KDRT dan Kutukan Kehidupan Sekuler Kapitalistik
Oleh : Anita Humayroh (Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)
Menyebut kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai "tren" atau "gaya hidup" tidak tepat dan sangat problematis. KDRT adalah tindakan kekerasan yang serius, termasuk kekerasan fisik, emosional, psikologis, atau bahkan ekonomi yang dilakukan dalam lingkungan keluarga. Tindakan ini tidak seharusnya dianggap remeh atau diikuti sebagai sesuatu yang "populer."
Peningkatan laporan atau kasus KDRT dapat menjadi cerminan dari kesadaran yang lebih tinggi tentang hak-hak korban dan keberanian mereka untuk melaporkan kejadian, bukan berarti hal ini menjadi sesuatu yang "biasa" atau "diterima." Pandangan bahwa KDRT adalah masalah serius dapat membantu kita meningkatkan kesadaran dan mendorong langkah pencegahan yang lebih efektif dari sudut pandang shohih dalam Islam.
Namun tidak dipungkiri bahwa fenomena ini menjadi masalah umat yang cukup serius karena berkaitan dengan keberlangsungan tatanan masyarakat (ijtimaiy). Isu KDRT tak hanya marak ditingkat nasional namun di wilayah Bekasi pun sangat kompleks dan mengerikan. Kasus KDRT yang cukup serius terjadi baru-baru ini membuat gempar masyarakat yaitu kasus KDRT yang dilakukan oleh seorang ASN dirjen Pajak terhadap istrinya. Warga setempat menyebut, pertengkaran yang terjadi bahkan sampai di luar rumah kerap kali terdengar kalimat kasar yang keluar dari mulut korban (suarabekaci.id, 21082024).
Kasus lain yang tak kalah mengerikan adalah kasus kekerasan terhadap seorang anak kecil yang dilakukan oleh ayah tirinya. Polisi menetapkan pasangan suami istri berinisial MLL (46) dan YT (24) sebagai tersangka. Mereka diduga menganiaya putra laki-lakinya (5) di Pasar Rebo, Jakarta Timur (Jaktim).
Penganiayaan ini sempat viral di media sosial. Video yang beredar seperti dilihat detikcom, Selasa (29/10/2024), memperlihatkan bagaimana korban menangis saat ditolong warga sekitar juga nampak diwajahnya sejumlah luka lebam (detikNews.com, 30102024).
Maraknya kasus KDRT memang bukan hanya saat ini saja, fenomena KDRT sudah sejak lama terjadi dan kasusnya seperti puncak gunung es, yang artinya kasus-kasus yang tidak dilaporkan jauh lebih banyak. Penyebab KDRT begitu kompleks dan multifaktor namun jika ditarik benang merahnya semua bermula dari salahnya pengaturan tatanan pergaulan masyarakat dan keluarga juga adanya faktor ekonomi yang sangat kompleks, menjadi pemicu konflik dalam keluarga. Disinilah awal mula kutukan dari penerapan sistem kapitalis-sekuler yang mengancam tatanan masyarakat, baik dari tingkat individu maupun keluarga. Kutukan ini tak akan pernah berhenti apabila biang masalah yang menjadi pemicunya tak diberantas.
Aspek tatanan pergaulan dan keluarga saat ini, dimana tidak diterapkannya sistem pergaulan Islam, konsep qowwam (kepemimpinan yang benar dari kepala keluarga atau kaum laki-laki) tidaklah ada dalam benak masyarakat. Menurut artikel dari situs universitas Bung Hatta; " Penyebab kekerasan dalam rumah tangga sangat kompleks dan berkaitan dengan keyakinan bahwa laki-laki memiliki kekuasaan atas perempuan (dan anak), dan bisa memperlakukannya dengan kasar kalau ia menghendaki" (https://bunghatta.ac.id/artikel-226-tindak-kekerasan-dalam-rumah-tangga.html).
Hal ini sangatlah bertentangan dengan bagaimana Islam mengatur tatanan pergaulan masyarakat terkhusus terkait konsep qowwam. Dalam Islam peran qowwam salah satunya adalah melindungi anggota keluarga bukan malah bersikap seenaknya memperlakukan anggota keluarga.
Faktor terbesar kedua adalah masalah ekonomi, tidak dipungkiri bahwa saat ini ekonomi kita diatur dengan sistem kapitalisme dimana kesejahteraan masyarakat tidak dipandang sebagai tanggung jawab pemerintah. Konflik dalam ekonomi bisa memicu stres dan membuat pelakunya kehilangan kendali emosi.
Berbeda dengan kapitalisme, konsep ekonomi dalam Islam yang mewajibkan negara menjamin distribusi kebutuhan pokok perindividu sehingga ketika kebutuhan pokok masyarakat terjamin secara merata maka konflik-konflik dalam keluarga dan masyarakat bisa diminimalisir.
Hal inilah yang menjadi pembeda antara hak dan batil. Sistem shohih Islam yang akan melahirkan keberkahan dan sistem batil Kapitalistik yang hanya melahirkan kutukan berkepanjangan. Sudah saatnya ummat mencampakkan sistem cacat dari rahim yang cacat, dan mulai kembali pada fitrah manusia, yaitu kembali kepada sistem Sang Khalik, yang bersumber dari sesuatu yang agung, Al Qur'an.
Semoga Islam kembali bertahta dan menempati singgasananya. Dan kutukan Kapitalistik hancur lebur bersama dengan kehancuran sistem busuk dibelakangnya.
Wallahu alam bisshowab.
Posting Komentar