AKANKAH HARAPAN BARU TERWUJUD DI ERA PEMERINTAHAN BARU?
Oleh : Rusmiati (Ibu Rumah Tangga tinggal di Tadukan Raga Deli Serdang)
Indonesia sebagai Negara Demokrasi terbesar di Asia tenggara, baru saja melantik pasangan Presiden Prabowo dan Wakilnya Gibran untuk periode kedepan. Tidak sedikit dinantikan oleh jutaan rakyat setelah proses panjang yang melibatkan kampanye intens, debat dan partisipasi warga negara yang antusias. Indonesia kini menyambut pemimpin barunya Presiden terpilih ini.
Untuk kesekian kalinya rakyat sangat berharap pemerintahan baru akan membawa angin perubahan, membawa visi yang segar, serta menjawab tantangan besar yang dihadapi bangsa. Mulai dari ekonomi, Politik hingga isu lingkungan.
Menyusun visi dan misi bersama Indonesia maju menuju Indonesia emas 2045. Prabowo-Gibran yakin hanya dengan persatuan, kesatuan, dan kebersamaan bangsa ini, bisa mencapai cita-cita Indonesia emas.
Asta Cita adalah visi besar yang diusung oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming dalam pemilihan Presiden (pilpres) 2024. Dukungan yang sangat besar dari masyarakat Indonesia mencerminkan harapan besar masyarakat pada kepemimpinan Prabowo selama 5 tahun mendatang.
Pola kepemimpinan Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia diharapkan mencerminkan kombinasi dari gaya kepemimpinan militer yang tegas dan terstruktur, dengan pendekatan Nasionalis yang berfokus pada kemandirian bangsa. Seminggu sebelum pelantikan presiden Prabowo sudah merancang dan menyusun Kabinet Kementerian yang akan membantunya selama 5 tahun kedepan. Komposisi Kabinet yang cukup "gemuk" membangkitkan optimisme sebagian kalangan. Meski sebagian lain merasa pesimistis. (antaranews.com/20/10 2024).
Asta Cita yang dijadikan sebagai visi dan misi pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming begitu sangat optimis. Walaupun tak sedikit yang pesimis, terutama kalangan muslim yang kritis. Pasalnya, Pemerintahan baru termasuk DPR baru, sudah dipastikan akan tetap menjalankan sistem Pemerintahan yang sama yaitu Demokrasi Kapitalis Sekuler, yang sudah cukup jelas terbukti gagal dalam menciptakan kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, ekonomi dan lain-lain. Sebab sistem ini jauh dari nilai-nilai ajaran Islam.
Karena di dalam sistem Demokrasi sudah pasti sulit diharapkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa dan negeri ini. Faktanya walau sudah bolak-balik ganti rezim keadaan negeri ini bukan tambah maju tetapi malah semakin mundur dan terpuruk. Dilihat dari semakin banyaknya jenis pengangguran, rakyat miskin, kriminalitas dan sederet permasalahan lainnya.
Pemerintahan baru pun dipastikan akan bernasib sama, apalagi Pemerintahan baru di bawah Kepemimpinan Prabowo bakal mewarisi beban yang sangat berat dan segudang persoalan yang ditinggalkan Pemerintahan sebelumnya yaitu semasa Pemerintahan Jokowi.
Misalnya di bidang ekonomi, diantaranya angka kemiskinan semakin banyak, angka pengangguran dan PHK semakin meningkat, pajak makin besar, daya beli masyarakat semakin menurun, jumlah kelas menengah makin menurun, beban pembayaran hutang negara semakin berat, sumber daya alam milik rakyat dimiliki oleh segelintir orang asing dan asing, yang makin tidak terkendali. Beban ekonomi rakyat semakin besar, misalnya dalam hal kemiskinan jumlah orang miskin di Indonesia per Maret 2024 mencapai 25, 22 juta orang (setkab.go.id).
