-->

Refleksi Hari Guru Dunia dan Kebutuhan Revitalisasi Pendidikan dengan Syariat Islam

Oleh : Selvi Sri Wahyuni M.Pd

Setiap tanggal 5 Oktober, kita memperingati Hari Guru Dunia untuk menghargai peran besar guru dalam membentuk generasi masa depan. Namun, ketika kita melihat realitas di lapangan, tampak jelas bahwa sistem sekuler-kapitalisme yang mendominasi dunia saat ini justru gagal memberikan penghormatan dan kesejahteraan yang layak bagi para guru. Sistem ini bahkan cenderung mereduksi peran guru menjadi sekadar "faktor produksi" dalam sistem pendidikan yang fokus pada hasil ekonomi dan akademik semata.
Bagaimana sesungguhnya nasib guru dalam sistem sekuler-kapitalisme dibandingkan dengan masa kegemilangan Islam? Mari kita kupas dan bandingkan untuk melihat mana yang benar-benar memuliakan profesi ini.

1. Guru dalam Sistem Sekuler-Kapitalisme: Antara Harapan dan Realitas
Sistem pendidikan sekuler-kapitalisme menempatkan guru dalam posisi yang serba terjepit. Meski peran mereka diakui penting secara teoritis, kenyataannya sering kali jauh dari ideal. Berikut beberapa fakta yang mengungkap realitas guru dalam sistem ini:

a. Gaji dan Kesejahteraan yang Tidak Memadai: Banyak guru di Indonesia, dan bahkan di negara-negara lain, menerima gaji yang tidak sebanding dengan tanggung jawab besar mereka. Mereka sering kali harus bekerja ekstra di luar jam mengajar untuk menambah penghasilan. Kesejahteraan yang minim ini membuat guru kehilangan fokus pada tugas utamanya sebagai pendidik.

b. Tekanan Kurikulum dan Administrasi: Kurikulum dalam sistem sekuler sering kali disusun dengan orientasi pada hasil dan prestasi akademik semata, tanpa mempertimbangkan pengembangan karakter atau moral siswa. Hal ini menambah beban guru, karena mereka dituntut untuk mencapai target yang sering kali tidak realistis. Selain itu, beban administratif yang tinggi dan kurangnya dukungan membuat guru sering merasa kewalahan.

c. Minimnya Penghargaan Sosial: Dalam masyarakat sekuler, guru kerap dipandang sebelah mata dan tidak mendapatkan penghargaan sosial yang semestinya. Mereka hanya dilihat sebagai pegawai biasa, bukan sebagai pilar pembentuk karakter bangsa. Hal ini berbanding terbalik dengan penghormatan besar yang seharusnya mereka dapatkan mengingat peran mereka yang sangat krusial.

d. Krisis Moral dan Profesionalisme: Fenomena kekerasan fisik dan seksual yang dilakukan oleh segelintir guru terhadap siswa menunjukkan bahwa sistem sekuler-kapitalisme juga gagal dalam membina integritas dan moral guru. Hal ini merupakan dampak dari hilangnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari dan lemahnya sistem pembinaan moral di kalangan pendidik.

2. Guru pada Masa Kegemilangan Islam: Dihormati dan Dimuliakan
Di masa kejayaan peradaban Islam, guru memegang peran yang sangat mulia dan dihormati. Sistem Khilafah Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah memandang pendidikan sebagai salah satu pilar utama peradaban, dan guru adalah tokoh sentral dalam membentuk generasi unggul. Berikut adalah beberapa aspek yang menunjukkan betapa Islam sangat memuliakan guru:

a. Gaji dan Kesejahteraan yang Layak: Pada masa kekhalifahan, guru mendapatkan gaji yang tinggi dan layak, sebanding dengan tanggung jawab besar yang mereka emban. Negara memberikan dukungan penuh, baik dalam bentuk materi maupun fasilitas, sehingga para guru bisa mengajar dengan fokus dan penuh dedikasi tanpa harus khawatir tentang kehidupan ekonomi mereka. Dengan demikian, guru bisa menjalankan tugas mereka secara optimal dan penuh pengabdian.

