Remaja dan Kekerasan: Buah Pahit Sistem Sekuler Kapitalisme
Oleh : Selvi Sri Wahyuni M.Pd
Di berbagai penjuru dunia, kasus kekerasan di kalangan remaja semakin sering menjadi sorotan. Dari perkelahian antar geng, kasus bullying yang meresahkan, hingga tindakan kriminal, fenomena ini bukan hanya cerminan perilaku individu, tetapi juga hasil dari lingkungan sosial dan sistem yang melingkupinya. Banyak pihak yang merasa khawatir terhadap fenomena ini, namun jarang yang menyadari akar persoalannya yaitu sistem sekuler kapitalisme yang mendominasi masyarakat saat ini.
Budaya Materialisme yang Mendorong Kekerasan
Sistem kapitalisme mengajarkan bahwa keberhasilan diukur dari kekayaan, ketenaran, dan status. Di bawah pengaruh ini, anak muda sejak dini disuguhkan nilai-nilai yang menekankan pada persaingan dan keunggulan pribadi. Mereka diajarkan untuk meraih kesuksesan dengan cara apa pun, bahkan jika itu berarti harus mengalahkan atau merugikan orang lain. Dari sinilah budaya individualisme dan materialisme berkembang, mendorong sebagian remaja untuk mencari pengakuan dan “kekuatan” melalui tindakan kekerasan atau intimidasi.
Sebagai contoh, dalam kapitalisme, media dan hiburan cenderung mengeksploitasi adegan-adegan kekerasan, menciptakan tayangan yang memperlihatkan bahwa kekerasan bisa menjadi cara meraih kekuasaan atau popularitas. Dengan tontonan semacam ini, para remaja yang sedang mencari jati diri mudah terpengaruh, sehingga menganggap kekerasan adalah hal yang normal atau bahkan “keren.”
Minimnya Pembinaan Nilai Spiritual dan Moral
Sekularisme yang menjadi prinsip dasar kapitalisme memisahkan agama dari kehidupan publik, termasuk dari sistem pendidikan dan bimbingan sosial. Ini mengakibatkan nilai-nilai moral dan spiritual terpinggirkan, digantikan oleh pandangan hidup yang serba materialistis dan hedonistik. Para remaja yang tumbuh dalam lingkungan sekuler seringkali tidak mendapatkan bimbingan spiritual yang komprehensif, sehingga mereka kehilangan nilai moral yang sejatinya penting untuk menjaga kendali diri dan empati terhadap sesama.
Ketiadaan nilai agama dalam sistem pendidikan dan masyarakat menciptakan kekosongan moral yang berbahaya. Islam, misalnya, mengajarkan pengendalian diri, kesabaran, dan larangan keras terhadap kekerasan kecuali dalam kondisi membela diri. Namun, tanpa panduan seperti ini, para remaja cenderung terjebak dalam arus yang mengagungkan kekuatan fisik dan agresivitas.
Pandangan Islam tentang Kekerasan dan Kehidupan Beradab
Islam mengajarkan umatnya untuk hidup dengan penuh kasih sayang dan saling menghormati. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak akan menzhaliminya atau membiarkannya dizhalimi.” Hadis ini menunjukkan bahwa kekerasan terhadap sesama Muslim maupun non-Muslim adalah perbuatan yang tidak dibenarkan dalam Islam. Dalam masyarakat Islam yang ideal, nilai-nilai seperti empati, kelembutan, dan saling membantu adalah fondasi yang membentuk individu berkarakter baik dan penuh kasih.
Jika Islam menjadi landasan kehidupan, remaja tidak akan diajarkan untuk mengukur diri dari kekuatan atau kekayaan, tetapi dari kebaikan akhlak dan kontribusi kepada sesama. Namun, sekularisme menghapus nilai-nilai ini dari kehidupan sehari-hari, membuat remaja tumbuh tanpa tuntunan moral yang jelas.
Mencari Solusi di Luar Sistem Sekuler Kapitalisme
Untuk menyelesaikan persoalan kekerasan di kalangan remaja, kita perlu mengevaluasi sistem yang melingkupi kehidupan mereka. Selama kita tetap bergantung pada sekulerisme dan kapitalisme, persoalan ini hanya akan berlanjut atau bahkan memburuk. Sistem yang menjadikan uang dan kekuasaan sebagai tujuan utama akan terus menumbuhkan generasi yang mementingkan diri sendiri dan mudah terjebak dalam kekerasan.
Islam menawarkan solusi yang menyeluruh, di mana setiap individu dibina untuk menghormati sesama dan berperilaku baik sejak dini. Dalam Islam, keluarga, sekolah, dan masyarakat bekerja sama dalam memberikan pendidikan berbasis nilai-nilai moral dan spiritual, sehingga generasi muda tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan peka terhadap sesama. Inilah yang hilang dalam sistem sekuler kapitalisme.
Mengapa Saatnya Beralih pada Sistem Islam?
Masalah kekerasan pada remaja yang marak saat ini hanyalah satu dari banyak dampak negatif sistem kapitalisme sekuler. Dengan beralih pada sistem Islam, kita dapat membangun generasi yang lebih damai, berakhlak mulia, dan memiliki pandangan hidup yang lebih baik. Sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa perubahan yang kita butuhkan adalah perubahan sistemik, bukan sekadar perbaikan perilaku individu.
Maka, mari kita renungkan kembali, apakah sistem yang selama ini kita anggap normal sebenarnya merusak masa depan generasi kita? Islam memiliki solusi yang menyeluruh untuk mengatasi kekerasan di kalangan remaja. Dengan membangun kembali masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih damai dan aman untuk semua.
Posting Komentar