Menjadi Buronan Internasional, Tidak Mampu Membuat Benjamin Netanyahu Diadili
Oleh : Lia Asani
Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan eks menteri pertahanannya, Yoav Gallant, Kamis (21/11).
Majelis Praperadilan I ICC, yang terdiri dari Hakim yang menangani situasi di Palestina, memutuskan untuk menangkap Netanyahu dan Gallant atas dugaan kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan keduanya di Jalur Gaza, Palestina. (Dilansir dari CNN.Indonesia 22/11/24)
Namun, masih menjadi perdebatan negara-negara didunia, rencana penangkapan tersebut justru mendapat sanksi dari pemerintah negara adidaya, yakni presiden terpilih Donald Trump yang siap menduduki gedung putih kembali di bulan Januari. Hal ini, tentunya menjadi bukti, seberapa kuat pengaruh negara adidaya terhadap eksistensi Israel diwilayah Palestina.
Seperti yang sudah-sudah, segala macam bentuk kecaman, kritikan atau ketidaksetujuan negara-negara selain negara adidaya hanyalah angin lalu, karena sejatinya, baik ICC maupun PBB sama sekali tidak mampu menghentikan genosida yang terus menerus dilakukan Israel terhadap Palestina, sekalipun telah melenceng jauh dari nilai-nilai keadilan dan perdamaian dunia yang selama ini digaungkan lembaga-lembaga dunia tersebut.
Hanya dalam sistem Islam, Palestina bisa terbebas dari jajahan kaum yahudi. Karena selama Islam berkuasa, 13 Abad Palestina terjaga, meski banyak pihak yang berusaha menjegal, Islam tidak diam, dengan kekuasaan dan kekuatan Palestina masih terlindungi, hingga khilafah Utsmaniyah runtuh pada 1924, negara Islam menjadi terskat dan lemah.
Hingga tahun 1929 mulai terjadi kerusuhan besar antara bangsa Yahudi dan Arab. Hingga Palestina harus berjuang dengan jajahan Yahudi yang memproklamirkan menjadi negara Israel yang disah kan oleh Amerika pada tahun 1948.
Dari runtuhnya kekuasaan Islam, Palestina terombang ambing tidak jelas dibawah kekuasaan Inggris hingga akhirnya dikuasai Yahudi yang menyebut dirinya bangsa Israel sampai hari ini, Palestina hanya memiliki sedikit wilayah, tepi barat dan jalur Gaza, sedang Yerusalem diklaim sebagai ibu kota Israel.
Seperti janji Rasulullah dalam haditsnya bahwa akan ada pasukan yang dapat melindungi dan membebaskan wilayah syam (palestina) jika Al- Aqsa terancam dihancurkan. Sedangkan adakah kekuatan pasukan tanpa kekuasaan? dan bisa kah merebut kekuasaan tanpa kekuasaan?
Jawabannya tentu tidak bisa, kecuali akan ada kebangkitan Islam dengan kekuasaan dan kejayaannya kembali tegak berdiri merebut kekuasaan yang memang sudah menjadi hak kaum muslimin.
Karena selama itu, tidak ada yang bisa membebaskan Palestina atau negeri muslim lainnya yang terjajah. Rasulullah juga melarang berperang tanpa ummat memiliki Amirul mukminin dan khalifah sebagai pemimpin pasukan yang siap berjihad dan syahid.
Dengan jelas Allah sudah memberikan tanda bahwa kebangkitan dan kemenangan Islam semakin dekat. Mulkan Jabariyyan akan segera berakhir, dan khilafah akan tegak kembali, wallahu 'alam bissawab. In syaa Allah, aamiin ya mujibassailiin.
Posting Komentar