CHILDFREE MAKIN DIMINATI, BUAH BEBAN HIDUP YANG MAKIN TINGGI
Oleh : A. Salsabila Sauma
Dewasa ini, fenomena childfree makin marak terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Baik dari para pasangan muda yang baru menikah atau mereka yang sedang merencakannya. Berdasarkan data BPS terbaru, sekitar 8,2 persen perempuan Indonesia usia 15 hingga 49 tahun memilih tidak memiliki anak.(RRI). Bagi sebagian orang, menikah berbeda dengan memiliki anak. Dua hal yang seharusnya menjadi kesatuan tak terpisahkan ini, sekarang malah menjadi hal yang bertolak. Anak adalah visi kesekian yang akan dibicarakan oleh para pasangan. Bahkan di kalangan masyarakat muslim pun fenomena childfree ini menjadi hal yang lumrah. Mengapa demikian?
ASAL IDE CHILDFREE
Tidak ingin memiliki anak, atau lebih dikenal dengan istilah childfree, merupakan salah satu gagasan turunan yang diusung oleh ide feminisme. Gagasan ini diangkat untuk menyerukan kesetaraan gender di Barat. Barat menyatakan bahwa kesetaraan gender sangat penting bagi perempuan agar mereka dapat ikut produktif dalam dunia kerja dan tidak terpenjara dalam urusan domestik. Barat menganggap produktif adalah mereka yang bisa bekerja untuk menambah pendapatan, mengurangi kemiskinan, sampai menambah pendapatan negara. Pernyataan kesetaraan gender ini mendorong perempuan agar bisa bekerja dan memiliki kemampuan finansial secara mendiri sehingga tidak perlu bergantung kepada laki-laki.
Banyaknya narasi keliru yang disebarkan Barat ini bisa memicu para perempuan untuk memilih tidak berkeluarga dan bahkan tidak memiliki anak karena merasa akan menghambat karir mereka. Di tambah slogan, ”my body my rules”, Barat seakan memberi kebebasan kepada para perempuan untuk mengatur dan mengendalikan keinginan tubuhnya, termasuk pilihan tentang berhubungan dan memiliki anak.
FAKTOR MARAKNYA CHILDFREE
Masalah ekonomi sering kali menjadi masalah utama yang dialami banyak orang. Beban hidup yang makin berat menjadi faktor utama kenapa childfree menjadi pilihan banyak orang. Memiliki anak adalah hal yang amat mewah sehingga orang-orang merasa tidak akan sanggup untuk mencapainya di tengah keadaan yang tidak pernah stabil ini..
Selain itu sistem kapitalis yang dijalankan oleh negeri membuat tuntutan hidup yang mesti dipenuhi masyarakat semakin dirasa tidak masuk akal. Masyarakat di bawah naungan sistem kapitalis seakan tak akan bisa bernapas lega dalam menjalani kehidupan. Tiap individu akan berusaha keras untuk melakukan apapun agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan standar kapitalis bahkan bila harus terseok-seok sekalipun. Sistem kapitalis mendorong orang untuk bersusah payah meningkatkan karir agar dapat hidup dengan layak. Itulah yang dialami oleh perempuan masa kini.
Perempuan dibuat lupa dengan fitrahnya. Menikah, berkeluarga, dan memiliki anak adalah hambatan karir. Beban hidup yang tinggi dari sebelum berkeluarga membuat orang-orang jadi menilai segalanya dari materi, termasuk perihal anak. Masyarakat akan menilai berapa biaya yang akan bertambah bila mereka menikah, menikah tanpa anak, atau menikah punya anak. Kalau dirasa tuntutan terlalu berat, sudah pasti yang dipilih adalah childfree sebab dinilai memiliki anak akan menghasilkan masalah finansial baru.
Childfree seakan menjadi solusi ekonomi. Padahal keadaan hidup yang tidak stabil merupakan buah dari diterapkannya sistem kapitalis dan masalah yang lebih kompleks akan terjadi bila fenomenaini terus dibiarkan
CARA ISLAM MEMANDANG DAN SOLUSI
Hal-hal yang menyalahi fitrah sudah pasti salah di mata islam. Apalagi memiliki anak adalah bagian dari ibadah manusia kepada Allah. Negara Islam tidak akan membiarkan masyarakatnya hidup melewatkan satu kesempatan ibadah seperti itu.
Pilihan terhadap childfree hanya mempertimbangkan manfaat dan kesenangan saja. Childfree tidak memerhatiakn pertimbangan agama sama sekali. Namun tidak begitu heran kalau melihat lagi darimana ide ini datang: Sistem kapitalisme-sekulerisme. Oleh karena itu sudah seharusnya para muslimah menolak gagasan ini karena dipelihara oleh sistem yang bertentangan dengan akidah islam, aturan Allah SWT.
Dalam Islam, perempuan memiliki peran besar dalam melahirkan dan mendidik generasi terbaik. Allah menetapkan tugas dan kewajiban perempuan sebagai Ummul warobatul bait dan madrasatul ulama. Perempuan dibebaskan dari tanggung jawab nafkah. Syariat justru menetapkan nafkah perempuan ditanggung oleh suaminya, ayahnya, atau walinya (Q.S Al Baqarah : 233, Q.S At Talaq : 7, Q.S Saba : 39).
Kemudian supaya optimal, di dalam Khilafah akan menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup bagi setiap laki-laki sehingga mereka bisa memenuhi nafkah pangan, sandang, dan papan istri dan anak-anaknya secara makruf. Khilafah juga akan menyediakan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan secara gratis kepada warganya. Pelaksanaan syariat ini akan menjamin kesejahteraan masyarakat sehingga para Ibu tidak perlu khawatir terhadap kondisi ekonomi keluarga
Terakhir, karena Khilafah menerapkan sistem pendidikan Islam maka masyarakatnya akan terisi dengan pemahaman islam yang kaffah sejak dini. Maka ketika ada ide yang bertentangan dengan akidah Islam seperti childfree, baik individu maupun masyarakat akan menolak dan menghentikan agar ide itu tidak menyebar Inilah yang sebenarnya dibutuhkan oleh para perempuan hari ini. Solusi yang menjadi fitrah perempuan sebagai ibu peradaban.
Wallahu’alam bishowab
Posting Komentar