-->

KONDISI REMAJA PARAH, NEGARA BISA APA?

Oleh : Nadia shafwa (Santri Ma'had Al-Izzah Deli Serdang)

Sungguh miris melihat kondisi pemuda saat ini. Pemuda yang seharusnya menjadi tonggak perubahan peradaban, Kini tidak sedikit peristiwa yang sangat memilukan. Lebih memilukan lagi pelakunya adalah para pemuda dengan usia yang sangat belia.
Bentrokan yang terjadi di lahan garapan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), mengakibatkan dua orang tewas. Polisi mengungkap penyerangnya merupakan remaja yang dijanjikan uang Rp. 3 JT per orang. Kapolsek Medan Tembung Kompol Jhonson Sitompul mengatakan penyerangan itu terjadi di lahan garapan di Jalan Selambo, Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, pada Selasa (22/10/2024). Polisi menetapkan tiga tersangka dalam kasus bentrokan itu. Ketiga pelaku itu ternyata diiming-imingi bayaran Rp 3 juta untuk melakukan penyerangan. "Indikasinya, mereka mendapatkan janji untuk dibayar Rp 3 juta setiap anak," ujar Kapolrestabes Medan, Kombes Gidion Arif Setyawan, Rabu (23/10/2024).

Kombes Gidion menjelaskan akar dari konflik ini bukan terkait geng motor tapi murni konflik lahan garapan yang memanfaatkan anak remaja dibawah umur.(detikNews.com 24/10/2024)
Masih di wilayah Deli Serdang, Warga Jalan Bersama, Desa Muliorejo, Kecamatan Sunggal, Deliserdang, tewas setelah kepalanya kena bacok senjata tajam oleh lawan tawurannya yang juga merupakan kelompok geng motor. Menurut Kapolrestabes Medan, Kombes pol Gidion Arief Setyawan, setelah kejadian itu pihaknya mengamankan 21 orang anggota geng motor dari tiga kelompok. Beliau mengungkapkan bahwa yang diamankan 20 orang, 3 orang dewasa dan 17 orang tergolong anak.(Tribun Medan, Senin 21/10/2024).

Masih banyak lagi kasus yang serupa bahkan yang lebih miris dari berita di atas. Mengapa harus remaja yang menjadi pelaku dari masalah tersebut di atas? Padahal di usia remaja seharusnya mereka masih harus disibukkan dengan menuntut ilmu menciptakan serta mengejar impiannya. Tidak sedikit kasus seperti tawuran perzinahan, pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, begal, geng motor pelakunya di dominasi yang berusia remaja. Padahal dikatakan pendidikan kurikulum merdeka akan menghasilkan kebanggaan moral bangsa. Namun realitasnya yang terjadi justru tidak sedikit peristiwa memilukan dilakukan oleh para pemuda yang masih berusia sekolah. Hal ini membuktikan bahwa dunia remaja saat ini memang sedang tidak baik-baik saja. 

Tidak hanya masalah pergaulan bebas tanpa batas, bahkan hingga tindakan kriminal, kekerasan yang berujung menghilangkan nyawa seolah menjadi hal yang lumrah.
Dalam hal ini Siapa yang harus disalahkan? Banyak faktor yang menjadi penyebab rusaknya prilaku remaja saat ini. Diantaranya karena faktor keluarga. Pola asuh dan pola pikir keluarga dalam berkomunikasi bisa menjadi pemicunya. karena keluarga adalah tempat pertama yang menjadi sandaran dalam bersikap. keluarga adalah sekolah pertama dan utama dalam mendapatkan ilmu dan pembelajaran sikap. tidak sedikit keluarga yang broken home jauh dari nilai-nilai keharmonisan apalagi agama.

Selanjutnya faktor lingkungan. Lingkungan adalah tempat pembelajaran dalam bertingkah laku, cerminan dari perbuatan. karena masa remaja adalah masa yang labil. yang menjadikan apa yang dilihatnya menjadi jati dirinya atau identitas diri. sehingga Remaja seolah tidak tahu apa yang menjadi tujuan hidup selain dihargai dan di akui eksistensinnya. untuk bisa mendapatkan hal itu tidak jarang remaja mengambil jalan pintas untuk melakukan apapun yang bisa menunjukkan identitasnya.

Namun faktor utama dari semua masalah yang ada adalah karena sikap negara dalam menanggapi masalah remaja tidak efektif. Misalnya remaja yang berusia kurang dari 18 tahun sebagai pelaku kejahatan tidak menjadi tindak pidana sehingga hukuman yang diberikan tidak mampu membuat efek jera. terkadang hanya sebatas rehabilitasi sosial yang tidak ada kaitannya dengan perbuatannya. sehingga berpeluang terulang kembali malah akan semakin parah dan tidak sedikit menular kepada remaja-remaja yang lain.

Apalagi sistem sekuler yang telah berakar dalam jiwa generasi memperparah kondisi yang ada. Padahal jika kita benar-benar menginginkan remaja sebagai generasi pembawa peradaban dan perubahan, harusnya kita meninggalkan sistem sekuler dan kembali kepada hukum Allah. Dengan menerapkan sistem Islam dalam setiap lini. berawal dari membina remaja muslim agar kuat keimanannya dan menumbuhkan kesadaran ditengah keluarga, masyarakat bahkan negara agar sesuai dengan tuntutan aqidah Islam. Sehingga akan tumbuh kepribadian Islam yang senantiasa menjalankan aturan Allah, senantiasa menjaga akalnya dari hal yang melanggar aturan Allah.

Didalam Islam pelaku kejahatan yang dilakukan meski usia remaja jika sudah baligh maka berlaku ketentuan hukum seperti manusianya dewasa. Misalnya pencuri lebih dari seperempat Dinar akan dipotong tangannya, jika membunuh maka akan diberlakukan qishas (balas bunuh) atau denda 100 ekor unta 40 diantaranya tengah hamil, jika berzina maka di rajam bagi yang sudah pernah menikah dan cambuk 100 kali untuk yang belum pernah menikah.

Semua itu agar ada efek jera serta menjadi jawazir dan jawabir. sehingga tidak akan ada kasus yang akan terulang kembali atau kasus yang tidak pernah terselesaikan apalagi jika pelakunya dari kalangan pejabat atau kalangan orang kaya seperti yang sering terjadi di sistem kapitalis saat ini.

Sebagai seorang muslim sudah pasti kita lelah dengan sistem demokrasi saat ini. sebab banyaknya masalah yang tidak ada penyelesaiannya sesuai dengan fitrah karna ketimpangan keadilan. 
Disamping itu ketidak seimbangan struktur sosial, ketidak setaraan dalam distribusi sumber daya dan kesempatan mendapatkan hidup yang layak berperan menjadi pemicu remaja berbuat labil. 

Maka solusi dari permasalahan remaja yang ada saat ini atau bahkan yang akan terjadi hanya dengan penerapan Islam secara kaffah dan tegas dalam seluruh aspek kehidupan. sehingga kondisi remaja bisa terselamatkan dari berbagai permasalahan yang terjadi.
Wallahu a'lam bishowab