Jumlah itu mengacu pada kriteria badan pusat statistik (BPS) yang mengumumkan garis kemiskinan di Indonesia pada Maret 2024 sebesar 582. 932 per kapita per bulan (finance.detik.com). Jika kriteria kemiskinan itu dinaikkan sesuai dengan kriteria Bank dunia sebesar US$.3 per hari, maka jumlah rakyat miskin itu menjadi 40% dari total penduduk Indonesia (cnbcindonesia.com). Artinya jumlah total penduduk Indonesia sekitar 282 juta jiwa sebanyak 112, 8 juta terkategori miskin.
Bidang politik, Negeri dikuasai kekuatan modal dari dalam dan luar, sedangkan penguasanya seolah tidak mengurus rakyatnya. Pengelolaan SDA diserahkan kepada Asing. Di mana mereka memiliki kedekatan dengan lingkaran politik yang kuat.
Belum lagi dalam bidang hukum, sosial, pendidikan dan lain-lain. Yang semakin kesini semakin rumit dan kompleks. Jadi perubahan yang diharapkan oleh pemimpin baru pastinya sangat sulit untuk terwujud. Bila dilihat banyaknya permasalahan yang harus dibenahi yang seperti benang kusut yang carut marut.
Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa pemerintah nyaris kehilangan kewibawaannya dan kemandiriannya. Oleh karena itu, bagaimana bisa muncul optimisme sedemikian, seakan semua persoalan itu bisa diselesaikan semudah membalik telapak tangan?
Semua realita ini niscaya dalam sistem kepemimpinan Demokrasi kapitalis yang lahir dari Sekulerisme dan Liberalisme, Sistem Kepemimpinan yang asasnya rusak seperti ini sama sekali tidak mungkin bisa diharapkan membawa kebaikan, kebahagiaan dan kesejahteraan sebagaimana yang diimpikan. kerusakan demi kerusakan akan terus diwariskan secara bergantian.
Alhasil, mau tidak mau jika Bangsa ini ingin maju, sejahtera, adil, dan makmur, yang dibutuhkan bukan sekedar ganti rezim atau penguasa baru, akan tetapi sebuah Sistem Pemerintahan baru, yakni Sistem Pemerintahan Islam. Karena sistem Kepemimpinan islam sejatinya lahir dari asas Akidah yang lurus dan sesuai fitrah Penciptaan manusia. Aturan Islam diturunkan oleh sang Pencipta sebagai panduan dan solusi hidup. Dan jika ditegakkan dengan sempurna dipastikan akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia bahkan seluruh alam.
Di dalam Islam, Kekuasaan hakikatnya adalah amanah. Sementara amanah ini bisa menjadi beban pemangkunya di dunia dan di akhirat. Karena bisa mendatangkan siksa bagi Pemimpin yang tidak amanah, Namun bisa menjadi pahala bagi pemimpin yang menjalankan sesuai Amanah. Kasih sayangnya pemimpin kepada rakyatnya itu bisa ditunjukkan dengan upayanya untuk selalu memudahkan urusan rakyatnya, menggembirakan rakyat serta tidak menakut-nakuti rakyat dengan kekuatan aparat dan hukum. Adapun sikap adil seorang pemimpin ditunjukkan dengan kesungguhannya menegakkan syariat Islam secara kaffah di tengah masyarakat. Sebab siapapun penguasanya jika tidak menerapkan pemerintahan berdasarkan syariat Islam ia berpotensi menjadi penguasa yang zalim dan fasik. Pengamalan dan penerapan syariat Islam secara kaffah tentu merupakan wujud ketakwaan hakiki. Ketakwaan hakiki inilah yang akan mendatangkan hakikat keberkahan, khususnya bagi Negeri ini.
Sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam Alquran : "Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, kami pasti akan pembuka bagi mereka keberkahan dari langit dan bumi, akan tetapi mereka telah mendustakan ayat-ayat kami, karena itu kami menyiksa mereka akibat perbuatannya" (QS. AL-A'RAF:96)
Wallahu a'lam bishowab
Posting Komentar