b. Penghargaan Sosial dan Posisi Mulia: Guru dalam sistem pendidikan Islam memiliki status sosial yang tinggi. Mereka bukan sekadar pengajar, tetapi juga pembimbing moral, teladan spiritual, dan sosok yang dihormati oleh seluruh lapisan masyarakat. Negara dan masyarakat sangat memuliakan mereka, karena memahami bahwa guru adalah agen perubahan yang membentuk generasi masa depan.

c. Kurikulum Berbasis Pembentukan Karakter dan Akhlak: Sistem pendidikan Islam menekankan pentingnya pembentukan syaksiyah (kepribadian) Islam. Kurikulum dirancang untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan pembinaan moral, sehingga siswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter mulia. Guru berperan sebagai pembimbing yang memastikan setiap murid berkembang secara holistik. Dengan demikian, tugas guru tidak sekadar menyampaikan materi, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai Islam pada siswa.

d. Pembinaan dan Pengembangan Diri: Dalam sistem Khilafah, guru mendapatkan pembinaan berkala dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas diri. Selain itu, mereka juga diharuskan memiliki akhlak yang baik dan integritas tinggi sebelum diangkat menjadi pendidik. Pendidikan untuk calon guru dilakukan secara ketat untuk memastikan mereka mampu menjalankan amanah sebagai pembentuk generasi. Guru adalah sosok yang harus dicontoh, dan karena itu mereka dibina dengan nilai-nilai spiritual dan moral yang kuat.

3. Solusi Islam Kaffah: Membangun Sistem Pendidikan yang Memuliakan Guru
Solusi untuk permasalahan ini sebenarnya sudah tersedia dalam sistem Islam yang kaffah, yaitu dengan penerapan syariat Islam melalui sistem Khilafah. Khilafah tidak hanya mengatur aspek pendidikan, tetapi seluruh aspek kehidupan sehingga terintegrasi dalam satu kesatuan yang harmonis dan saling mendukung. Berikut solusi yang ditawarkan oleh Khilafah dalam memuliakan guru:

A. Kesejahteraan Guru Dijamin Negara: Dalam Khilafah, negara bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan guru. Mereka tidak perlu khawatir tentang gaji atau tunjangan, karena negara menganggap pendidikan sebagai prioritas utama. Dengan sistem ekonomi yang berdasarkan syariat Islam, pendanaan pendidikan tidak tergantung pada sistem pajak atau utang, tetapi melalui sumber-sumber yang halal dan berkelanjutan.

B. Kurikulum Berbasis Nilai-Nilai Islam: Kurikulum yang diterapkan dalam Khilafah disusun untuk membentuk manusia seutuhnya—cerdas, berakhlak mulia, dan beriman kuat. Guru adalah sosok sentral yang memastikan siswa menerima pendidikan yang komprehensif, mulai dari ilmu pengetahuan, keterampilan, hingga pembinaan spiritual. Negara mendukung guru untuk menjalankan peran ini dengan menyediakan bahan ajar yang berkualitas dan fasilitas yang memadai.

C. Pembinaan Guru Berkelanjutan: Khilafah mengadakan program pelatihan dan pembinaan berkelanjutan untuk memastikan guru terus berkembang dan memiliki kompetensi tinggi. Guru dibimbing untuk memahami syariat Islam secara mendalam dan mampu menerapkannya dalam proses pendidikan. Mereka bukan hanya mengajar, tetapi juga menjadi teladan bagi para siswa dan masyarakat.

Kembali ke Sistem Islam untuk Memuliakan Guru

Refleksi Hari Guru Dunia seharusnya menjadi momentum bagi kita untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang kita jalani saat ini. Perbandingan antara sistem sekuler-kapitalisme dan masa kejayaan Islam menunjukkan bahwa solusi sejati untuk memuliakan guru hanya dapat dicapai melalui penerapan syariat Islam secara kaffah melalui sistem Khilafah. Khilafah menjamin kesejahteraan, penghormatan, dan pembinaan guru dengan cara yang adil dan mulia, sesuai dengan tuntunan syariat.

Jika kita ingin melihat pendidikan yang unggul dan generasi yang berkarakter kuat, maka kembali kepada sistem Islam adalah pilihan yang harus dipertimbangkan. Hanya dengan Islam kaffah, peran guru akan dimuliakan sesuai dengan posisinya sebagai arsitek peradaban.