-->

Setahun Genosida, Gaza Masih Menderita

Oleh : Ida Nurchayati

Rakyat Gaza masih menderita. 7 Oktober 2024, tepat setahun genosida Isr4el laknatullah terhadap Gaza, belum ada tanda penderitaan rakyat disana berakhir. Isr4el justru meluaskan serangannya ke wilayah Lebanon dan Yaman. Penguasa di negeri muslim diam, hanya sebatas mengecam, dunia internasional pun bungkam. Rakyat Gaza dibiarkan berjuang sendirian melawan kebiadaban Israel. Entah sampai kapan, rakyat Gaza bertahan melawan penjajah Isr4el?

Perang Agama

Serangan Israel terhadap rakyat Gaza bukan semata perang, lebih tepat disebut kejahatan genosida. Hingga awal Oktober 2024, korban syahid rakyat Gaza menyentuh 42 jiwa, korban luka tembus 100 ribu (m.antaranews.com,8/10/2024). Laporan UNHR pertengahan Mei menyimpulkan, Isr4el telah melakukan genosida (www.bu.edu, 5/6/2024).

Tindakan brutal dan biadab Isr4el didorong ambisinya mewujudkan negara Isr4el raya. Seorang jurnalis Isr4el Oded Yinon mengatakan rencana Zionis di Timur Tengah bertumpu pada visi pendiri Zionisme, Theodor Herzl, Isr4el akan mencaplok sebagian besar Lebanon, Suriah, Yordania, Irak, Mesir, dan Arab Saudi, serta mendirikan sejumlah negara proksi untuk memastikan dominasinya di wilayah tersebut. Maka serangan Zionis tidak sebatas di wilayah Gaza, namun meluas hingga ke Lebanon dan Suriah. Hal serupa diunggah penulis Israel, Avi Lipkin dalam videonya, ia mengatakan perbatasan Israel akan membentang dari Lebanon ke Arab Saudi. Ia menggambarkan wilayah tersebut sebagai Gurun Besar penghubung Laut Mediterania dan Sungai Efrat. (cnbcindonesia.com, 1/10/2024)

Maka perang Zionis terhadap wilayah Gaza dan sekitarnya bukan semata sengketa antar negara, namun perang agama. Wilayah Syam, saat ini meliputi empat negara, Palestina, Lebanon, Suriah dan Yordania adalah tanah kharajiyah. Yakni tanah milik kaum muslim yang wajib dipertahankan hingga hari kiamat. Terlebih Masjidil Aqsa, salah satu tempat dimana Baginda Rasulullah SAW singgah ketika terjadi peristiwa Isra' Mi'raj.

Nasionalisme, Racun Mematikan

Aksi brutal Zionis laknatullah belum mampu membuat penguasa-penguasa di Timur Tengah tergerak mengirimkan pasukan untuk menolong saudaranya seakidan di Gaza. Diamnya penguasa bentuk pengkhianatan mereka terhadap Islam dan kaum muslim. Loyalitas mereka justru dipersembahkan untuk Yahudi laknatullah dan negara pendukungnya, yakni AS. Mereka lebih memilih kehinaan kehidupan dunia dan azab Allah dibanding menggerakkkan pasukan untuk menolong agama Allah. 

Sejak Kekhilafahan Utsmani runtuh, umat Islam terpecah menjadi lebih dari 50 negara dengan bendera berbeda. Masing-masing negara dibatasi sekat nasionalisme, garis imajiner yang dibuat oleh kafir penjajah. Ikatan akidah yang dulu menyatukan umat lintas bangsa, suku, bahasa, warna kulit digantikan dengan ikatan nasionalisme yang lemah dan rapuh. Penderitaan rakyat Palestina dianggap hanya masalah mereka sendiri. Racun nasionalisme telah merasuk dalam benak kaum muslim. Mereka tidak menyadari, nasionalisme adalah ide kufur yang dimasukkan penjajah untuk melemahkan kaum muslim. Dua milyar lebih kaum muslim tak berdaya menghadapi Isr4el yang penduduknya tidak lebih dari 10 juta. Sungguh ironis.

Umat Butuh Junnah

Nasib rakyat Gaza, bak anak ayam yang kehilangan induknya. Puluhan ribu nyawa melayang tanpa ada pembelaan. Gaza butuh seorang pelindung, junnah yang akan menjaga setiap jengkal bumi Syam, menjaga darah, nyawa dan kehormatan kaum muslim. Umat butuh imam atau khalifah yang akan menggerakkan pasukan untuk menolong rakyat Gaza dan membebaskan bumi Palestina dari cengkeraman penjajah zionis dan negara pendukungnya AS. Nabi SAW bersabda,

"Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung"  (HR Muslim).

Zionis Isr4el didukung negara adidaya AS pengemban ideologi kapitalis, maka lawan yang bisa mengimbangi adalah negara adidaya pengemban ideologi Islam. Kekhilafahan Islam akan menyatukan potensi kekuatan militer seluruh negeri-negeri muslim, yang pasti akan menggetarkan musuh-musuh Islam.

Kekuatan militer Isr4el terbaik dan tak terkalahkan adalah mitos untuk melemahkan nyali kaum muslim. Faktanya kekuatan dan pertahanan mereka rapuh. Sistem pertahanan Isr4el tak mampu menghadang serangan Hizbullah ( www.republika.id, 7/6/2024). Tentara Isr4el bahkan terkencing-kencing menghadapi Hamas, ribuan tentaranya yang sakit mental, bahkan ada yang bunuh diri daripada kembali ke Gaza. Justru Hamaslah yang tangguh, mampu bertahan hingga setahun melawan serangan Isr4el dengan persenjataan seadanya.

Sejarah mencatat, kegigihan tentara Islam dalam memfutuhat Al Quds dan merebutnya kembali, yakni pada masa Umar bin Khattab dan Salahuddin al-Ayubi. Sejarah akan terulang, bumi Gaza akan kembali ke pangkuan kaum muslim ketika umat Islam mau bersatu dalam satu komando, satu kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang khalifah.

Khatimah

Penderitaan rakyat Gaza bisa diakhiri ketika umat punya junnah, yakni seorang imam yang akan menggerakkan pasukan, menggelorakan jihad untuk menghentikan kebiadaban dan kedurjanaan Isr4ael. Maka kewajiban kaum muslim adalah mengembalikan dan menegakkan kembali institusi yang akan menyatukan kaum muslim dalam satu kepemimpinan diikat dengan akidah Islamiyah. Junnah yang akan melindungi setiap jengkal tanah kaum muslim, serta melindungi nyawa, darah, harta dan kehormatan kaum muslim.