Ganti Menteri, Ganti Kurikulum, Kenapa Tidak Ganti Sistem Juga?
Ganti Menteri, Ganti Kurikulum, Kenapa Tidak Ganti Sistem Juga?
Oleh : Maulli Azzura
Sudah menjadi kebiasaan pemimpin negeri ini, acap kali bongkar pasang kabinet.Tak luput juga setiap ganti menteri pendidikan pasti diikuti kurikulum baru. Kebijakan menteri ini tentu membuat para tenaga didik kebingungan, kenapa tidak ada konsep yang baku tentang sistem pendidikan yang mampu mengatasi permasalahan dunia pendidikan?.
Kita kudu melek dengan permasalahan utamanya, bahwa sistem kapitalis sekuler memang bukan sistem yang baku alias berubah-ubah aturan hukumnya sesuai dengan manfaat yang didapatkannya. Selain itu sistem ini juga tidak lepas dari campur tangan para kapital atau pemilik modal untuk bagaimana kekuasaan suatu negeri bisa di setir sesuai keinginan mereka.
Kita kembali pada pokok pembahasan, bahwa kurikulum pendidikan dalam sistem sekuler tak ubahnya sebuah cara untuk mengebiri pemikiran anak bangsa. Setiap kulikulum sebelumnya dirasa belum mampu mengebiri pemikiran anak bangsa, maka akan lahir kurikulim baru untuk meng-upgadrenya. Sudah efektifkah, sudah berhasilkah dan seterusnya. Maka akan senantiasa mengalami perubahan.
Memajukan anak bangsa hanya sebatas jargon semata. Nyatanya kurikulum yang sering berubah-ubah tiap ganti menteri tidak memberikan dampak yang positif bagi siswa maupun para gurunya. Justru dunia pendidikan semakin mengalami kemerosotan baik secara berfikirnya maupun moralnya. Ini menandakan bahwa sistem pendidikan dalam negara kapitalis tidak akan menghasilkan produk pendidikan yang benar. Juga setiap kurikulum baru yang terbit, selalu tendensius artinya ada banyak peluang penyimpangan didalamnya seperti pengadaan alat peraga, alat digital atau mungkin seperti pengadaan buku-buku atau seragam. Semua dalam bentuk bisnis bukan pelayanan dan tanggung jawab kepada rakyatnya.
*Berbeda dengan pendidikan Islam*
Dalam sistem Islam, kurikulum pendidikan harus berdasarkan aqidah Islam, karena apabila aqidah Islam sudah menjadi asas yang mendasar bagi kehidupan seorang muslim, maka seluruh pengetahuan yang diterima seorang muslim harus berdasarkan aqidah Islam pula.
Hal ini telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Tatkala mengajak manusia masuk Islam. Beliau mengajak mereka memeluk agama Islam terlebih dahulu, setelah itu mengajari mereka untuk mengenal hukum-hukum Islam. Dengan demikian anak didik akan ter-upgrade pemikirannya dengan apa yang telah ia dapati yakni sumber informasi keilmuawan yang benar.
Dalam Islam, tujuan kurikulum dan pendidikan Islam adalah membekali akal dengan pemikiran dan ide-ide yang sehat, baik itu mengenai aqaid (cabang-cabang aqidah), maupun hukum. Pembentukan syakhsiyah Islam (kepribadian Islam) pada diri seorang pelajar juga salah satu tujuan pendidikan. Maka, apapun bentuk sistem pendidikannya yang mampu mewujudkan syakhsiyah Islam dan memberinya modal pengetahuan yang selayaknya, maka sistem itu sah-sah saja untuk dipakai.
Khilafah Islam memiliki sistem pendidikan yang bebas biaya. Ini benar-benar diterapkan di kalangan umat. Bukan hanya bualan belaka yang dengan seribu bahkan jutaan janji yang sama sekali tidak terealisasi. Hal ini membuat keadaan kaum Muslimin sangat terbelakang dalam bidang pengetahuan akibat kurikulum yang dilahirkan ide-ide kapitalisme, yang memisahkan agama dari kehidupan dan negara.
Lalu apakah sistem pendidikan diluar islam mampu melakukan?.
Walahu a'lam Bishowab
Posting Komentar