-->

2045 Generasi Emas, Perak, atau Perunggu?

Oleh : Andi Inas Humaerah
(Aktivis Muslimah) 

2045 di targetkan menjadi generasi emas. Tapi dengan segala kondisi saat ini, sistem politik,sosial dan budaya yang memprihatinkan apakah mampu menjadi generasi emas yang di harapkan? Tentu ini menjadi perhatian serius. Perak atau perunggu? Mari kita ulas terlebih dahulu.

Perlu diketahui, bahwa pada saat ini, penduduk Indonesia didominasi oleh pemuda, yang terdiri dari generasi Z dan milenial. Menurut data yang dihimpun melalui sensus Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020 saja, generasi Z mencapai 27,94 persen atau 75,49 juta jiwa dari total penduduk Indonesia sebesar 270,2 juta jiwa.Sementara generasi milenial ditaksir sebesar 25,87 persen atau sebesar 69,90 juta jiwa. Jumlah angkatan kerja Indonesia pada tahun 2024 pun mencapai angka 197 juta jiwa. Ini berarti Indonesia sudah mulai menerima bonus demografi saat ini, di mana jumlah kelompok usia produktif lebih banyak daripada kelompok usia tidak produktif. Diperkirakan puncak bonus demografi akan diraih pada tahun 2030-2035. Inilah yang mendorong upaya adaptasi dan transformasi dalam mempersiapkan pemuda untuk menyambut era Indonesia Emas 2045. (Pasardana.id,7/8/2024).

Tentu saja, bonus tersebut hanya dapat diraih jika generasi muda saat ini dapat diformat menjadi generasi emas, generasi yang bertakwa, sehat, cerdas, gemar bekerja keras, dan dapat bersinergi.

Generasi Cemas Buah Pendidikan Sekuler

Kondisi generasi muda saat ini justru mencemaskan. Banyak kasus pemuda menjadi pelaku kekerasan hingga pembunuhan, pecandu narkoba, pelaku seks bebas, penyuka sesama, dan banyak yang mengalami masalah kesehatan mental. Inilah kegagalan dari penerapan pendidikan sekuler,  
pemerintah terbukti gagal dalam mencetak generasi bertakwa dan beriman. Apalagi dalam misi mewujudkan generasi emas yang tentu hanya sebuah ilusi dalam sistem yang rusak ini. Karena sistem sekularisme memisahkan agama dari kehidupan sehingga menyebabkan generasi muda saat ini banyak melakukan tindakan kejahatan. Dimana pemuda sekarang kebanyakan jauh dari agama, sehingga setiap perilakunya tidak mempertimbangkan apakah boleh atau tidak dalam agama.

Sistem ini menghasilkan generasi yang liberal, yaitu mereka bebas melakukan apa saja tanpa adanya penjagaan dari akidah islam. Apalagi standar pendidikan yang hanya mengukur keberhasilan dari indikator materi akan membentuk karakter materialistis dan individualis. Dengan model pendidikan sekuler liberal seperti ini, generasi muda yang diharapkan menjadi tonggak kebangkitan negeri, yang ada malah fokus diri sendiri.

Generasi akan memaknai kesuksesan hanya apabila membawa manfaat materi. Sukses itu, jika fresh graduate memiliki gaji dua digit. Milenial sukses adalah usia muda, pekerjaan mentereng, gaji tinggi. Itulah buah pendidikan liberal sekuler. Semua bermuara pada manfaat materi dan kepentingan pribadi. Generasi dari sistem pendidikan sekuler menyelesaikan masalah pribadi sendiri saja tidak mampu, apalagi mengemban amanah menjadi penggerak kebangkitan.

Sistem Islam Lahirkan Generasi Emas

Dalam rangka mewujudkan generasi emas 2045 tentu nihil dicapai jika negara masih mengadopsi sistem kufur maka jalan satu-satunya adalah negara harus mencampakkan sistem sekuler dan menggantinya dengan sistem islam. Dengan pemikiran islam generasi akan dididik dengan sistem pendidikan Islam, menanamkan visi dan misi hidup yang benar dengan akidah Islam. Bahwa visi hidup manusia adalah menjadi hamba yang bertakwa, misi hidupnya adalah beribadah kepada Allah Swt. dengan menjalankan seluruh syariat Islam dan menjauhi seluruh larangan Allah.

Terlebih sistem sosial yang rusak menjadi salah satu penyebab rusaknya generasi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan generasi yang berkualitas, harus menerapkan sistem sosial yang benar dalam kehidupan. Sistem sosial yang memungkinkan interaksi di masyarakat dalam rangka ta’awun (tolong menolong-red.) untuk mewujudkan kemaslahatan. Interaksi sosial yang menerapkan syariat Islam sebagai panduan. Sehingga interaksi di antara manusia tidak akan menimbulkan kemaksiatan dan keburukan.

Selain itu pentingnya peran media dalam membentuk generasi. Pemerintah harus mampu mewujudkan media yang berperan memberikan informasi dan edukasi yang baik untuk generasi. Pengawasan dan kendali terhadap media yang dilakukan oleh Pemerintah akan memfilter media yang positif. Bahkan, jika ada media yang melanggar ketentuan syariat, akan diberikan sanksi berat. Media akan menentukan warna opini atau pemikiran yang berkembang di masyarakat dan akan mempengaruhi pemikiran generasi. 

Dengan sistem pendidikan Islam, akan terwujud generasi tangguh yang siap membangkitkan peradaban emas dan siap memimpin umat di masa depan. 
Insyaa Allah