-->

Gen Z dalam Cengkeraman Sistem Kapitalisme Demokrasi


Oleh : Lily, Aktivis Muslimah

Akhir-akhir ini jagad maya sedang dihebohkan dengan tren yang aktif di kalangan Gen Z yakni Fenomena Fear of Missing Out atau yang biasa disebut FOMO yakni rasa takut tertinggal. Hal tersebut terjadi karena dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

Sebagaimana yang dilaporkan Lokadata.id, (10/10/2024), sebanyak 78% masyarakat generasi milenial dan Gen Z menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, termasuk dompet digital, layanan pinjaman dan pembayaran digital. Gen Z juga sering terjebak dalam siklus perbandingan sosial yang konsta, yang tidak hanya mengganggu keshatan mental tetapi juga kualitas komunikas. Kecemasan akan tertinggal dalam perbincangan tren atau kegiatan popular membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial, yang pada akhirnya mengurangi komunikasi tatap muka atau interaksi nyata yang lebih substansial. 

Sehingga, FOMO mempunyai banyak dampak negatif, seperti yang dilansir Kompas.Com, (21/9/2024), seseorang yang FOMO dapat menggadaikan harga dirinya, keluarga, juga bangsanya untuk mendapatkan hal yang sedang tren dan juga dapat berdampak buruk jika seseorang melakukannya dengan cara yang melanggar hukum.

Bahkan, sosiolog Sunyoto Usman, mengatakan, FOMO dapat membuat seseorang menjadi narsistik. Begitu juga dengan fenomena boneka labubu, pembelian boneka ini menjamur seantero dunia, hal ini membuat Gen Z merasa cemas bila belum kesampaian untuk membelinya (Jawa Pos.Com, 11/10/2024).

Perlu diketahui juga, akar munculnya gaya hidup FOMO adalah sistem liberal kapitalisme demokrasi. Sistem rusak ini, membuat para Gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik, konsumerisme dan materialistik. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama. Di sini, para Gen Z tidak lagi memandang apakah tren ini termasuk dalam kebutuhan atau keinginan. Sehingga tidak sedikit yang merasa lebih baik FOMO dari pada harus fokus sekolah.

Akibatnya terjadi pengabaian potensi Gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, serta menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. Apalagi regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi Gen Z, namun justru menjerumuskannya pada lingkaran materialistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.

Sejatinya hal ini sudah dirasakan oleh banyak pihak namun masih juga banyak yang tidak sadar dan cenderung menikmatinya. Sehingga kita memerlukan langkah tegas agar kalangan Gen Z tidak semakin terjerumus dan terbuai begitu saja. Hawa nafsu seperti ini hanya bisa diarahkan dengan sistem Islam. Sejatinya hal ini sudah dirasakan oleh banyak pihak namun masih juga banyak yang tidak sadar dan cenderung menikmatinya. Sehingga kita memerlukan langkah tegas agar kalangan Gen Z tidak semakin terjerumus dan terbuai begitu saja. Hawa nafsu seperti ini hanya bisa diarahkan dengan sistem Islam.

Pemuda dalam Pandangan Islam

Lain halnya dengan Islam. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah, Islam menaruh perhatian besar pada generasi muda atau pemuda. Mereka seyogyanya meneladani sosok paripurna yaitu Rasulullah SAW. Bahkan tatkala belum diangkat menjadi utusan Allah, Muhammad SAW sebagai seorang remaja telah menunjukan banyak teladan. 

Rasulullah SAW bersabda, “Aku pesannkan agar kalian berbuat baik kepada para pemuda, sebab sebenarnya hati mereka itu lembut, Allah telah mengutusku dengan agama yang lurus dan tolerans. Lalu para pemuda bergabung memberikan dukungan kepadaku, sementara orang-orang tua menentangku.” 

Allah pun memuji Ashabul Kahfi yang artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada tuhannya, dan kami tambahkan petunjuk kepada mereka” (QS al-Kahfi: 13).

Rasulullah mrmberikan jaminan keselamatan di hari akhir kepada mereka yang menghabiskan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah, pemuda yang terpaut hatinya kepada masjid, serta sanggup mengendalikan gejolak hawa nafsu. Karakteristik pemuda Islam adalah selalu menyeru kepada al haq’ mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka, mereka saling melindungi dan saling mengingatkan satu sama lain serta taat menjalankan ajaran agama, dan pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah.  
Islam memandang pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. Islam memiliki sistem terbaik untuk melejitkan potensi Gen Z, mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Potensi ini dibutuhkan untuk membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan sistem kepemimpinan Islam.[]