu atau penyedia pangan dari luar negeri untukmelakukan investasi di Indonesia seperti Jepang dan Astralia yang merespon positif program ini.

Pemerintah juga mengklaim bahwa program makan bergizi gratis termasuk susu ikan gratis akan membantu petani skala kecil dan produsen local untuk meningkatkan ketahanan pangan karena dinilai akan menciptakan lapangan kerja lebih banyak. Padahal faktanya produksi pangan yang dihasilkan korporasi lebih murah harganya. Tak ayal lagi pemimpin terpilih dalam system demokrasi sejatinya tidak melayani dengan sepenuh hati. Buktinya program ini cenderung beraroma bisnis ketimbang memperhatikan gizi generasi. Sehingga berpeluang bagi koorporasi mengambil alih peran Negara menjadi program industrialisasi dan investasi dalam sektor pangan.

Membangun Negara yang besar tentu membutuhkan modal yang sangat besar. Diantaranya system pemerintahan yang bersih dari kepentingan individu dan golongan, anggaran yang cukup dan generasi berkualitas. Generasi berkualitas menjadi syarat utama membangun peradaban manusia yang unggul. Negara khilafah hadir dengan menjamin pendidikan, kesehatan, keamanan tanpa dipungut biaya. Khilafah juga wajib menyediakan sarana dan prasarana yang memadai agar layanan tersebut berjalan dengan baik.

Sistem pendidikan berbasis aqidah islam untuk membentuk kepribadian islam. Sistem kesehatan harus berbasis pelayanan prima, seperti pemeriksaan kesehatan, vaksinasi, pemberian makanan bergizi kepada balita dan anak-anak tanpa pilah pilih dengan harga yang terjangkau, distribusi yang merata keseluruh wilayah hingga tidak akan terjadi kelangkaan pangan disuatu wilayah. 

Wallahu a’lam bisshowab