-->

Bebaskan Palestina dengan Aksi Nyata


Oleh : Bunda Hanif

Lagi-lagi Palestina kembali diserang oleh penjajah Zionis. Anak-anak tidak berdosa pun menjadi target serangan. Banyak fasilitas umum yang mengalami kerusakan, salah satunya adalah gedung-gedung sekolah. Sudah banyak pula guru yang syahid sehingga anak-anak Palestina tidak lagi mendapatkan pendidikan. Berdasarkan laporan Kementerian Pendidikan Palestina yang dirilis Selasa (29-10-2024), serangan brutal Zionis terhadap Palestina sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan kematian lebih 11.825 siswa. Tidak hanya siswa yang menjadi korbannya, mahasiswa pun di bunuh, tidak hanya di Gaza tetapi juga di Tepi Barat. (Muslimahnews.com, 8-11-2024)

Genosida yang dilancarkan entitas Yahudi ini benar-benar mengancam kehidupan anak-anak Palestina. Mereka harus melewati masa kecil dalam situasi konflik yang amat parah sehingga kebutuhan dasar mereka sulit terpenuhi. Sayangnya, dunia seolah-olah bungkam melihat ini. Fakta sudah terlihat di depan mata, namun tak satu pun negara muslim di dunia ini tergerak membantu saudara-saudara muslim di Palestina. 

Dukungan AS terhadap Zionis, bungkamnya penguasa muslim dan kurangnya empati dunia adalah indikasi kuat bahwa kecaman hingga diplomasi tidak akan pernah memberi solusi bagi Palestina. Berbagai perundingan yang telah dilakukan bukanlah aksi nyata sesungguhnya untuk membebaskan Palestina. Buktinya, hingga kini penjajahan entitas Yahudi atas Palestina masih saja berlangsung. 

Sikap AS yang terus memberikan dukungan kepada Zionis dalam melakukan perampasan wilayah Palestina bahkan membiayai perang yang sedang berlangsung membuat entitas Yahudi semakin kuat melancarkan serangannya terhadap Palestina. 

Sikap AS dan Yahudi yang saling bekerja sama menghancurkan Palestina, justru kontras dengan sikap penguasa di negeri-negeri muslim. Mereka seolah-olah buta dan tetap mati rasa melihat pembantaian kaum muslim di Palestina. As bahkan membantu Yahudi dengan memasok persenjataan ke sana. Sebaliknya, penguasa negeri-negeri muslim sama sekali tidak tergerak hatinya untuk memobilisasi pasukan militernya untuk berjihad membebaskan Palestina. 

Sungguh miris, kaum muslim Palestina tetap sendiri hingga kini. Kaum muslim di negeri lainnya tetap diam di tempat menyaksikan pembantaian saudara mereka. Ini dikarenakan umat muslim di dunia terikat oleh sekat-sekat negara bangsa (nation state). Saudara muslim di Palestina tak ubahnya seperti di dalam penjara, terkurung, terisolasi bahkan entitas Yahudi menutup pintu masuknya bantuan. 

Nasionalisme telah membuat penguasa negeri-negeri muslim hanya peduli dan bangga dengan paham kebangsaannya masing-masing. Inilah keberhasilan kaum kafir penjajah dalam memecah belah persatuan umat muslim. Mereka mengotak-ngotakkan kaum muslim ke berbagai negara bangsa. Mereka hidup dalam batas-batas wilayah dan tidak peduli dengan kondisi bangsa lain, dengan alasan “itu bukan urusan kita”. 

Sungguh ironi, kaum muslim tidak menyadari bahwa ini semua adalah upaya kafir penjajah dalam memecah belah umat muslim. Kaum kafir penjajah telah menghembuskan paham nasionalisme yang mengakibatkan lumpuhnya perasaan dan pemikiran umat muslim terhadap masalah di dunia Islam, termasuk Palestina. Kita boleh saja bangga dengan bangsa dan negara sendiri namun bukan berarti kita tidak peduli dengan bangsa lain. Padahal kita sama-sama umat muslim. Seharusnya penderitaan saudara-saudara di Palestina adalah penderitaan seluruh umat muslim di dunia. 

