Tawuran Remaja Makin Mengerikan, Mengapa Sering Terjadi ?
Tawuran Remaja Makin Mengerikan, Mengapa Sering Terjadi?
Oleh: Ila R (Pena Ideologis Maros)
Pemuda yang merupakan generasi penerus bangsa kian mengerikan. Mereka yang seharusnya menjadi tombak peradaban malah menjadi beban peradaban.
Fakta di Lapangan
Dikutip dari rri.co.id, belasan geng motor yang diduga hendak tawuran diamanakan oleh jajaran Polsek Cidaun dengan bukti satu bilah pisau dan golok serta kenderaan roda dua.
Kasus serupa terjadi di Medan Marelan, salah satu anggota geng motor ditangkap polisi saat hendak melakukan tawuran di Jalan Durung, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan pada Ahad, 22 September 2024. Dilokasi penangkapan, polisi mengamankan sejumlah senjata tajam yakni satu buah celurit, satu parang berbentuk gergaji dan dua parang panjang, dilansir dari tribunmedan.com.
Yang paling parah adalah kasus tawuran yang menyebabkan mahasiswa Udinus bernama Tirza Nugroho Hermawan (21) meninggal akibat salah sasaran. Menurut Polrestabes Semarang yang dilansir dari detikjateng.com (20/09/24) kasus ini disebabkan akibat saling tantang di Instagram demi pamor dan gengsi diantara mereka.
Setelah pelaku diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut, pihak kepolisian menghimbau para masyarakat untuk bekerjasama sekiranya melihat hal mencurigakan yang berpotensi mengganggu ketertiban umum. Para orang tua juga diminta untuk memperhatikan kegiatan anak-anak di luar rumah.
Mengapa ini Sering Terjadi?
Tawuran yang sering berulang ini disebabkan beberapa faktor.
Pertama, hilangnya jati diri pemuda. Mereka tidak memahami hakikat jati diri dan tujuan hidup mereka di dunia. Sehingga naluri mempertahankan diri dipenuhi dengan cara yang salah seperti melakukan kekerasan dan tindak kriminal (tawuran).
Kedua, hilangnya iman dan takwa. Tidak adanya Iman dan takwa akibat paham sekuler yang merusak pemikiran pemuda. Mereka sangat enteng menggunakan senjata tajam dan tidak peduli akan dampaknya pada korban, alih-alih konsekuensi yang harus mereka tanggung berupa hukuman di dunia dan azab di akhirat. Mereka sangat mudah tersulut emosi dan melakukan segala sesuatu demi eksistensi diri dan geng.
Ketiga, penyajian informasi media yang liberal. Media sosial dipenuhi konten-konten yang merusak pemikiran. Dengan lugunya, anak-anak muda menjadikan tokoh-tokoh influencer mereka sebagai role model. Bahkan tawuran dijadikan konten di media sosial untuk meraih pengakuan dari lingkungan sekitar.
Keempat, sistem pendidikan yang tidak mampu membentuk sosok pribadi bertakwa. Alih-alih membentuk kepribadian bertakwa, kurikulum pendidikan justru fokus mencetak calon pekerja demi memasok kebutuhan buruh untuk industri. Sehingga lahirlah pemuda pemudi yang tujuannya hanya mencari materi tanpa peduli halal atau haram. Sistem pendidikan seperti ini disebut sekuler liberal.
Kelima, disfungsi keluarga. Anak-anak yang memiliki orang tua tidak dididik dengan baik. Kesibukan orang tua dalam mencari materi sampai tidak memperdulikan lagi perkembangan anaknya. Anak-anak kehilangan figur orang tua sehingga mencari kebahagian di luar rumah.
Seorang ibu yang terlibat dalam peran ganda tidak lain buah dari ide kesetaraan gender dalam masalah posisi dan kemandirian ekonomi perempuan. Seorang ibu yang berperan meriayah keluarganya disibukkan dengan penafkahan keluarga.
Keenam, negara gagal menyejahterakan rakyatnya. Sikap orang tua yang sibuk mengejar materi dipicu oleh kegagalan sistem ekonomi kapitalisme, yang menyebabkan kesulitan finansial dan tingginya harga kebutuhan pokok. Belum lagi godaan gaya hidup dari media sosial membuat orang sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sementara itu, rendahnya upah memaksa orang tua bekerja keras, mengabaikan pendidikan anak, sementara perempuan juga terpaksa bekerja, menghambat peran mereka sebagai ibu.
