Dilema Ekonomi: Pentahelix dan Tergadainya Peran Perempuan
Oleh : Shabrina
Di tengah upaya besar untuk mengembangkan ekonomi Kalimantan Barat, ada sebuah dilema yang tak terhindarkan, yakni bagaimana meningkatkan kesejahteraan tanpa mengorbankan nilai-nilai kehidupan yang lebih mendalam.
Dilansir dari antaranew.com, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) berkomitmen mengembangkan ekonomi daerah dengan pendekatan pentahelix yang melibatkan sektor pemerintah, akademisi, swasta, komunitas, dan media. Pendekatan ini diharapkan dapat mendorong pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta sektor-sektor potensial lainnya. Pj Sekda Kalbar, Muhammad Bari, mengapresiasi peran berbagai pihak, termasuk Kementerian Pendidikan dan Politeknik Negeri Pontianak, yang berkontribusi dalam penyiapan sumber daya manusia berkualitas (antaranews.com 2024).
Namun, ketika perempuan yang sebagian besar menjadi tulang punggung UMKM terdorong untuk meninggalkan perannya di rumah demi berbisnis, adakah dampak pada generasi? dan timbul pula pertanyaan, bagaimana caranya agar pembangunan ekonomi tidak hanya menghitung angka pertumbuhan tetapi juga memperhatikan kualitas kehidupan dan pendidikan yang menyeluruh?
Pendekatan pentahelix diusung menjadi kunci dalam mendorong pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta sektor-sektor potensial lainnya. Namun, ada dilema yang muncul dalam upaya ini, terutama terkait peran perempuan dalam UMKM. Mayoritas pelaku UMKM berasal dari kalangan perempuan yang berperan penting dalam ekonomi keluarga. Meskipun ekonomi mereka meningkat, banyak peran ibu sebagai pendidik utama dan pengasuh anak yang tergantikan, dengan dampak negatif pada perkembangan generasi mendatang.
Dalam konteks ini, perguruan tinggi memiliki peran sentral, terutama dalam menyesuaikan kurikulum agar lulusannya siap memasuki dunia industri. Perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan sarjana yang bisa bersaing di pasar kerja, dengan gaji yang layak dan karier yang bergengsi, seperti di sektor pertambangan. Namun, sektor-sektor ini sering kali tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesejahteraan rakyat, karena pengelolaan sumber daya alam lebih banyak dikuasai oleh swasta dan pihak asing. Selain itu, meskipun kualitas lulusan disesuaikan dengan kebutuhan industri, hanya sedikit yang terserap di pasar kerja, sementara banyak tenaga kerja asing yang mengisi posisi-posisi tersebut. Komersialisasi pendidikan yang mahal juga menjadi hambatan bagi mayoritas masyarakat untuk mengakses pendidikan yang seharusnya menjadi kunci untuk memperoleh pekerjaan.
Dalam Islam, pendidikan bagi perempuan memiliki nilai yang jauh lebih besar, sebagai investasi untuk membangun peradaban mulia. Perempuan yang memahami tugasnya dengan baik dapat melahirkan generasi yang unggul, yang mampu memimpin negara dan bangsa. Negara yang menerapkan sistem ekonomi Islam akan memastikan kesejahteraan masyarakat, tanpa memandang gender atau agama. Pendidikan dalam Islam bertujuan membentuk pribadi yang tangguh, berlandaskan ketaqwaan, bukan semata mengejar kebahagiaan materi atau kepentingan kapitalis yang hanya memperburuk ketimpangan ekonomi dan akan segera runtuh.
Posting Komentar