Barat menghembuskan nasionalisme di wilayah Arab. Awalnya mereka mengangkat isu Pan Islamisme dan Pan Arabisme. Upaya ini terus mereka lakukan hingga akhirnya satu persatu negara muslim memisahkan diri dari pusat pemerintahan Khilafah Islamiyah dan yang tersisasa hanyalah Turki sebagai pusat pemerintahan. 

Wilayah kekuasaan Islam pada akhirmya semakin mengecil dan banyaknya pengkhianat di tubuh kaum muslim. Pada saat umat Islam mulai lemah, kaum kafir dengan mudahnya melenyapkan kekuasaan Islam yang telah berdiri selama kurang lebih 14 abad lamanya. Adapun Turki, kini menjadi negara sekuler yang tidak mampu memberi solusi nyata bagi Palestina. 

Nasionalisme adalah racun yang menggerogoti persatuan kaum muslim. Nasionalisme ini pula yang membuat kaum muslim tidak bisa kembali menjadi umat terbaik. Nasionalisme telah menjadikan batas territorial seolah-olah lebih sakral daripada ikatan akidah, padahal Islam lebih menyerukan persatuan, bukan perpecahan. 

Rasulullah saw mengibaratkan kaum muslim laksana satu tubuh. Beliau bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).

Kita boleh saja mencintai tanah kelahiran, dan itu adalah wajar. Hanya saja, menjadikan kecintaan itu sebagai spirit untuk bermusuhan dan berpecah belah tanpa memperhatikan ikatan akidah, itu tidak dibenarkan di dalam syariat.

Itulah alasan Rasulullah saw tidak menjadikan ikatan ashabiyah sebagai pengikat antara sesama muslim. Rasulullah saw bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang yang mengajak kepada ashabiyah, berperang karena ashabiyah dan mati karena ashabiyah.” (HR Abu Dawud). Ashabiyah inilah yang dikenal dengan istilah nasionalisme.

Persoalan Palestina sampai kapanpun tidak akan pernah selesai jika yang dilakukan hanya sebatas perundingan, kompromi, konferensi deklarasi, perjanjian, dan kritik sana-sini. Perkara mendasar yang menyebabkan kaum muslim tidak bisa membebaskan Palestina karena adanya perbedaan kepentingan dan ketiadaan visi yang sama. Negeri-negeri muslim sibuk dengan persoalan dalam negerinya hingga mengesampingkan masalah Palestina. 

Umat Islam harus menyadari bahwa bencana yang dihadapi umat Islam di seluruh dunia, termasuk Palestina bermula dari kebijakan kolonial pendudukan Yahudi pasca tumbangnya Khilafah Islamiah. Pendudukan Yahudi terhadap Palestina tidak akan terjadi ketika institusi Khilafah eksis dan bertugas melindungi negeri-negeri muslim. Pasca runtuhnya Khilafah, racun nasionalisme berhembus di tubuh umat Islam, sehingga mulailah saat itu para pemimpin negeri-negeri muslim bungkam atas persoalan Palestina.

Umat Islam seharusnya seharusnya mampu mencari solusi terhadap permasalahan Palestina dan tidak boleh berkompromi dengan para penjajah. Umat Islam tidak boleh tunduk pada ketentuan atau solusi yang kaum kafir tawarkan. Umat Islam justru harus bersatu dan bangkit mendobrak sekat-sekat geografis bernama nasionalisme yang selama ini membelenggu kaki dan tangan mereka. Umat harus sadar bahwa selama ini mereka terjajah secara pemikiran, selanjutnya sama-sama berjuang untuk menegakkan kembali Khilafah. Sebab hanya Khilafah yang mampu melindungi umat muslim di dunia. Dengan tegaknya institusi Khilafah, Khalifah akan memobilisasi pasukan militer kaum muslim dan menyerukan jihad fii sabilillah Sungguh, tegaknya kembali institusi Khilafah adalah perkara penting dan mendasar. Umat sangat membutuhkan Khilafah, sebab hanya Khilafahlah yang mampu memerdekakan negeri-negeri muslim dari segala bentuk penjajahan dan menjadikan umat muslim menjadi umat terbaik seperti yang pernah ada sebelumnya. 

Wallahu a’lam bisshowab