Ketujuh, lemahnya hukum dan penegakannya. Meskipun telah melakukan tindak kekerasan hingga melenyapkan nyawa, mereka tidak mendapatkan sanksi tegas karena dianggap masih anak-anak. Mereka hanya dibina oleh kepolisian dengan pemberian wejangan, kemudian dilepaskan. Tidak heran, sanksi yang ringan ini membuat mereka tidak jera dan seolah-olah santai saja berbuat kekerasan.
Apa yang Merusak Pemikiran Pemuda?
Tawuran dikalangan pemuda ini akibat penerapan sistem masyarakat dan bernegara yang sekuler liberal kapitalistik. Dalam sistem seperti ini, tidak ada rasa kasihan diantara mereka, justru mereka bangga jika berhasil mengalahkan geng musuh.
Tidak hanya itu, akibat sistem sekuler liberal ini mereka menormalkan kekerasan di tengah masyarakat sebagai solusi. Di tengah sistem ini, negara abai terhadap tugas membentuk generasi berakhlak mulia.
Apakah ada Sistem yang Mampu Mewujudkan Pemuda Pemimpin Peradaban?
Tentu, yakni dengan sistem Islam. Sistem pendidikan dalam Islam mampu menghasilkan generasi berkepribadian Islam. Para pemuda akan dibekali dengan Akidah Islam sebagai pondasi hidup dalam berpikir agar mereka paham tujuan hidup mereka adalah meraih ridhanya Allah. Dengan pemahaman seperti itu, pemuda tidak akan semena-mena dalam melakukan tindak kriminal karena konsekuensinya tidak hanya di dunia tapi pertanggungjawabannya akan dimintai diakhirat. Mereka akan menjadi sosok yang taat syariat sehingga takut melakukan kemaksiatan (sesuatu yang dilarang oleh PenciptaNya).
Islam mewujudkan sistem yang menguatkan fungsi kontrol masyarakat, yakni berupa amar makruf nahi mungkar. Dengan demikian, masyarakat turut andil dalam pendidikan generasi muda. Hal ini akan mendukung terwujudnya pemuda taat syariat dan produktif bagi umat.
Negara juga berperan optimal dalam sistem Islam. Penguasa memahami posisinya sebagai ra’in (pengurus) rakyat sehingga memberikan perhatian penuh pada tumbuh kembang generasi muda agar optimal dan mengarah pada kebaikan. Optimalnya peran keluarga, masyarakat, dan negara ini akan menumbuhsuburkan ketakwaan dan mendorong produktivitas pemuda. Dengan begitu, terwujudlah sosok-sosok pemuda yang saleh sekaligus produktif. Mereka memberikan sumbangsih besar bagi peradaban Islam sehingga mampu menebarkan rahmat ke seluruh alam.
Jadi, Solus dalam Islam Seperti apa?
Tidak hanya ujuk-ujuk mengimbau kerjasama masyarakat dalam melaporkan ketertiban umum serta mengimbau orang tua untuk memperhatikan kegiatan anaknya. Namun Islam memberikan solusi seperti ini.
Islam memberikan solusi tawuran pemuda secara sistemis. Tidak hanya berupa solusi dari segi pendidikan, tapi juga termasuk sistem ekonomi, pergaulan, media massa, sanksi dan lainnya. Para pemuda dalam sistem Islam akan mengkaji Islam, mendakwahkannya, serta terlibat aktif dalam perjuangan Islam.
Islam akan membangun sistem ekonomi dengan menerapkan aturan yang menjamin kesejahteraan.
Disamping itu, Islam akan melindungi perempuan dengan mewujudkan kesejahteraan berupa tersedianya lapangan kerja yang luas dengan gaji yang layak bagi laki-laki sebagai sumber dan jalur nafkah, sehingga perempuan tidak perlu bekerja.
Negara juga tidak menerapkan pungutan yang memberatkan seperti pajak sehingga gaji kepala keluarga akan utuh dan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan rumah tangga.
Negara akan menerapkan sistem sanksi yang tegas terhadap pelaku kriminalitas sehingga menimbulkan efek jera. Jika pelaku kriminalitas sudah baligh, ia akan dihukum sebagaimana orang dewasa. Misalnya jika ia membunuh orang lain, akan berlaku hukum qisas.
Ini sebagaimana firman Allah Taala, “ Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu (melaksanakan) kisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.” ( *QS Al-Baqarah [2]: 178 )* .
Begitu juga jika ia melukai orang lain. Allah Taala berfirman, “Kami telah menetapkan bagi mereka (Bani Israil) di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya (balasan yang sama).” (QS Al-Maidah [5]: 45) .
Melalui serangkaian kebijakan dalam sistem Islam, akan lahir pemuda-pemuda hebat yang patuh dan berguna bagi umat. Mereka akan menjadi pemimpin peradaban Islam yang menyebarkan kebaikan bagi seluruh dunia.
Posting Komentar